Home / CEO / Gadis Malam Penakluk CEO Dingin / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Gadis Malam Penakluk CEO Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

70 Chapters

Bab 41. Kecelakaan

"Shitt! Ada apa sebenarnya?""Kemana Elora akan pergi? Apakah benar dia akan bertemu pelanggannya?" tanya Jonas.Pikirannya Jonas terus berputar, semua hal negatif menari di kepalanya. Dia ingin percaya Elora, tapi kata-kata ibunya juga terus mengganggu. Apalagi hari ini Elora kembali keluar rumah."Apa benar yang Mami katakan, Elora? Ah, mengapa sulit sekali aku percaya? Sekarang, siapa yang berbohong dan siapa yang dibohongi? Siapa yang harus aku percaya?" tanya Jonas pada dirinya sendiri.Jonas duduk di kantornya, matanya tidak fokus menatap layar komputer. Sejak tadi pagi, rasa gelisah tak henti-henti menghantuinya. Sesekali, ia melihat ponselnya, berharap ada pesan atau panggilan masuk dari Elora. Namun, tak ada apa pun. Hanya keheningan yang membuatnya semakin resah.“Kenapa perasaanku tidak enak begini?” gumamnya pelan sambil meremas jemarinya. Ia mencoba menghubungi Elora sekali lagi, namun kali ini ponselnya tidak aktif."Elora, di mana kau?” bisiknya, penuh kekhawatiran.Di
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Bab 42. Tidak Ada Hasil

"Alex, ayo kita susul!""Sekarang, Pak?""Iya."Jonas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di sampingnya, Alex duduk diam, sesekali melirik ke arah Jonas dengan khawatir. Wajah Jonas pucat, pandangannya tajam ke arah jalan di depan, seperti mengejar sesuatu yang nyaris tak terlihat.“Kau yakin tempat ini, Alex?” Jonas bertanya tanpa menoleh.“Ya, Pak. Ini lokasi terakhir yang terdeteksi dari ponsel Bu Elora,” jawab Alex hati-hati, takut membuat Jonas semakin gelisah.“Kenapa firasatku buruk sekali? Rasanya seperti ada sesuatu terjadi padanya,” gumam Jonas, hampir pada dirinya sendiri.Alex mengangguk kecil, tapi tidak berani berkomentar lebih jauh. Ia tahu, Jonas benar-benar tidak tenang. Mereka akhirnya tiba di jalan di pinggir jurang, tempat terakhir di mana Elora terdeteksi.Jonas keluar dari mobil dengan cepat dan berjalan ke tepi jurang. Ia menatap ke bawah, tapi kabut tebal menutupi dasar jurang. Hanya ada jejak ban yang tampak tergelincir di tepi jalan."Ini bekas ban,"
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 43. Pencarian Berakhir

Jonas duduk di tepi ranjangnya, menatap jendela dengan pandangan kosong. Di luar, matahari terbenam, tetapi sinarnya yang lembut dan hangat sama sekali tidak mengusik hatinya yang dingin dan kosong. Sejak berita itu datang, ia tak lagi memiliki semangat hidup.Rini masuk ke kamar Jonas dengan langkah hati-hati, menahan napas, melihat punggung anaknya yang membungkuk dalam kesedihan."Jonas, sayang," suara Rini terdengar lembut. "Kau harus makan. Sudah berhari-hari kau tak menyentuh apa pun."Jonas tak bergeming. Hanya helaan napas panjang yang terdengar darinya."Mami, biarkan aku sendiri...," gumamnya tanpa menoleh."Jonas, sudah dua minggu pencarian dilakukan. Mereka sudah mencoba segalanya. Kau tak bisa terus-terusan seperti ini."Jonas menggeleng. "Mami, mereka belum menemukan apa-apa. Elora belum ditemukan. Bagaimana mereka bisa memutuskan dia sudah meninggal?" Suaranya penuh perlawanan dan kepedihan yang mendalam.Rini menarik kursi, duduk di sebelahnya. "Jonas, kau harus meneri
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 44. Tidak Akan Menyerah

"Mami, kenapa? Apakah mami sangat senang Elora mati?" tanya Jonas menatap ibunya dengan sendu."Apa salah Elora, Mi?" sambungnya."Jonas," panggil Rini akhirnya, suaranya pelan namun tegas. "Kau tidak bisa terus seperti ini. Sudah dua minggu, dan kau harus terima kenyataan. Elora sudah pergi. Dia sudah mati!"Jonas menggeleng, menundukkan kepala dengan keras kepala. "Tidak, Mami. Aku tahu Elora masih hidup. Aku bisa merasakannya. Dia tidak mungkin mati begitu saja."Rini mendesah, mencoba tetap tenang. "Jonas, kau harus belajar ikhlas. Pencarian sudah dihentikan, bahkan bangkai mobil Elora tidak bisa diangkat dari dasar jurang itu. Terlalu dalam dan curam.""Dia tidak mungkin selamat.""Tapi, dimana jasadnya?""Mungkin dimakan binatang buas yang ada disana.""Tapi, Mami..." Jonas menatap Rini dengan mata penuh rasa sakit. "Bagaimana bisa aku menyerah begitu cepat? Ini Elora, dia istriku."Rini memejamkan mata, berusaha menahan perasaan lega yang menyelinap dalam dirinya. "Jonas, hid
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 45. Tidur yang Tenang

Braak!"Apa yang kau pikirkan, Jonas!"Jonas melangkah masuk ke ruang tamu dengan wajah tegas. Tapi belum sempat ia melepas jas, Matheo sudah menghampirinya dengan langkah cepat, langsung menggebrak meja di depannya. Suara gebrakan itu bergema di seluruh ruangan, membuat beberapa pelayan yang sedang lewat melirik ketakutan.“Kau ini keras kepala sekali, Jonas!” seru Matheo dengan nada marah. "Berapa kali harus Papi bilang, Elora sudah tidak ada! Berhentilah mencari dia! Fokus pada keluarga ini!"Jonas hanya menatap ayahnya dengan tenang, meski di dalam hatinya ia merasakan amarah yang sama besarnya. "Papi, kalau Papi sudah menyerah, biarkan saja. Tapi aku belum selesai. Aku tahu Elora masih hidup, dan aku akan menemukan dia."Matheo menggeleng dengan frustasi. "Jonas, kau merusak hidupmu sendiri dengan keyakinan yang tidak berdasar! Dia bukan apa-apa lagi untuk kita!""Aku tahu apa yang kulakukan, Papi," kata Jonas dengan nada tegas. "Dan, tolong jangan katakan kalau Elora bukan apa-a
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 46. Tekad Jonas

Matahari siang yang terik membakar punggung Jonas saat dia berdiri di tepi jurang, memandang ke dasar yang nyaris tak terlihat. Kakinya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena obsesi yang membara dalam hatinya. Angin kencang menerpa wajahnya, namun itu tak cukup untuk mendinginkan panas di dadanya.Dia tidak main-main, saat memutuskan untuk mencari Elora, dia memang melakukannya. Tidak peduli dengan apapun. Yang ada di pikirannya hanyalah menemukan Elora, istrinya.“Pak Jonas, ini gila!” seru salah satu anggota tim yang berdiri tak jauh darinya. “Medannya terlalu curam, tidak ada jalur yang aman.”Jonas memutar tubuhnya perlahan, menatap lelaki itu dengan dingin. "Kau pikir aku peduli soal aman? Kalau kau takut, jangan ikut. Aku bisa sendiri."“Ini bukan soal keberanian, Pak. Bahkan tim SAR saja menyerah. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi,” balas pria itu, mencoba meyakinkan Jonas.“Tim SAR menyerah karena mereka tidak punya alasan untuk terus mencari. Aku punya,” jawab Jonas t
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 47. Harapan dan Keraguan

Jonas kembali ke tepi jurang. Hari ini, dia akan kembali turun kesana. Dia penasaran dan akan memeriksa mobil Elora yang masih disana, dan pastinya tidak akan pernah diangkat keatas. Karena sangat mustahil.“Periksa dengan teliti,” ujarnya.“Baik, Pak.”“Jangan sampai ada yang terlewat.”Jonas berdiri mematung di dasar jurang, di tengah desingan angin yang membuat tubuhnya menggigil. Puing-puing mobil Elora berserakan di sekitarnya, terlihat rapuh dan kusam di antara bebatuan tajam. Ia menatap sekitar dengan penuh harap, mencari tanda-tanda sekecil apa pun yang bisa menjadi petunjuk.“Tidak ada apa-apa, Pak Jonas,” ujar salah satu anggota tim yang turun bersamanya, suaranya berat oleh kelelahan. “Hanya puing-puing. Tidak ada barang pribadi, apalagi tanda-tanda kehidupan.”Jonas menggenggam seutas tali pengaman di tangannya dengan keras, jemarinya hampir memutih. Matanya menyapu setiap sudut, mencoba melawan kenyataan pahit itu.“Tidak mungkin. Dia pasti meninggalkan sesuatu. Barang, p
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 48. Waktunya Hampir Tiba

“PLAK!” Suara tamparan itu menggema di dalam ruangan. Jonas terkejut, tangannya refleks menyentuh pipinya yang kini memerah. Ia mendongak, mendapati Rini, ibunya, berdiri dengan wajah marah dan penuh emosi. “Mami? Mengapa kesini?”“Bangun, Jonas! Apa-apaan ini?” Rini menunjuk tumpukan dokumen yang berantakan di meja. “Kau di sini duduk melamun memandangi foto Elora, sementara perusahaanmu di ambang kehancuran!” “Mi...” Jonas mencoba berbicara, tetapi suara Rini menginterupsi. “Jangan panggil aku, Mami, kalau kau terus bertingkah seperti ini!” serunya.“Berapa lama lagi kau akan tenggelam dalam ilusi kalau Elora masih hidup? Dia sudah pergi, Jonas! Dia sudah mati! Kau harus menerima kenyataan!” Jonas bangkit dari kursinya, menatap ibunya dengan mata penuh amarah. “Jangan bicara seperti itu, Mi. Mami tidak tahu apa yang aku rasakan!” Rini mendengus. “Tentu saja aku tidak tahu! Tapi yang aku tahu, jika kau terus seperti ini, EL Company akan runtuh. Itu artinya semua kerja keras kau
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 49. Menyerah

Dua bulan kemudian…Di ruang kerjanya yang sunyi, Jonas duduk memandangi selembar surat yang baru saja ia tandatangani. Surat itu adalah keputusan final yang telah ia hindari selama berminggu-minggu, pernyataan resmi bahwa pencarian Elora dihentikan. Dan disitu juga tertera surat kematian Elora.“Ini yang terbaik, Tuan Jonas,” ujar Daniel, pengacaranya, dengan nada hati-hati.Jonas menghela nafas panjang, menatap kosong ke arah meja. “Aku merasa seperti menyerah pada satu-satunya hal yang membuatku terus hidup,” gumamnya.Daniel menunduk, tidak berani menjawab. Ia tahu bahwa apapun yang dikatakan saat ini tidak akan mampu menghibur Jonas.Saat Daniel meninggalkan ruangan, Rini muncul di ambang pintu, wajahnya keras namun matanya mengandung sedikit simpati.“Mami senang akhirnya kau membuat keputusan yang tepat,” katanya, mendekat dengan langkah pelan.Jonas tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, matanya tetap terpaku pada meja.Rini menarik kursi dan duduk di hadapannya. “Kau memb
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 50. Hanya Lelucon

Jonas duduk di kursinya, memandangi layar ponsel yang menampilkan pesan baru.'[Gudang tua di pinggir kota, jam 6 sore, minggu depan.]'Pesan itu tanpa nama pengirim, tetapi isinya cukup untuk menggetarkan hati Jonas. Kata-kata sederhana itu membawa kembali harapan yang hampir ia kubur bersama pencarian Elora."Apakah benar Elora masih hidup?" tanya Jonas lagi."Pasti." Jonas menjawab sendiri pertanyaannya.“Bagaimana kalau ini hanya lelucon...” gumamnya sambil mengusap wajah dengan kedua tangan. Namun, ada sesuatu yang dalam hatinya memintanya untuk percaya, untuk bertahan pada keyakinan bahwa Elora masih hidup."Atau jebakan?"Jonas terus memikirkan pesan tersebut, bahkan sampai dia pulang ke rumah, pikirannya masih tidak tenang.“Jonas, kau baik-baik saja?” Rini, yang baru saja memasuki ruangan, memperhatikan ekspresi anaknya yang gelisah.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Mi,” jawab Jonas singkat, menyembunyikan pesan itu dari pandangannya.Rini memiringkan kepala, curiga. “Kau
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status