"Mami, kenapa? Apakah mami sangat senang Elora mati?" tanya Jonas menatap ibunya dengan sendu."Apa salah Elora, Mi?" sambungnya."Jonas," panggil Rini akhirnya, suaranya pelan namun tegas. "Kau tidak bisa terus seperti ini. Sudah dua minggu, dan kau harus terima kenyataan. Elora sudah pergi. Dia sudah mati!"Jonas menggeleng, menundukkan kepala dengan keras kepala. "Tidak, Mami. Aku tahu Elora masih hidup. Aku bisa merasakannya. Dia tidak mungkin mati begitu saja."Rini mendesah, mencoba tetap tenang. "Jonas, kau harus belajar ikhlas. Pencarian sudah dihentikan, bahkan bangkai mobil Elora tidak bisa diangkat dari dasar jurang itu. Terlalu dalam dan curam.""Dia tidak mungkin selamat.""Tapi, dimana jasadnya?""Mungkin dimakan binatang buas yang ada disana.""Tapi, Mami..." Jonas menatap Rini dengan mata penuh rasa sakit. "Bagaimana bisa aku menyerah begitu cepat? Ini Elora, dia istriku."Rini memejamkan mata, berusaha menahan perasaan lega yang menyelinap dalam dirinya. "Jonas, hid
Braak!"Apa yang kau pikirkan, Jonas!"Jonas melangkah masuk ke ruang tamu dengan wajah tegas. Tapi belum sempat ia melepas jas, Matheo sudah menghampirinya dengan langkah cepat, langsung menggebrak meja di depannya. Suara gebrakan itu bergema di seluruh ruangan, membuat beberapa pelayan yang sedang lewat melirik ketakutan.“Kau ini keras kepala sekali, Jonas!” seru Matheo dengan nada marah. "Berapa kali harus Papi bilang, Elora sudah tidak ada! Berhentilah mencari dia! Fokus pada keluarga ini!"Jonas hanya menatap ayahnya dengan tenang, meski di dalam hatinya ia merasakan amarah yang sama besarnya. "Papi, kalau Papi sudah menyerah, biarkan saja. Tapi aku belum selesai. Aku tahu Elora masih hidup, dan aku akan menemukan dia."Matheo menggeleng dengan frustasi. "Jonas, kau merusak hidupmu sendiri dengan keyakinan yang tidak berdasar! Dia bukan apa-apa lagi untuk kita!""Aku tahu apa yang kulakukan, Papi," kata Jonas dengan nada tegas. "Dan, tolong jangan katakan kalau Elora bukan apa-a
Matahari siang yang terik membakar punggung Jonas saat dia berdiri di tepi jurang, memandang ke dasar yang nyaris tak terlihat. Kakinya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena obsesi yang membara dalam hatinya. Angin kencang menerpa wajahnya, namun itu tak cukup untuk mendinginkan panas di dadanya.Dia tidak main-main, saat memutuskan untuk mencari Elora, dia memang melakukannya. Tidak peduli dengan apapun. Yang ada di pikirannya hanyalah menemukan Elora, istrinya.“Pak Jonas, ini gila!” seru salah satu anggota tim yang berdiri tak jauh darinya. “Medannya terlalu curam, tidak ada jalur yang aman.”Jonas memutar tubuhnya perlahan, menatap lelaki itu dengan dingin. "Kau pikir aku peduli soal aman? Kalau kau takut, jangan ikut. Aku bisa sendiri."“Ini bukan soal keberanian, Pak. Bahkan tim SAR saja menyerah. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi,” balas pria itu, mencoba meyakinkan Jonas.“Tim SAR menyerah karena mereka tidak punya alasan untuk terus mencari. Aku punya,” jawab Jonas t
Jonas kembali ke tepi jurang. Hari ini, dia akan kembali turun kesana. Dia penasaran dan akan memeriksa mobil Elora yang masih disana, dan pastinya tidak akan pernah diangkat keatas. Karena sangat mustahil.“Periksa dengan teliti,” ujarnya.“Baik, Pak.”“Jangan sampai ada yang terlewat.”Jonas berdiri mematung di dasar jurang, di tengah desingan angin yang membuat tubuhnya menggigil. Puing-puing mobil Elora berserakan di sekitarnya, terlihat rapuh dan kusam di antara bebatuan tajam. Ia menatap sekitar dengan penuh harap, mencari tanda-tanda sekecil apa pun yang bisa menjadi petunjuk.“Tidak ada apa-apa, Pak Jonas,” ujar salah satu anggota tim yang turun bersamanya, suaranya berat oleh kelelahan. “Hanya puing-puing. Tidak ada barang pribadi, apalagi tanda-tanda kehidupan.”Jonas menggenggam seutas tali pengaman di tangannya dengan keras, jemarinya hampir memutih. Matanya menyapu setiap sudut, mencoba melawan kenyataan pahit itu.“Tidak mungkin. Dia pasti meninggalkan sesuatu. Barang, p
“PLAK!” Suara tamparan itu menggema di dalam ruangan. Jonas terkejut, tangannya refleks menyentuh pipinya yang kini memerah. Ia mendongak, mendapati Rini, ibunya, berdiri dengan wajah marah dan penuh emosi. “Mami? Mengapa kesini?”“Bangun, Jonas! Apa-apaan ini?” Rini menunjuk tumpukan dokumen yang berantakan di meja. “Kau di sini duduk melamun memandangi foto Elora, sementara perusahaanmu di ambang kehancuran!” “Mi...” Jonas mencoba berbicara, tetapi suara Rini menginterupsi. “Jangan panggil aku, Mami, kalau kau terus bertingkah seperti ini!” serunya.“Berapa lama lagi kau akan tenggelam dalam ilusi kalau Elora masih hidup? Dia sudah pergi, Jonas! Dia sudah mati! Kau harus menerima kenyataan!” Jonas bangkit dari kursinya, menatap ibunya dengan mata penuh amarah. “Jangan bicara seperti itu, Mi. Mami tidak tahu apa yang aku rasakan!” Rini mendengus. “Tentu saja aku tidak tahu! Tapi yang aku tahu, jika kau terus seperti ini, EL Company akan runtuh. Itu artinya semua kerja keras kau
Dua bulan kemudian…Di ruang kerjanya yang sunyi, Jonas duduk memandangi selembar surat yang baru saja ia tandatangani. Surat itu adalah keputusan final yang telah ia hindari selama berminggu-minggu, pernyataan resmi bahwa pencarian Elora dihentikan. Dan disitu juga tertera surat kematian Elora.“Ini yang terbaik, Tuan Jonas,” ujar Daniel, pengacaranya, dengan nada hati-hati.Jonas menghela nafas panjang, menatap kosong ke arah meja. “Aku merasa seperti menyerah pada satu-satunya hal yang membuatku terus hidup,” gumamnya.Daniel menunduk, tidak berani menjawab. Ia tahu bahwa apapun yang dikatakan saat ini tidak akan mampu menghibur Jonas.Saat Daniel meninggalkan ruangan, Rini muncul di ambang pintu, wajahnya keras namun matanya mengandung sedikit simpati.“Mami senang akhirnya kau membuat keputusan yang tepat,” katanya, mendekat dengan langkah pelan.Jonas tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, matanya tetap terpaku pada meja.Rini menarik kursi dan duduk di hadapannya. “Kau memb
Jonas duduk di kursinya, memandangi layar ponsel yang menampilkan pesan baru.'[Gudang tua di pinggir kota, jam 6 sore, minggu depan.]'Pesan itu tanpa nama pengirim, tetapi isinya cukup untuk menggetarkan hati Jonas. Kata-kata sederhana itu membawa kembali harapan yang hampir ia kubur bersama pencarian Elora."Apakah benar Elora masih hidup?" tanya Jonas lagi."Pasti." Jonas menjawab sendiri pertanyaannya.“Bagaimana kalau ini hanya lelucon...” gumamnya sambil mengusap wajah dengan kedua tangan. Namun, ada sesuatu yang dalam hatinya memintanya untuk percaya, untuk bertahan pada keyakinan bahwa Elora masih hidup."Atau jebakan?"Jonas terus memikirkan pesan tersebut, bahkan sampai dia pulang ke rumah, pikirannya masih tidak tenang.“Jonas, kau baik-baik saja?” Rini, yang baru saja memasuki ruangan, memperhatikan ekspresi anaknya yang gelisah.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Mi,” jawab Jonas singkat, menyembunyikan pesan itu dari pandangannya.Rini memiringkan kepala, curiga. “Kau
Hari terus berlalu, kondisi Elora semakin membaik. Ia kini bisa berjalan tanpa bantuan, meskipun masih sedikit lambat. Setiap langkahnya terasa seperti perjuangan, namun Elora merasa bangga karena ia mulai meraih kemandiriannya kembali. Hanya saja, ada satu hal yang terus menghantuinya, yaitu ingatannya.Setiap kali ia mencoba menggali lebih dalam, hanya kekosongan yang ia temukan. Kadang, sosok bayangan samar muncul dalam pikirannya. Sosok itu membuat dadanya berdebar, seperti ada sesuatu yang sangat penting tentangnya. Tapi siapa dia?“Kenapa aku tidak bisa mengingat?” gumam Elora sambil menatap dirinya di cermin. Matanya menatap bayangan samar di pikirannya, seolah berharap cermin itu akan memberikan jawaban.“Elora, makan malam sudah siap,” suara Anita terdengar dari luar kamar.“Sebentar, Ma!” jawab Elora sambil menarik nafas panjang. Ia melangkah keluar dengan perlahan, menuju ruang makan tempat Anita dan Damian sudah menunggunya.Saat duduk, Elora kembali mengajukan pertanyaan
Jonas tak pernah menyerah untuk mendekati Elora. Setelah membantunya melawan Raymond, ia sadar bahwa cintanya pada Elora tak pernah padam. Namun, ia tahu bahwa memperbaiki kepercayaan yang telah hancur tidaklah mudah.Setiap minggu, Jonas menyempatkan diri mengunjungi EL Company, tidak dengan niat mengganggu, tetapi untuk menunjukkan dukungannya. Ia datang dengan membawa ide-ide baru untuk bisnis, atau sekadar menawarkan bantuan jika Elora membutuhkan.“Aku tidak meminta kau untuk langsung menerimaku kembali, Elora,” kata Jonas suatu hari saat mereka sedang berdiskusi di ruang rapat. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku ada disini, siap membuktikan bahwa aku bukan seperti Papi.”Elora menatapnya, matanya penuh keraguan namun juga kehangatan yang ia coba sembunyikan. “Aku tidak tahu, Jonas. Luka ini terlalu dalam. Butuh waktu untuk menyembuhkannya.”“Aku punya seumur hidup untuk menunggu,” balas Jonas dengan senyum kecil.Hubungan mereka mulai membaik, meski perlahan. Elora tidak lagi m
Elora menatap Jonas yang berdiri di depannya. Wajah pria itu penuh tekad, meskipun garis-garis kelelahan terlihat jelas. Jonas masih pria yang sama, penuh semangat melindungi orang-orang yang ia sayangi.“Aku tahu kau mungkin membenciku sekarang, Elora,” ujar Jonas perlahan, suaranya bergetar. “Tapi aku tidak bisa hanya diam melihat kau dihancurkan seperti ini.”Elora menghela nafas panjang. Ia ingin menolak, ingin mengatakan bahwa ia cukup kuat untuk mengatasi semuanya sendiri. Namun, ia tahu kenyataannya berbeda. Ia tidak mengenal Raymond sedalam Jonas, dan ancaman dari lelaki itu semakin nyata.“Aku tidak membencimu, Jonas,” akhirnya Elora menjawab. “Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi.”Jonas tersenyum tipis. “Aku tidak meminta kepercayaanmu. Aku hanya ingin membantumu. Kau tahu aku bisa.”Setelah beberapa detik hening, Elora mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi ini tidak berarti aku melupakan masa lalu.”Jonas segera mengambil langkah. Ia menggunakan jaringan lama
Kehidupan Elora yang semula berjalan stabil kembali diusik oleh kejahatan tak terduga. Setelah penolakan tegasnya terhadap Raymond, sebuah video tak senonoh tiba-tiba muncul di media sosial. Video itu diklaim sebagai bukti bahwa Elora pernah bekerja sebagai gadis malam, sesuai rumor yang selama ini mengintainya. Elora mendapati video itu saat sedang berada di kantor. Damian, yang mengetahui berita tersebut lebih dulu, langsung bergegas ke kantornya. "Elora, kau harus melihat ini," ujar Damian dengan wajah serius, menunjukkan ponselnya. Elora menatap layar ponsel itu dengan alis berkerut. Ia melihat video seorang wanita yang wajahnya sengaja disamarkan, tetapi dengan narasi dan bukti palsu yang membuatnya terlihat seperti dirinya. “Itu bukan aku!” tegas Elora, suaranya bergetar. Damian menggenggam bahu Elora. “Aku tahu itu bukan kau. Tapi kita harus bertindak cepat. Ini fitnah yang serius.” Video itu menyebar seperti api. Media-media gosip segera mengambilnya sebagai bahan berita
Kerjasama antara Elora Yugev dan Mr. Donovan membawa EL Company ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan investasi besar dan pengalaman Donovan di dunia bisnis, Elora berhasil mengimplementasikan strategi-strategi inovatif yang membuat perusahaannya menjadi sorotan di pasar. EL Company kini tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga mulai menarik perhatian internasional."Kerja kerasmu luar biasa, Elora," ujar Donovan suatu pagi di ruang rapat. "Aku jarang melihat seseorang dengan dedikasi seperti ini. Kau benar-benar mengubah arah perusahaan ini.""Terima kasih, Mr. Donovan," jawab Elora sambil tersenyum. "Namun, ini semua tidak mungkin tanpa dukungan Anda."Donovan tersenyum tipis. "Aku hanya membuka jalan, sisanya adalah hasil usahamu."Sementara itu, Damian Yugev kembali membuktikan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin. Setelah beberapa bulan membangun kembali jaringan dan memanfaatkan nama baiknya, ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan baru yang mulai mencuri perhatian."Sia
Kehidupan keluarga Yugev perlahan kembali berjalan normal setelah badai panjang yang mereka hadapi. Damian Yugev memulai kembali dari nol. Meskipun pernah menjadi salah satu pebisnis terbesar di masanya, ia kini harus menata ulang segalanya sebagai pebisnis pemula. Tidak mudah, tetapi Damian adalah sosok yang pantang menyerah."Papa, Papa pernah di atas," kata Elora saat makan malam bersama Damian dan Anita di rumah mereka yang sederhana namun nyaman. "Aku yakin Papa bisa kembali ke sana."Damian tersenyum, menatap putrinya dengan penuh haru. "Papa sudah pernah merasakan kehilangan segalanya, Nak. Kalau sekarang harus memulai dari nol, itu tidak masalah. Yang penting, kita masih punya keluarga."Anita Yugev, meskipun masih trauma dengan apa yang mereka alami, perlahan mulai menemukan ketenangan. Ia tidak lagi hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan keluarga Zein. Kehancuran Matheo dan keluarganya menjadi akhir dari mimpi buruk yang selama ini menghantui mereka.Elora kini menjadi sor
Dunia bisnis kembali digemparkan. Setelah bertahun-tahun penuh dengan intrik dan manipulasi, akhirnya kejahatan yang dilakukan Matheo Zein terhadap keluarga Yugev terungkap ke publik. Penyidikan panjang, didukung oleh bukti-bukti yang Elora bawa, mengungkapkan bahwa kebangkrutan dan kecelakaan yang menimpa Damian Yugev bukanlah kecelakaan biasa. Semua itu adalah hasil dari rencana kejam Matheo untuk merebut kekayaan keluarga Yugev dan menghapus jejak mereka dari dunia bisnis.Damian Yugev, yang dulu dihancurkan namanya, kini mendapatkan keadilan. Pengadilan memutuskan Matheo bersalah atas serangkaian kejahatan, termasuk penggelapan, pemalsuan dokumen, dan percobaan pembunuhan. Hukuman berat dijatuhkan, dan reputasi keluarga Zein yang selama ini dijaga dengan penuh manipulasi hancur dalam sekejap.Keputusan pengadilan memicu reaksi berantai. Para investor yang sebelumnya percaya pada keluarga Zein mulai menarik diri dari perusahaan mereka, tak ingin terlibat dalam skandal besar ini. S
Kantor EL Company dipenuhi dengan hiruk-pikuk aktivitas. Elora duduk di kursi eksekutifnya, tampak tenang meski banyak yang tahu betapa sibuknya pikirannya. Kemenangan yang baru diraih masih menjadi perbincangan hangat di media, tetapi bagi Elora, itu hanyalah salah satu langkah dari rencana panjangnya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Jonas muncul, wajahnya penuh dengan campuran rasa bersalah dan tekad. Ia tampak lebih tua dari terakhir kali Elora melihatnya, seolah-olah beban hidup mulai menghancurkan pria yang dulu begitu percaya diri itu.“Elora,” katanya dengan suara parau. Ia berdiri di ambang pintu, tak berani melangkah lebih jauh. “Bisakah kita bicara?”Elora memandangi Jonas dengan tatapan datar. “Kalau kau datang untuk memohon, aku rasa kau membuang waktumu. Kau sudah membuat pilihan, Jonas. Dan aku bukan pilihan itu.”Tapi Jonas tidak menyerah. Ia masuk lebih dalam ke ruangan itu, menutup pintu di belakangnya. “Aku salah, Elora. Semua yang aku lakukan adalah kesalahan.
Kehebohan yang ditimbulkan oleh kembalinya Elora ke dunia bisnis bukan hanya mengguncang dunia usaha, tetapi juga mengguncang kehidupan pribadi keluarga Zein. Dalam sekejap, kehidupan mereka berubah menjadi sorotan media. Wartawan mengepung rumah dan kantor mereka, sementara berita tentang pengembalian Elora ke EL Company membuat judul-judul utama di surat kabar.Tidak hanya itu, kenyataan bahwa Jonas telah menikah lagi dengan Bianca setelah mengumumkan kematian Elora, semakin memperburuk citra keluarga Zein.Elora, di sisi lain, tampaknya menikmati setiap momen dari kehebohan ini. Dia berdiri tegak di depan layar televisi, menyaksikan pemberitaan tentang dirinya, sambil tersenyum lebar. Di matanya, semuanya berjalan sesuai rencana. Setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang, akhirnya dia mendapatkan kembali apa yang menjadi haknya.Namun, kemenangan Elora tidak hanya terbatas pada kembali ke perusahaan yang telah dirampas darinya, melainkan juga pada sesuatu yang lebih besar
Matheo duduk di kursi kepala meja dengan wajah memerah, sementara Rini berjalan mondar-mandir sambil melontarkan makian kepada Elora.“Kita harus bertindak sekarang!” seru Rini. “Wanita itu mempermalukan kita di depan dunia!”“Kita sudah menyiapkan gugatan hukum,” jawab Matheo dengan nada datar. “Tim legal kita akan menuduhnya melakukan pencemaran nama baik dan penyelewengan dokumen perusahaan.”Rini mengangguk setuju. “Bagus. Ini akan membuatnya sadar bahwa dia tidak bisa seenaknya merampas apa yang bukan miliknya.”“Jonas, kau akan mendukung langkah ini, kan?” tanya Matheo, menatap putranya.Jonas mengangkat bahu, wajahnya tampak tanpa emosi. “Kalian lakukan saja apa yang menurut kalian benar. Aku tidak peduli.”Rini membanting tangannya ke meja. “Kau benar-benar tidak berguna, Jonas! Ini semua salahmu! Jika kau tidak menikahi wanita itu, kita tidak akan berada dalam kekacauan ini!”Jonas tidak menjawab, hanya berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruangan.Berita tentang gugatan ya