All Chapters of Legenda Dewa Nusantara: Perang Dua Benua: Chapter 11 - Chapter 14

14 Chapters

Bab 11: Ramalan yang Mulai Terwujud

Cahaya matahari siang yang cerah menyinari hutan, mengalir melalui celah-celah dedaunan, membawa kehangatan ke tempat di mana tiga sosok terbaring. Gema masih dalam keadaan tidak sadar, terbaring di dekat api yang nyala-nyalanya mulai redup. Di sampingnya, Roro duduk dengan setia, mengawasi setiap gerakan kecil yang mungkin menandakan bahwa Gema akan segera bangun. Namun, perhatian Roro tiba-tiba teralihkan ketika dia mendengar suara napas yang lebih teratur di sebelahnya.Jaka Tandingan, yang telah terbaring tak sadarkan diri selama berjam-jam, akhirnya membuka matanya. Matanya masih sedikit kabur, tapi dia bisa merasakan kekuatan yang mulai kembali ke tubuhnya. Dengan perlahan, dia berusaha untuk bangun, meskipun rasa sakit masih sedikit terasa di tubuhnya.“Roro...?” suaranya terdengar serak, hampir
Read more

Bab 12: Keluar dari Bayangan Hutan

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian luar biasa yang menyelamatkan nyawa Jaka. Gema, yang akhirnya siuman setelah beristirahat panjang, mulai merasakan kekuatan yang berbeda dalam dirinya. Meskipun masih bingung dengan apa yang terjadi, dia tahu bahwa ada sesuatu yang berubah—sesuatu yang besar dan tak terelakkan. Roro dan Jaka, meski lelah, tampak lebih bersemangat daripada sebelumnya. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan mereka harus melanjutkan misi yang telah diwariskan kepada mereka.Siang itu, di bawah langit biru yang cerah, Jaka berdiri di tepi gua kecil yang telah menjadi tempat perlindungan mereka selama beberapa hari terakhir. Dia memandang ke arah hutan yang luas, matanya dipenuhi dengan tekad yang baru. "Kita harus melanj
Read more

Bab 13: Menjelajah Dunia Baru

Matahari siang bersinar terik di atas desa pertama di Benua Timur yang mereka temui. Gema, Roro, dan Jaka melangkah perlahan melalui jalanan desa yang berdebu. Desa itu sederhana namun penuh kehidupan. Penduduknya sibuk dengan aktivitas sehari-hari, mulai dari bertani, berdagang, hingga merawat ternak. Suara tawa anak-anak bermain di kejauhan memberikan nuansa damai yang kontras dengan ketegangan yang baru saja mereka alami di dalam Hutan Bayangan Surga.Gema tampak kagum, matanya melirik ke sana kemari dengan penuh rasa ingin tahu. Sejak kecil, dia tidak pernah keluar dari desanya di perbatasan antara Benua Timur dan Barat. Segala sesuatu di sini terasa baru baginya—rumah-rumah dengan atap jerami, orang-orang yang berpakaian berbeda, bahkan aroma masakan yang berasal dari warung-warung kecil di sepanjang jalan.
Read more

Bab 14: Desa Kembang Ilalang

Desa pertama yang mereka temui di Benua Timur ini bernama Desa Kembang Ilalang. Terletak di lembah yang subur, desa ini dikelilingi oleh ladang-ladang padi yang menguning dan bukit-bukit hijau yang seolah melindungi desa dari dunia luar. Dari kejauhan, desa ini tampak damai dan tenang, namun di bawah permukaan, ada ketegangan yang tersimpan rapat.Saat Gema, Jaka, dan Roro melangkah lebih ke dalam desa, mereka langsung menarik perhatian penduduk setempat. Mata-mata curiga dan waspada mengikuti setiap gerakan mereka, meskipun beberapa orang mencoba menyambut mereka dengan senyuman ramah.“Mengapa semua orang menatap kita seperti itu?” bisik Gema kepada Jaka, merasa tidak nyaman dengan pandangan yang mereka terima.
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status