Semua Bab Pembalasan Tuan Muda Terkuat: Bab 91 - Bab 100

501 Bab

Bab 91 - Makam Keluarga Pendragon (II)

Ryan menyeka air matanya dan melemparkan James York ke tanah! "Berlutut!" perintahnya, suaranya dingin dan penuh ancaman. James York, seorang grandmaster bela diri, merasakan harga dirinya tercabik-cabik. Bagaimana mungkin ia harus menanggung penghinaan seperti ini? Dengan susah payah, ia bangkit dan berdiri tegak, menantang Ryan dengan tatapannya. Tanpa ragu, Ryan memadatkan pusaran energi Qi dan mengarahkannya langsung ke ruang di antara kedua kaki James York. Buk! Kekuatan tak terlihat itu memaksa James York berlutut di depan batu nisan. "Berlutut," suara Ryan terdengar lagi, kali ini lebih dingin dari sebelumnya. James York, meski menderita, masih berusaha mempertahankan harga dirinya. "Kenapa kau tidak langsung saja membunuhku?" tantangnya. "Aku, James York, tidak akan tunduk begitu saja pada siapa pun!" Tanpa peringatan, Ryan mencengkeram leher James York dengan kekuatan yang mengerikan. Jari-jarinya yang kuat menancap ke dalam daging, nyaris menghancurkan trakea pr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Bab 92 - Rahasia Terkuak

Tidak seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Adel saat itu. Dunianya seolah berhenti berputar, jantungnya berdegup kencang hingga terasa menyakitkan. Matanya terpaku pada sosok pria yang duduk di depan makam Keluarga Pendragon, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Berbagai emosi berkecamuk dalam dirinya–keterkejutan, kebingungan, kebahagiaan, dan rasa bersalah yang mendalam. Bagaimana mungkin ia tidak mengenalinya selama ini? Selama beberapa hari terakhir, ia telah tinggal bersama Ryan tanpa menyadari identitasnya yang sebenarnya."Ryan... Ryan... seharusnya aku tahu..." bisik Adel, air mata mengalir deras di pipinya.Pria itu–Ryan Pendragon yang dikira telah meninggal lima tahun lalu–kini ada di hadapannya, hidup dan bernapas. Adel merasa hatinya seperti disapu gelombang badai. Kenangan-kenangan masa lalu membanjiri pikirannya, membuatnya teringat akan Ryan yang dulu ia kenal–pemuda baik hati yang selalu menjadi bulan-bulanan teman-teman sekelasnya.Dengan langkah g
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Bab 93 - Keterkejutan Selly

Ketika tas itu terbuka, Selly melihat potongan kepala penuh darah.Seketika, dunia di sekitar Selly seolah berhenti berputar. Napasnya tercekat, jantungnya berdegup kencang hingga terasa menyakitkan. Dengan refleks, ia melangkah mundur, tubuhnya gemetar hebat sementara tangannya menutup mulut yang terbuka lebar karena ngeri.Matanya terbelalak, dipenuhi keterkejutan yang tak terbendung. Namun, di balik rasa takut yang menyelimuti, ada sesuatu yang lebih mengerikan yang mulai merayapi benaknya. Bukan karena pemandangan mengerikan di hadapannya, melainkan karena ia mengenali wajah di balik darah dan luka-luka itu."James York..." bisiknya, suaranya bergetar.Ya, itu James York. Dia bukan sembarang orang, melainkan seorang grandmaster bela diri dari Riverdale. Seorang praktisi Cakar Elang yang namanya begitu disegani di dunia bela diri Provinsi Riveria.Ingatan Selly melayang ke satu tahun yang lalu, saat ia mengunjungi Bukit Bambu bersama ayahnya. Ia masih ingat jelas bagaimana ayahny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Bab 94 - Semakin Dekat

Apartemen Grand City menyambut Ryan dan Adel dengan keheningan yang menenangkan. Perjalanan pulang dari pemakaman terasa begitu panjang, seolah mereka baru saja melintasi dimensi waktu yang berbeda. Udara di dalam apartemen terasa stagnan, menyimpan sisa-sisa ketegangan dari malam sebelumnya. Adel, dengan tekad yang terpancar dari matanya, langsung menyeret Ryan ke kamar mandi. Tangannya yang lembut namun kuat mencengkeram lengan Ryan, seolah takut jika ia melepaskannya, Ryan akan menghilang lagi. "Mandi. Sekarang," perintahnya tegas, nadanya tidak menyisakan ruang untuk bantahan. Ada campuran kekhawatiran dan kelegaan dalam suaranya, seolah ia masih belum percaya Ryan benar-benar ada di hadapannya. Ryan mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan sikap Adel yang mendadak protektif. Matanya menelusuri wajah Adel, menangkap lingkaran hitam samar di bawah mata gadis itu. "Wow, sejak kapan kau jadi ibu-ibu cerewet begini?" godanya, senyum jahil tersungging di bibirnya. Namu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

Bab 95 - Cemburu

Tidak lama kemudian, Ryan hendak berbicara ketika dia mendengar napas berat di telinganya. Adel ternyata sudah tertidur pulas, tubuhnya rileks dalam pelukan Ryan. Ryan tersenyum lembut, menyadari bahwa kehadirannya memberi Adel rasa aman yang mungkin belum pernah ia rasakan sebelumnya. Meski Adel membelakanginya, Ryan bisa merasakan napas teratur gadis itu, menandakan tidur yang lelap. Aroma shampoo Adel yang lembut menggelitik hidungnya, membuat Ryan tersenyum tanpa sadar. Perlahan, Ryan sedikit menggeser posisinya, berusaha untuk tidak membangunkan Adel. Ia ingin melihat wajah gadis itu, memastikan bahwa ia benar-benar tidur nyenyak. Dengan hati-hati, Ryan mengangkat kepalanya sedikit, mengintip dari balik bahu Adel. Wajah tidur Adel terlihat begitu damai. Bulu mata panjangnya bergetar lembut setiap kali ia bernapas, bibirnya sedikit terbuka dalam tidur lelapnya. Beberapa helai rambut jatuh menutupi pipinya, dan Ryan harus menahan keinginan untuk menyingkirkannya, takut gerak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

Bab 96 - Pergi Makan Malam

Ketika Melanie mendengar perkataan ayahnya, pikirannya kosong. Namun, setelah dipikir-pikir, itu memang normal. Sejak zaman dahulu, lelaki berkuasa mana yang tidak memiliki harem yang penuh dengan selir? Wanita hanyalah pengikut bagi yang kuat. Bahkan ibunya sendiri, meski tidak pernah mengungkapkannya secara terbuka, pasti mengetahui bahwa Jeremy memiliki beberapa wanita simpanan.Melanie menghela napas panjang, berusaha menenangkan gejolak emosi dalam dirinya. "Tapi Ayah," ujarnya ragu, "apakah Ryan benar-benar sepadan dengan usaha kita? Maksudku, kita bahkan belum tahu seberapa besar pengaruhnya."Jeremy tersenyum penuh arti. "Sayang, kau masih muda. Ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan logika. Percayalah pada intuisi ayahmu."Melanie hendak membantah, namun urung. Sebagai putri seorang taipan bisnis, ia telah diajarkan untuk selalu memperhitungkan untung rugi dalam setiap tindakan. Namun kali ini, entah mengapa, hatinya memberontak. Bayangan Ryan yang baru saja k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

Bab 97 - Pergi Makan Malam (II)

Ryan dan Adel melihat Sophia, berjalan bersama seorang wanita yang mengenakan pakaian merek terkenal keluar dari Butik Armani tidak jauh dari sana. Adel segera berbalik, menundukkan kepalanya dan berbisik, "Sungguh menyebalkan, bertemu orang ini lagi."Ryan melirik sekilas ke arah Sophia, ekspresinya tetap tenang. "Tenanglah," bisiknya pada Adel. "Kita tidak perlu berurusan dengan mereka."Namun, takdir sepertinya punya rencana lain. Sophia, yang juga menyadari kehadiran mereka, langsung menyikut temannya. Matanya berkilat penuh dendam, teringat kejadian memalukan di rumah sakit tempo hari."Lenny, lihat itu," Sophia mendesis. "Itu Adel yang kuceritakan padamu. Dan pria di sampingnya itu pacarnya." Ia berhenti sejenak, suaranya dipenuhi kebencian. "Kau tidak tahu betapa sombongnya mereka di rumah sakit waktu itu. Mereka bahkan bilang kalau kau datang pun tidak akan berarti apa-apa."Lenny Trez, putri bungsu pemilik Trez Science Group, mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Sophia.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

Bab 98 - Keterkejutan Pemilik Warung

Bibi Sandra mendengar pikiran suaminya dan menepuk dahinya sebelum berkata dengan penuh kesadaran, "Benar sekali, Ryan mungkin datang agak terlambat. Jangan berpikir untuk membuka pintu bagi pelanggan hari ini. Kurasa kita harus mengadakan pesta makan pribadi untuk Ryan!" Paman Wong mengangguk, senyum lebar tersungging di wajahnya yang berkeriput. "Kau benar, sayang. Ayo kita masuk dan bersiap-siap. Kita tidak boleh membiarkan teman-teman Ryan melihat kita berdiri di sini dengan malu." Mereka baru saja hendak melangkah masuk ketika suara deru mesin yang halus menarik perhatian mereka. Sebuah limosin hitam mengkilap melaju perlahan di jalan sempit itu, kontras tajam dengan bangunan-bangunan sederhana di sekitarnya. Bibi Sandra dan Paman Wong terpaku di tempat, mata mereka melebar takjub. Selama puluhan tahun mereka hidup, baru kali ini mereka melihat kendaraan semewah itu dari dekat. "Astaga," bisik Bibi Sandra, suaranya dipenuhi kekaguman dan sedikit iri. "Lihat mobil itu. Sangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

Bab 99 - Keterkejutan Pemilik Warung (II)

Jeremy tampaknya menyadari kebingungan mereka berdua dan tersenyum lalu melanjutkan, "Kalian berdua tidak perlu bingung. Tuan Ryan yang meminta kami untuk datang. Dia berkata bahwa kalian adalah teman-temannya. Tempat ini cukup dapat dipercaya untuk kami makan..." Kata-kata Jeremy bagaikan petir di siang bolong bagi Paman Wong dan Bibi Sandra. Mereka saling pandang, kebingungan terpancar jelas di wajah mereka. Tuan Ryan? Teman? Bagaimana mungkin mereka, pemilik warung kecil di gang kumuh, bisa berteman dengan seseorang yang mampu mengundang orang-orang sekaliber ini? Paman Wong, seolah teringat sesuatu, bertanya dengan ragu, "Mungkinkah Tuan Ryan ini adalah Nak Ryan yang kemarin?" Bibi Sandra menatap suaminya dengan tatapan tak percaya. "Nak Ryan, bocah itu, bagaimana mungkin dia adalah Tuan Ryan? Apa yang kamu pikirkan..." Mendengar nama Ryan disebut, Jeremy semakin yakin. "Kalian berdua, Tuan Ryan yang kumaksud memang seorang pemuda bernama Ryan..." Pernyataan itu bagaikan bom
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-16
Baca selengkapnya

Bab 100 - Interupsi

Saat Ryan dan Adel tiba di depan pintu, mereka menyadari Paman Wong dan Bibi Sandra sedang sibuk memasak. Aroma lezat menguar dari dapur kecil itu, membuat perut Ryan berbunyi pelan.Begitu melihat kedatangan mereka, perhatian Bibi Sandra langsung teralihkan. Matanya melebar takjub saat melihat Adel, mulutnya ternganga. Dalam sepuluh tahun menjalankan warung ini, ia tak pernah menyangka akan melihat dua wanita secantik bidadari dalam sehari."Akhirnya kamu di sini, Ryan," ujar Bibi Sandra, suaranya dipenuhi kecemasan. "Oh tidak, mengapa kamu mengundang orang penting seperti mereka ke tempat kita? Mereka mungkin terbiasa makan di hotel-hotel besar, bagaimana mungkin kamu membawa mereka ke tempat kumuh seperti ini..."Ryan tersenyum menenangkan, melambaikan tangannya santai. "Tidak masalah, Bi. Aku tidak mengundang mereka hanya untuk berdiskusi. Bukankah aku sudah makan cukup banyak di sini untuk tahu seberapa lezat masakanmu? Aku jamin mereka akan terkesima!"Pujian itu membuat pipi Bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
51
DMCA.com Protection Status