All Chapters of Pelukan Bos Cantik, Membuatku Kembali Menjadi Raja Mafia: Chapter 391 - Chapter 400

410 Chapters

Tidak Boleh Ada Kesalahan

“Fokus! Jangan seperti anak kecil yang baru belajar berdiri!”Suara Grandmaster Xena menggema di tengah tanah lapang yang dikelilingi pohon-pohon tinggi.Dario terhuyung, peluh menetes dari dagunya. Dia menarik napas panjang lalu kembali ke posisi kuda-kuda.“Maaf, Bibi Xena,” katanya sambil menggertakkan gigi.“Tutup mulutmu! Ulangi gerakan ‘Naga Membelah Awan’ dari awal!”Dario mengangguk. Dia memutar tubuh, mengangkat kaki dan mengayunkannya dalam gerakan melingkar. Namun sebelum selesai sesuatu yang tidak terduga terjadi.Wussh!Sebuah pukulan dari tenaga dalam melesat seperti bola angin, menghantam pundaknya.Bruuuk!Tubuh Dario terpelanting sejauh 10 meter dan menghantam tanah dengan suara keras.“Gah!”“Lakukan gerakan yang benar!” seru Xena dingin.“Aku sudah melakukan dengan benar…” Dario mengerang sambil berusaha bangkit.Xena menyipitkan mata. “Kamu kira aku buta? Mataku masih tajam, bahkan bisa melihat lalat yang hinggap di jarum!”Dario buru-buru menggeleng. “Tidak! Aku t
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Pria Yang Datang Berteriak

“Bukti adalah segalanya,” gumam Angeline pelan, matanya masih terpaku pada lima nama di atas kertas.Nero berdiri tegak di hadapannya. “Buktinya akan menyusul, Bu Presdir.”Angeline menatapnya tajam. “Maksudmu?”“Pak Jack Will yang akan menyerahkannya,” jelas Nero tanpa ragu.Kening Angeline berkerut. “Kau sudah memberitahu Pak Jack Will sebelum memberitahuku?”Nero mengangguk. “Iya, Bu. Kebetulan kemarin saya tidak sengaja bertemu dengannya.”“Ya sudah… kalau pemilik perusahaan ini sudah tahu, bagaimana lagi.” Nada suaranya datar, tapi matanya menyimpan segunung beban.Nero menunggu sejenak, lalu bertanya hati-hati, “Kalau begitu, apa langkah selanjutnya? Apakah kelima orang ini langsung dipecat dan diproses hukum?”Angeline menggeleng perlahan. “Tidak. Kita tunggu saja Pak Jack Will. Aku tidak ingin gegabah.”“Baik,” kata Nero, menunduk hormat, mengikuti keputusannya.Sabrina, yang sejak tadi diam, mengambil berkas itu dan membacanya. Matanya membelalak. “Mereka… mereka semua orang
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Kai Melawan

Pria bertubuh besar dengan suara bak halilintar itu berdiri di depan pintu. Wajahnya penuh kemarahan. Tato naga hitam menghiasi lengan kirinya, dan rantai emas tebal menggantung di lehernya.“Kamu tidak perlu ikut campur kecuali kamu mau mendapat masalah!” ucap pria bernama Baron.“Namaku Lucas,” jawabnya tenang, lalu menyunggingkan senyum dingin. “nama belakangku ‘masalah’. Jadi, aku sudah akrab dengan yang namanya masalah.”Baron mendecih. “Sialan.”Lucas melipat tangan di dada. “Sekarang jelaskan, kau ini siapa dan kenapa mencari Liana?”Baron menoleh ke arah Liana yang berada di balik Lucas. “Bukan urusanmu. Aku di sini untuk menagih utang.”Liana melangkah maju dengan wajah tegang. “Baron, aku sudah bilang, aku butuh waktu. Aku belum punya uangnya sekarang.”Baron mengangkat alis. “Waktu? Sudah cukup banyak waktu kau minta, Liana. Tapi utang tetap utang. Harus dibayar sekarang juga sesuai dengan perjanjian! Paham!”Kai langsung berdiri dari tempat duduknya. “Jangan bentak ibu say
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Mengembalikan Anjing Liar

Kai bergegas ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa. Langkahnya tergesa, tangannya cepat meraih gayung dan menampung air di ember kecil yang ada di sana.Sementara itu, Liana masih berdiri di ruang tamu dengan tubuh gemetar.“Bos Lucas…” katanya lirih. “Tolong … batalkan niatmu pergi ke tempat Tuan Deni.”Lucas menoleh perlahan, matanya tenang namun tajam. “Kenapa?”“Aku tidak ingin ada keributan lagi. Aku tidak ingin kamu menyulut api lebih besar,” ucap Liana, suaranya gemetar. “tolong, cukup sampai di sini. Nantinya, aku yang akan repot karena aku yang pastinya akan dikejar-kejar oleh mereka.”Lucas menghela napas pelan. “Tenang. Aku akan menyelesaikan ini supaya tidak ada masalah di kemudian hari.”“Tidak seperti itu maksudku,” Liana cepat-cepat menimpali. “pokoknya jangan ke sana! Jangan menantang Tuan Deni! Dia bukan orang biasa, Lucas.”Langkah Kai terdengar dari lorong. Dia muncul sambil membawa gayung berisi air, menetes-netes di lantai.“Ibu, tenanglah,” katanya sambil menyerah
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Harga Diri Tuan Deni

“Serang dia! Hajar sampai mati kalau perlu! Jangan biarkan dia keluar dari rumah ini hidup-hidup!” bentak Tuan Deni, suaranya membelah udara seperti cambuk api.Anak buahnya langsung bereaksi. Tujuh pria berbadan besar dengan mata merah menyala menerjang maju. Tinju mereka terkepal, siap menghantam. Suara langkah kaki mereka bergemuruh seperti kawanan banteng yang menyeruduk liar.Namun Lucas tidak bergeming.Dia berdiri di tempat, tangan tetap dimasukkan ke saku celana, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.Dia justru menyeringai.“Lucu,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara kepada diri sendiri. “Anak-anak taman kanak-kanak diajak tawuran.”Tepat ketika preman-preman itu hendak menyentuh jarak tempur, sebuah suara melengking memecah suasana.“Berhenti!”Semua orang membeku.Kai melangkah maju, berdiri di antara Lucas dan para preman, tubuhnya gemetar tapi matanya bulat penuh tekad.“Berhenti! Jangan sentuh dia!”Tuan Deni mendelik. “Kau gila, bocah?! Minggir!”Kai menel
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Meminta Izin

“Aku masih tidak percaya,” kata Kai sambil berjalan di samping Lucas. “Bos Lyacs tadi seperti Raja Iblis turun dari langit.”Lucas tidak menjawab. Langkah kakinya tetap stabil, matanya lurus ke depan seperti tak terganggu oleh pujian itu.“Kamu tahu, Bos? Tadi itu benar-benar gila. Tujuh orang siap menghajarmu, dan Bos tidak bergerak sedikit pun. Tapi, mereka semua malah mundur sendiri. Itu bukan karena kekuatan fisikmu. Itu karena aura dan wibawamu, Bos. Kamu ... benar-benar luar biasa, Bos.”Lucas tetap diam.Kai tertawa kecil. “Aku pikir kita bakal baku hantam habis-habisan. Ternyata, cukup dengan satu kalimat: 'Dia adalah pemilik Sasana Brotherhood,' dan semuanya selesai. Mereka takut.”Lucas akhirnya berbicara, suaranya tenang dan datar. “Jangan lakukan itu lagi.”Kai mengerutkan dahi. “Lakukan apa?”“Jangan pernah bongkar siapa aku. Bahkan jika nyawamu terancam sekalipun.”Kai langsung berhenti melangkah. “A-aku ... aku hanya ingin melindungimu, Bos. Dan juga ingin menyelesaikan
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Angkat Derajat Ibumu

“Aku nggak percaya Ibu benar-benar mengizinkannya,” ucap Kai dengan wajah berseri. “Aku janji, Bos. Aku akan latihan dengan sungguh-sungguh. Aku akan jadi petarung yang hebat!”Lucas memandangnya sebentar. “Latihlah dulu hatimu sebelum tubuhmu.”Kai mengernyit. “Maksud Bos?”“Kamu harus bayar kepercayaan ibumu. Jangan kecewakan dia. Kamu tahu, kepercayaan itu mahal. Kalau kau gagal, kau bukan cuma jatuh, kamu menghancurkan harapannya.”Kai mengangguk cepat, wajahnya berubah serius. “Aku mengerti. Aku nggak akan mengecewakannya. Aku akan buat Ibu bangga. Dan suatu hari nanti ... aku akan bawa dia keluar dari kemiskinan ini.”Liana yang sejak tadi diam, menghela napas pelan. “Tapi ... kalau bisa jangan ikut tinju bawah tanah, ya. Latihan saja. Jangan sampai cedera.”Kai menoleh ke ibunya, lalu tersenyum kecil. “Itu tidak bisa, Bu. Dari mana aku dapat uang kalau tidak bertarung?”“Uang?” Liana mengernyit.Kai mengangguk. “Iya. Satu pertandingan bisa dapat bayaran besar. Bahkan lebih besa
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Berikan Kesempatan Untuk Menjadi Pria Sejati

Deni berdiri di tengah ruangan, wajahnya pucat. Napasnya memburu.“A-aku akan pergi,” kata Deni pada akhirnya. “aku akan pergi ke rumah wanita itu, seperti yang diminta oleh Bos Lucas. Aku akan minta maaf.”Hugo mendengus kecil. “Bagus.”Ia menatap Deni dengan dingin, lalu menepuk pelan pipi pria itu, bukan seperti menenangkan, tapi mengingatkan. “Kau beruntung masih ingat. Kupikir kau akan lupa. Dan kalau itu terjadi… kehancuranmu akan datang lebih cepat dari yang kau kira.”Deni buru-buru menggeleng. “Tidak … tidak. Aku tidak mungkin lupa. Janji pada Bos Lucas, mana mungkin aku abaikan.”Morris menyilangkan tangan. “Kalau begitu, segera berangkat. Bawa anak-anakmu juga. Suruh mereka minta maaf bersama.”“Baik. Setelah kalian pergi, aku akan ke sana,” ucap Deni seraya menunduk.Morris menyipitkan mata. Lalu dia berkata, “Aku tidak ke mana-mana. Aku akan ikut. Aku ingin melihat langsung bagaimana kau merendahkan harga dirimu.”Tenggorokan Deni terasa kering. Ia menelan ludah keras-ker
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

Rasa Cemburu Yang Kembali Hadir

Langit sore mulai menggelap saat mobil hitam berlogo perusahaan Bellucci berhenti di halaman rumah besar mereka. Angeline melangkah keluar dengan langkah lesu. Hari itu begitu melelahkan, penuh dengan rapat dan dokumen yang membuat otaknya terasa penuh sesak.Ia membuka pintu rumah, lalu langsung menaiki tangga ke lantai atas. Rumah terasa sunyi. Tak ada suara musik, tak ada aroma masakan. Yang terdengar hanya suara air yang mengalir dari kamar mandi.Begitu membuka pintu kamar, aroma sabun langsung menyeruak. Angeline menatap ke arah kamar mandi. Terdengar suara guyuran air dari balik pintu kaca buram. Ia melirik ke arah keranjang pakaian kotor, melihat kemeja Lucas yang dikenakannya tadi pagi sudah tergeletak di sana, basah keringat. Di atas sofa single, tergeletak ponsel Lucas. Layarnya menyala beberapa kali—tanda pesan masuk.Angeline berjalan ke arah meja riasnya. Ia melepaskan sepatu hak tinggi, menjatuhkan tubuh ke kursi dengan napas berat. Tangan kanannya menjangkau anting-ant
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Sedang Tidak Baik

Lampu neon berpendar di langit-langit klub malam, menyiram ruangan dengan warna ungu dan biru elektrik. Musik berdentum keras, menembus lantai dan membuat setiap gelas bergetar halus di atas meja. Di tengah keramaian itu, Jeremy duduk seorang diri di sofa VIP, menatap kosong ke arah bar. Gelas kristal berisi bourbon masih utuh di tangannya. Minuman keras tidak membantu banyak. Kepalanya masih terasa berat.“Jeremy.” suara manja itu terdengar di sampingnya.Selena berdiri dengan dress merah menyala, tubuhnya bergerak mengikuti irama musik yang menghentak.“Ayo berdansa. Jangan terlalu tenggelam dalam pikiranmu sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.Jeremy hanya menggeleng pelan. Lalu dia berkata, “Aku sedang tidak berminat malam ini. Aku hanya ingin duduk dan menikmati suasana.”Selena menghela napas. Ia mencondongkan tubuh, duduk di sisi Jeremy. “Apa ada masalah? Jangan terlalu dipikirkan. Setidaknya malam ini, lepaskan semuanya meskipun hanya sebentar.”Jeremy meneguk minumannya. Alkoho
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more
PREV
1
...
363738394041
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status