Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Melahirkan / Chapter 321 - Chapter 330

All Chapters of Dicampakkan Setelah Melahirkan: Chapter 321 - Chapter 330

421 Chapters

Bab 321

“HAHAHAHAHA!” Ana tertawa terbahak-bahak, membuat Jeena dan Manggala semakin bingung. “M-Mi?” Jeena mengerutkan kening. “Kenapa ketawa?”Bukankah seharusnya ibunya marah? Ana menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. “Astaga, kalian berdua ini panik seperti anak SMA baru pertama kali jatuh cinta! Baru juga kemungkinan doang, sudah heboh kayak mau perang dunia ke tiga!” Jeena menggaruk kepalanya. “Jadi, Mami nggak marah?” Ana menggeleng pelan. “Kenapa harus marah? Mami malah senang kalau punya cucu lagi. Rumah makin rame dong. Siapa tahu kali ini kembar.” Jeena langsung mengerang. “Mami!” “Tapi tenang,” lanjut Ana sambil terkekeh. “Kalau memang kalian belum siap, ya tinggal hati-hati ke depannya. Tapi kalau ternyata sudah keburu hamil… ya sudah, rezeki itu namanya.” Ana menatap Manggala yang mengepalkan ke dua tangannya sebagai bentuk selebrasi tanpa sepengetahuan Jeena.Saat ibunya beranjak pergi, ia menepuk bahu Manggala dan berbisik pelan, “Siap-siap aja, Gala. Kalau J
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 322

Sore itu sepulang kerja, Beryl duduk di ruang tamu, berhadapan dengan ibunya, Sulis. Di tangannya, ada sebuah cincin sederhana yang sudah ia siapkan untuk Laila. Ia menatap ibunya dengan sorot mata penuh tekad. Namun sebelum ia mengemukakan keinginannya, ia membahas masalah kantor.“Mom, apa yang Mommy lakukan pada Rahes Pramudya? Mommy gak menganiayanya ‘kan?”Beryl menatap ibunya dengan tatapan curiga. Bagaimana bisa, setelah ibunya menemui Rahes, satu per satu klien Basalamah Group menghubungi dan meminta maaf padanya. Bahkan mereka datang ke kantor sembari membawa hadiah.Sulis mendesah pelan. “Mommy belum menganiyanya tapi … hampir! Tapi, dia cukup kooperatif. Sedikit ancaman sudah berhasil membuatnya ketakutan.”Beryl menatap ibunya dengan penuh kagum. “Mom, makasih ya! Maaf akhir-akhir ini aku justru tidak fokus, karena aku masih kepikiran Laila–gadis kecilku.”Sulis mengulum senyum. Beryl sudah menceritakan tentang kisah pertemuannya dengan Laila pada ibunya.Beryl menatap sebu
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 323

Langit sore berwarna jingga ketika Rosa melangkah keluar dari rumah Ana dengan langkah gontai. Di tangannya, sebuah amplop berisi gaji terakhirnya, sesuatu yang harusnya berarti, tapi terasa begitu hampa di genggamannya. “Saya tidak bisa lagi mempekerjakanmu untuk sementara waktu, Rosa.”Suara Ana masih terngiang di telinganya. “Jeena sudah menikah dan tidak butuh pengawal, dan saya pun sekarang hanya fokus mengasuh Sagara.”Rosa tahu Ana tidak bermaksud memecatnya. Tapi kenyataan itu tetap menyakitinya. Ia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Ayahnya masih sakit, dan ia masih harus berjuang demi biaya pengobatannya. Namun, ia juga sadar, keberadaannya tidak lagi diperlukan saat ini. Dengan berat hati, Rosa mulai melangkah pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang familiar di beranda rumah—Pasha. Pasha, pria yang selama ini hanya bisa ia kagumi dalam diam. Rosa terdiam di balik pilar, tidak ingin mengganggu percakapan pria itu dengan seorang gadis yang d
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 324

Malam itu, setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit kota, Laila kembali ke rumahnya di desa bersama sang ayah. Selama perjalanan, ia hanya diam, memandangi lampu-lampu kota yang perlahan menghilang di kejauhan. Nafasnya masih berat dengan bantuan oksigen nasal, dan pikirannya dipenuhi kecemasan yang tak ia ungkapkan. Semenjak ia sakit, perasaannya lebih banyak didominasi oleh perasaan kelabu.Sesampainya di rumah, Bik Nur segera menyambut mereka. “Tadi Pak Beryl datang, Teh,” kata Bik Nur sambil membantu Laila masuk ke dalam rumah, mendorong kursi rodanya. “Tapi dia buru-buru pergi karena ditelpon ayahnya. Dia hanya menitipkan ini untuk Teh Laila.” Bik Nur menyerahkan sebuah kantong kertas berwarna biru tua dengan pita putih. Laila menatap kantong itu tanpa mengambilnya. Hatinya berdebar. “Pulang?” suara Laila terdengar lirih. Namun, ia merasa sedih mendengar kepergiannya.“Katanya ada urusan mendadak, Teh. Dia kelihatan cemas waktu menerima telepon.” Yuda yang sejak tadi diam
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 325

Sulis duduk di sebuah kafe kecil di pinggir kota, menatap cangkir kopinya yang hampir dingin. Di hadapannya, Putri Melati menunggu dengan sabar, mengetahui bahwa sahabatnya sedang memikirkan sesuatu yang berat. Hari itu mereka sedang reunian, sebagai mantan detektif di bawah asuhan mendiang Mr Bon. Mumpung ke duanya punya waktu senggang mengingat mereka memiliki kesibukan masing-masing. “Aku benar-benar nggak habis pikir, Melati,” kata Sulis akhirnya, suaranya sarat dengan kekecewaan. “Beryl masih saja terobsesi dengan Laila. Padahal, kondisi Laila sekarang–lumpuh,”Melati mengangguk pelan. Ia mencoba mencerna cerita Sulis. Tunggu, dari mana ia tahu jika Laila sakit? Bukankah Yuda tidak mengijinkan orang lain tahu kondisi Laila saat ini?Putri Melati menahan diri, menyimak curhatan sahabatnya terlebih dahulu.Sulis tersenyum pahit. “Aku nggak berharap lebih, tapi aku juga nggak mau melihatnya terluka. Beryl itu keras kepala. Dia pikir cinta saja cukup untuk membuat segalanya jadi l
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

Bab 326

Bik Nur menatap Laila dengan perasaan iba. Rasanya, ujian gadis itu begitu berat. Dari mulai ia sakit lalu mengalami kecelakaan dan fakta mengejutkan tentang rahasia kelam keluarganya. Dalam diam, ia sebetulnya mengetahui rahasia kelam yang selama ini disimpan tentang Melani–ibu kandung Laila. Namun, ia merasa tidak berhak ikut campur. Bisa-bisa, Yuda malah memecatnya. Sayang, keluarga Melani yang tersisa sudah pindah ke luar Jawa. Namun beruntung rumah pondok milik kakaknya Melani masih berada di sana. Bahkan ia memintanya untuk merawat rumah itu karena khawatir kelak ada putrinya Melani yang mungkin membutuhkan tempat tinggal. Pun, rumah Melani yang satu lagi juga dititipi olehnya. Hanya saja, Bik Nur mendapat upah dari merawat rumah milik Melani dari Yuda.“Teh, ayo tidur! Udah malam loh,” Bik Nur mendekati Laila dan mendorong kursi rodanya menuju kamar miliknya.“Bibik, dia itu temanku sewaktu di Jogja. Aneh, dia tiba-tiba ngaku jadi saudaraku! Dasar gadis aneh!” beo Laila kemba
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 327

Laila terjatuh dari kursi rodanya, dan tubuhnya menghantam tanah dengan keras. Dadanya langsung terasa sesak, napasnya tersengal. Panik mulai menyerangnya, kepalanya berdenyut, dan tubuhnya gemetar. Ia menggapai-gapai udara, hingga mencengkram tanah, mencari pegangan, tapi tak lama kemudian pertolongan tiba, dua lengan kuat mengangkatnya dengan sigap. Laila hampir berteriak, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Saat matanya terbuka, ia melihat wajah pemuda tampan itu. Beryl!Mengapa pria itu selalu menjadi penyelamatnya? Apakah ia memang pria yang kelak akan menjadi jodohnya?Pria itu menatapnya dengan rahang mengeras, matanya penuh ketegangan dan kekhawatiran. Laila terpaku, tubuhnya masih bergetar dalam dekapannya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi napasnya semakin berat. Dadanya seperti diremat tangan yang tak kasat mata. Dalam kepanikannya, ia mulai meronta, ingin turun dari pangkuan pria itu.“Dek, tenanglah! Tarik napas pelan-pelan.”Suara Beryl dalam dan tegas, tetapi lembut. Ia
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 328

“Ada truk? Siapa yang datang?” tanya Pasha spontan saat menoleh ke arah jendela.Jeena pun mengikuti tatapan kakaknya. “Kayaknya barang gitu, kargo bukan?”Saat mereka berbincang asik soal mobil yang datang, Beryl berjalan keluar dari ruang tamu lalu menghampiri supir truk bertubuh gemuk itu.“Pak, ini gimana? Jalannya ternyata rusak. Nanti Bapak harus ganti ya bannya udah meletus dua kali!” keluh sang supir. Masalahnya Beryl mengatakan pada supir itu jalannya mulus semulus sirkuit F1 untuk mencapai ke sana. Sengaja, Beryl berdusta agar mereka tidak mempersulit pengiriman kursi roda.“Okay, saya ganti tenang aja!” Jawab Beryl– dengan serius.Di halaman rumah sederhana tempat Laila tinggal, beberapa petugas alat kesehatan (alkes) mengeluarkan beberapa jenis kursi roda untuk dipilih oleh Laila dari truk besar itu.Semua orang pun keluar untuk melihat siapa yang datang. Jeena mendorong kursi roda Laila. Ke dua wanita itu saling lirik bingung.“Dek, coba pilih kursi rodanya!”Tanpa tau mal
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 329

“Udah jangan nangis lagi dong! Kita bisa pulang seminggu sekali kalau mau,”Manggala menggenggam tangan Jeena sepanjang perjalanan berada di dalam pesawat. Jeena merasa berat harus meninggalkan putranya yang kini sudah semakin besar dan cerewet. Sebagai seorang ibu, rasanya begitu berat berpisah dengannya.“Mas gak bakalan ngerasain yang aku rasain sekarang,” beo Jeena mulai berani memprotes suaminya.“Iya, iya, iya, Mas ‘kan gak ngelahirin jadi gak tahu gimana rasanya menjadi seorang ibu. Tapi, tenang saja, Mas akan menjadi Ayah Sagara yang baik hati dan tidak sombong.”Manggala mencubit pipi Jeena dengan pelan. Lalu ia mengusap-usap kepalanya dengan lembut seperti pada seekor anak kucing.Jeena mengangkat mata dengan bibir yang mencucuk mirip bebek. “Apaan sih!”“Ya … salah lagi, deh!”Manggala menepuk jidatnya dengan kekehan pelan.Setelah sekian jam menempuh perjalanan udara, akhirnya mereka tiba di bandara dan langsung kembali pulang ke apartemen Jeena. Kini mereka hanya berdua ka
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 330

Laila tergugu saat melihat pria di depannya mengaku sebagai ayah kandungnya. Namun sebisa mungkin ia berusaha tenang. Ia tidak ingin terlalu menanggapi soal hal itu. Hatinya merasa letih dengan kebenaran-kebenaran yang terus menerus datang tanpa diundang.Rahes menatap Laila dengan lebih tenang. Ia bisa merasakan keterkejutan pada mata jernih putrinya–yang sialnya mengingatkannya pada sosok Melani. Wajahnya begitu mirip dengannya.“Ayah, bukankah mau tes DNA Laila? Kenapa Ayah percaya begitu saja kalau Laila itu putri Ayah yang hilang?” Serina merasa kecewa dengan Rahes—yang begitu mudah percaya pada kehadiran Laila sebagai anak kandungnya.“Tidak perlu,” Jawab Rahes.Rahes langsung memegang tangan Serina, mengisyaratkan agar ia diam saja tidak perlu ikut berkomentar. “Laila, maafin Ayah, Nak. Mungkin ini terlalu cepat. Tapi, tenang saja, Ayah akan memberimu waktu,” lanjut Rahes dengan suara yang lembut. Tanpa sàdar air menetes dari pelupuk matanya.Mendengar perkataan Rahes, Laila p
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more
PREV
1
...
3132333435
...
43
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status