All Chapters of Legenda Dewa Nusantara: Perang Dua Benua: Chapter 11 - Chapter 20

150 Chapters

Bab 11: Ramalan yang Mulai Terwujud

Cahaya matahari siang yang cerah menyinari hutan, mengalir melalui celah-celah dedaunan, membawa kehangatan ke tempat di mana tiga sosok terbaring. Gema masih dalam keadaan tidak sadar, terbaring di dekat api yang nyala-nyalanya mulai redup. Di sampingnya, Roro duduk dengan setia, mengawasi setiap gerakan kecil yang mungkin menandakan bahwa Gema akan segera bangun. Namun, perhatian Roro tiba-tiba teralihkan ketika dia mendengar suara napas yang lebih teratur di sebelahnya.Jaka Tandingan, yang telah terbaring tak sadarkan diri selama berjam-jam, akhirnya membuka matanya. Matanya masih sedikit kabur, tapi dia bisa merasakan kekuatan yang mulai kembali ke tubuhnya. Dengan perlahan, dia berusaha untuk bangun, meskipun rasa sakit masih sedikit terasa di tubuhnya.“Roro...?” suaranya terdengar serak, hampir
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Bab 12: Keluar dari Bayangan Hutan

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian luar biasa yang menyelamatkan nyawa Jaka. Gema, yang akhirnya siuman setelah beristirahat panjang, mulai merasakan kekuatan yang berbeda dalam dirinya. Meskipun masih bingung dengan apa yang terjadi, dia tahu bahwa ada sesuatu yang berubah—sesuatu yang besar dan tak terelakkan. Roro dan Jaka, meski lelah, tampak lebih bersemangat daripada sebelumnya. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan mereka harus melanjutkan misi yang telah diwariskan kepada mereka.Siang itu, di bawah langit biru yang cerah, Jaka berdiri di tepi gua kecil yang telah menjadi tempat perlindungan mereka selama beberapa hari terakhir. Dia memandang ke arah hutan yang luas, matanya dipenuhi dengan tekad yang baru. "Kita harus melanj
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab 13: Menjelajah Dunia Baru

Matahari siang bersinar terik di atas desa pertama di Benua Timur yang mereka temui. Gema, Roro, dan Jaka melangkah perlahan melalui jalanan desa yang berdebu. Desa itu sederhana namun penuh kehidupan. Penduduknya sibuk dengan aktivitas sehari-hari, mulai dari bertani, berdagang, hingga merawat ternak. Suara tawa anak-anak bermain di kejauhan memberikan nuansa damai yang kontras dengan ketegangan yang baru saja mereka alami di dalam Hutan Bayangan Surga.Gema tampak kagum, matanya melirik ke sana kemari dengan penuh rasa ingin tahu. Sejak kecil, dia tidak pernah keluar dari desanya di perbatasan antara Benua Timur dan Barat. Segala sesuatu di sini terasa baru baginya—rumah-rumah dengan atap jerami, orang-orang yang berpakaian berbeda, bahkan aroma masakan yang berasal dari warung-warung kecil di sepanjang jalan.
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab 14: Desa Kembang Ilalang

Desa pertama yang mereka temui di Benua Timur ini bernama Desa Kembang Ilalang. Terletak di lembah yang subur, desa ini dikelilingi oleh ladang-ladang padi yang menguning dan bukit-bukit hijau yang seolah melindungi desa dari dunia luar. Dari kejauhan, desa ini tampak damai dan tenang, namun di bawah permukaan, ada ketegangan yang tersimpan rapat.Saat Gema, Jaka, dan Roro melangkah lebih ke dalam desa, mereka langsung menarik perhatian penduduk setempat. Mata-mata curiga dan waspada mengikuti setiap gerakan mereka, meskipun beberapa orang mencoba menyambut mereka dengan senyuman ramah.“Mengapa semua orang menatap kita seperti itu?” bisik Gema kepada Jaka, merasa tidak nyaman dengan pandangan yang mereka terima.
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Bab 15: Teror di Gerbang Desa

Matahari mulai tenggelam dibalik bukit, menciptakan bayangan panjang di Desa Kembang Ilalang. Ketika malam mulai merayap, ketegangan di udara semakin terasa. Penduduk desa yang biasanya tenang, kini bersembunyi di dalam rumah-rumah mereka, mengintip dari balik jendela dengan rasa takut yang menggelayuti hati mereka.Di gerbang desa, suasana mencekam terasa sangat nyata. Sekelompok bandit, yang dikenal dengan sebutan Kelompok Kelelawar Hitam, tiba dengan penuh kesombongan. Mereka adalah kelompok yang telah lama meneror desa ini, dipimpin oleh seorang pria bertubuh kekar dengan wajah dingin yang penuh bekas luka. Dia dikenal dengan nama Jagat Raksa—seorang pemimpin yang kejam dan tanpa ampun.
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 16: Keanggunan dalam Pertempuran

Malam mulai menyelimuti Desa Kembang Ilalang, menciptakan bayang-bayang yang memanjang di sekitar gerbang desa. Udara terasa tegang, setiap detik yang berlalu membawa ancaman kematian lebih dekat. Jagat Raksa berdiri dengan angkuh, pedangnya terhunus, siap untuk mengeksekusi penduduk desa yang tertangkap. Bandit-banditnya tertawa kejam, menikmati ketakutan yang terpancar dari mata para penduduk yang tak berdaya.Namun, di sudut gelap desa, Jaka, Roro, dan Gema bersiap untuk melakukan sesuatu yang mustahil—melawan ketidakadilan ini meski tahu nyawa mereka sendiri terancam. Jaka merasakan detak jantungnya semakin cepat, namun tekad di dalam dirinya lebih kuat dari rasa takut yang menghantuinya.“Dengarkan aku,” bisik Jaka kepada Gema dan Roro. “Aku akan maju dan mengalihkan perhatian mereka. B
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 17: Jalan yang Baru Dimulai

Setelah pertempuran brutal melawan Jagat Raksa dan para bandit, Desa Kembang Ilalang akhirnya bisa merasakan kedamaian yang telah lama hilang. Penduduk desa yang tadinya dipenuhi ketakutan kini keluar dari rumah mereka dengan senyuman penuh rasa syukur. Mereka mengerumuni Jaka, Roro, dan Gema dengan ucapan terima kasih yang tulus, mengakui mereka sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan desa.Kepala desa, pria tua yang sebelumnya bertemu dengan mereka, datang menghampiri dengan wajah yang jauh lebih ramah. "Kami tidak tahu bagaimana cara membalas budi kalian," katanya dengan suara gemetar penuh emosi. "Kalian telah menyelamatkan kami dari teror yang sudah lama menghantui desa ini. Kalian semua adalah pahlawan bagi kami."Jaka tersenyum, meskipun ada keletihan yang tak bisa disembunyikan di matanya. "Kami hanya mel
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 18: Dendam yang Terbakar di Puncak Gunung

Jauh dari Desa Kembang Ilalang, tersembunyi di balik kabut tebal yang menyelimuti Gunung Merbabu, terdapat markas besar para bandit yang telah lama menjadi momok bagi penduduk desa di sekitarnya. Markas ini bukan sekadar tempat persembunyian biasa; ini adalah benteng alami yang terlindung oleh tebing curam dan hutan lebat, menjadikannya hampir tidak bisa ditembus oleh siapa pun yang tidak tahu jalan masuknya. Di dalamnya, ratusan bandit berkumpul, hidup dari hasil rampasan yang mereka ambil dengan kekuatan dan kekejaman.Di salah satu ruangan besar yang berfungsi sebagai ruang pertemuan, beberapa bandit yang selamat dari pertempuran di Desa Kembang Ilalang kini berdiri dengan wajah penuh ketakutan dan rasa malu. Mereka tahu bahwa berita yang akan mereka sampaikan kepada pemimpin mereka bukanlah kabar baik.
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Bab 19: Latihan dan Tantangan di Bawah Mentari

Pagi itu, udara di Desa Kembang Ilalang terasa sejuk dan segar. Burung-burung bernyanyi riang di antara pepohonan, dan sinar matahari pagi memancar lembut di atas ladang-ladang yang mulai menguning. Di sebuah lapangan terbuka di pinggiran desa, Roro dan Jaka Tandingan sedang berlatih dengan tekun. Di sisi lapangan, Gema duduk dengan ekspresi serius, berusaha mengikuti instruksi yang diberikan Jaka, meski kesulitan terus menerus menghalangi usahanya.Roro, meskipun baru berusia 11 tahun, menunjukkan ketekunan dan semangat yang luar biasa. Di depannya, Jaka berdiri dengan sikap penuh perhatian, mengamati setiap gerakan adiknya. “Roro, ingat untuk menjaga keseimbangan. Teknik ini membutuhkan ketenangan dan ketepatan. Jangan terburu-buru.”Roro mengangguk, mencoba menenangkan napasnya. Dia memusatkan p
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Bab 20: Serangan di Pagi Hari

Mentari semakin naik di cakrawala, memberikan semburat cahaya keemasan pada Desa Kembang Ilalang. Penduduk desa yang masih terlelap mulai terbangun oleh suara-suara alam yang biasa, tanpa mengetahui bahwa hari ini akan berbeda dari biasanya—bahwa kedamaian yang baru saja mereka rasakan akan segera hancur oleh teriakan dan suara dentingan senjata.Jauh di bukit yang menghadap desa, seratus bandit bersiap untuk melancarkan serangan mereka. Dipimpin oleh Rakyan Tumenggung yang penuh dendam, kelompok bandit ini bergerak dengan disiplin dan kekejaman yang telah mereka latih selama bertahun-tahun. Mereka tidak datang hanya untuk menjarah; mereka datang untuk membalas dendam, untuk menghancurkan desa dan membunuh siapa saja yang berani menentang mereka.Rakyan Tumenggun
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status