Beranda / Romansa / Bayangan Kelam / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Bayangan Kelam: Bab 91 - Bab 100

105 Bab

Bab 91

Hari-hari setelah percakapan mendalam di ruang tamu itu semakin berat bagi Anisa. Hubungan dengan Malik yang awalnya menjadi tempat perlindungan kini berubah menjadi sumber luka. Keheningan di antara mereka lebih menyakitkan daripada pertengkaran.Anisa lebih sering menghabiskan waktu di kamar, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, keheningan itu sering kali menjadi pengingat akan kehampaan yang kini mengisi hidupnya. Malik, di sisi lain, mulai pulang semakin larut dan jarang berbicara dengannya.Suatu sore, ketika Anisa duduk termenung di ruang tamu, ia menerima pesan dari Roy, teman lamanya yang beberapa waktu lalu datang berkunjung ke rumah mereka.”Anisa, aku dengar kamu butuh bantuan.”Awalnya, Anisa ragu untuk membalas. Namun ia merasa begitu tertekan dan membutuhkan tempat untuk meluapkan isi hatinya. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk bertemu dengan Roy di sebuah taman dekat rumah.Di taman, Roy menatap Anisa dengan sorot mata yang penuh perhatian. “Anisa, kamu kel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 92

Matahari pagi menyelinap di antara tirai kamar Anisa. Sinarnya menerpa wajahnya yang masih terlihat lelah meski ia telah tidur semalaman. Ia menghela napas panjang, mencoba memulai hari dengan sedikit optimisme yang ia kumpulkan dari sisa-sisa semangatnya.Kehidupannya kini adalah serangkaian usaha untuk menemukan kembali kebahagiaan. Setiap hari terasa seperti perjuangan yang tiada akhir, tetapi Anisa tahu bahwa ia tidak bisa menyerah. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, dan untuk pertama kalinya, ia mencoba tersenyum.“Ini awal yang baru,” gumamnya.Di tempat kerjanya, Anisa mulai menunjukkan kemajuan. Ia lebih banyak tersenyum dan mencoba berinteraksi dengan rekan-rekan kerja. Meskipun beberapa dari mereka masih memberikan komentar sinis tentang statusnya, Anisa memilih untuk mengabaikannya.Suatu hari, bosnya, Pak Rahmat, memanggilnya ke ruangannya.“Anisa, saya perhatikan kamu bekerja dengan sangat baik belakangan ini,” kata Pak Rahmat. “Saya ingin kamu mengambil tanggung jawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 93

Hari baru dimulai dengan cerah. Anisa berdiri di depan kaca kamarnya, menata rambutnya sambil memikirkan apa yang akan terjadi hari ini. Setelah sukses mengadakan kelas melukis pertama bersama Roy, ia merasa hidupnya mulai menemukan arah. Namun, di balik semangat barunya, ia tahu ada bagian dari dirinya yang masih dihantui oleh luka lama.“Ini waktunya untuk benar-benar melangkah maju,” gumamnya, menatap dirinya sendiri dengan penuh keyakinan.Hari ini adalah kelas kedua untuk para peserta melukis. Anisa dan Roy sudah menyiapkan semua keperluan, kanvas, cat, dan kuas, semuanya tertata rapi di meja panjang ruang komunitas.“Peserta kita bertambah banyak, ya,” kata Roy sambil tersenyum.Anisa mengangguk. “Aku senang mereka antusias.”Saat kelas dimulai, Anisa dengan penuh semangat menjelaskan teknik-teknik baru kepada para peserta. Ia merasa bangga melihat mereka menikmati proses melukis. Namun di tengah suasana itu, seorang peserta baru masuk ke ruangan.Anisa tertegun sejenak saat mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 94

Hari-hari berlalu dengan lambat bagi Anisa. Meskipun ia sudah memulai langkah kecil untuk melanjutkan hidup, bayangan masa lalunya dengan Malik masih sering menghantui.Setiap sudut rumah menyimpan kenangan, tawa, tangis, hingga pertengkaran terakhir yang berakhir dengan perceraian.Pagi itu, Anisa duduk di meja makan sambil memandangi secangkir kopi yang sudah dingin. Ia merenung, mencoba menerima kenyataan bahwa hidupnya kini telah berubah. Ia bukan lagi istri Malik, bukan lagi calon ibu yang penuh harapan. Ia hanyalah seorang wanita yang mencoba berdiri di tengah reruntuhan hidupnya.Anisa akhirnya memutuskan untuk mengunjungi rumah orang tua Malik. Meski hatinya berat, ia merasa ada tanggung jawab yang belum selesai. Ia ingin mengucapkan terima kasih sekaligus berpamitan dengan mereka.Ketika tiba di depan rumah keluarga Malik, pintu terbuka dan ibu Malik menyambutnya dengan ekspresi terkejut. “Anisa? Kamu datang?”Anisa mengangguk pelan. “Iya, Bu. Saya ingin berpamitan. Saya piki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 95

Hari-hari berlalu dengan ritme yang lambat namun pasti. Anisa mencoba menjalani hidup seperti biasa, tetapi setiap sudut rumah, setiap jejak langkah, dan setiap kenangan kecil tentang masa lalunya bersama Malik terus menghantuinya. Meskipun ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen di mana rasa sakit datang tiba-tiba, menyeretnya kembali ke dalam jurang kesedihan.Pagi itu, Anisa duduk di meja makan sambil menatap cangkir kopinya yang sudah dingin. Pikirannya melayang pada surat yang ditinggalkan Malik beberapa waktu lalu. Kata-kata penyesalan dari mantan suaminya membuat hati Anisa terasa campur aduk. Ia ingin melupakan, tapi sulit untuk memaafkan.“Anisa, sampai kapan kamu akan seperti ini?” gumamnya pada diri sendiri. Ia tahu bahwa menyimpan dendam atau sakit hati hanya akan memperburuk keadaan.Di tengah kegalauannya, Roy terus hadir dalam hidup Anisa, meski ia tidak memaksa. Roy paham bahwa Anisa butuh waktu untuk pulih, dan ia memilih menjadi pendengar yang baik.Suatu so
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 96

Anisa duduk di kursi kereta yang empuk, menatap pemandangan luar jendela yang bergerak cepat. Pikirannya masih berkecamuk dengan segala yang telah terjadi. Meski tubuhnya berada di dalam kereta, hatinya masih terbelenggu oleh bayang-bayang masa lalu. Malik, perpisahan, kesedihan, dan luka yang seolah tak pernah sembuh.Namun, kali ini, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Udara di luar sana terasa segar, dan setiap pemandangan yang ia lihat melalui jendela mengingatkan bahwa dunia ini jauh lebih luas dari yang pernah ia bayangkan. Perjalanan ini, meskipun terasa sepi, memberi Anisa rasa kebebasan yang telah lama ia dambakan.Kereta terus melaju, membawa Anisa menuju kota baru dan kehidupan baru yang penuh dengan kemungkinan yang belum terbuka. Namun, meskipun ada rasa harapan dalam hatinya, ada juga ketakutan. Takut jika langkah ini malah membawanya ke jalan yang lebih sunyi, lebih sepi daripada yang ia tinggalkan.“Ini hanya langkah awal,” Anisa bergumam, mencoba menenangkan diri. “Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 97

Anisa mulai merasa nyaman dengan Roy. Hubungan mereka berjalan begitu alami, tanpa ada tekanan atau ketegangan seperti yang pernah dia rasakan sebelumnya. Setiap kali bersama Roy, Anisa merasa seperti menemukan sosok yang berbeda dari semua pria yang pernah datang dalam hidupnya. Roy selalu bisa membuatnya tertawa, berbicara tentang hal-hal kecil yang terasa menyenangkan, dan yang paling penting, ia memberikan perhatian yang tulus.Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Setelah berbulan-bulan sendiri, Anisa merasa seakan dia menemukan pelarian dari segala luka hati yang pernah ia alami. Roy bukan hanya teman yang menyenangkan, tapi juga seseorang yang mampu menenangkan setiap kegelisahan yang datang dalam pikirannya.Pada suatu malam, Roy mengajak Anisa untuk makan malam di restoran baru yang baru buka di pusat kota. Suasana yang tenang, dipadu dengan cahaya lilin yang temaram, membuat suasana semakin intim. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, hobi, hin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 98

Hari-hari setelah kepergian Roy terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai bagi Anisa. Ia mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaan dan berbagai aktivitas lain, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria yang telah memberinya harapan baru. Roy adalah seseorang yang membuatnya merasa hidup kembali, namun kini ia pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Di satu sisi, Anisa ingin melupakan Roy, tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan kenangan manis yang mereka lalui bersama. Suatu sore, ketika ia sedang membereskan meja kerja di rumah, ia menemukan buku catatan kecil yang pernah diberikan Roy. Di dalamnya, ada beberapa catatan singkat yang pernah ditulis Roy untuknya. Salah satu kalimat yang paling menyentuh hati Anisa adalah ...."Jangan pernah berhenti mencari kebahagiaan, bahkan jika jalannya terasa berat."Membaca kalimat itu, air mata Anisa mengalir tanpa henti. Ia merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya, meskipun ia tak pernah tahu pasti apa y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 99

Minggu-minggu berlalu sejak Anisa memutuskan untuk melupakan Roy, tetapi luka yang ditinggalkannya masih terasa. Meski ia berusaha keras untuk bangkit, ada momen-momen ketika kenangan tentang pria itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih lagi, perasaan bersalah karena membiarkan dirinya terbawa perasaan terhadap seseorang yang ternyata tidak jujur masih membekas.Anisa mulai sibuk dengan rutinitas baru. Ia mengambil beberapa proyek desain interior sebagai freelancer untuk mengisi waktu dan pikirannya. Pekerjaan ini, selain memberinya penghasilan, juga membantunya menjaga pikirannya tetap sibuk. Namun di balik semua aktivitas itu, ia merasa ada kekosongan yang sulit ia isi.Suatu siang, ketika Anisa sedang memeriksa bahan-bahan untuk proyek desain di sebuah toko perlengkapan rumah, ia dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang tidak ia duga. Roy. Pria itu terlihat sama seperti terakhir kali mereka bertemu, tetapi sorot matanya penuh penyesalan.“Anisa,” sapa Roy dengan suara pelan.An
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 100

Waktu terus berlalu, meninggalkan jejak yang samar di hati Anisa. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, meskipun sesekali, bayangan masa lalunya masih muncul dalam ingatannya. Namun, ia tidak ingin terus-menerus terjebak dalam kepedihan yang sama. Setiap hari, ia mencoba membangun dirinya kembali, sedikit demi sedikit.Setelah sekian lama merasa hancur, Anisa akhirnya menemukan kenyamanan dalam rutinitasnya. Pekerjaannya sebagai desainer interior semakin berkembang. Proyek-proyek yang ia tangani mendapat respons positif, dan namanya mulai dikenal di kalangan tertentu. Ia mulai mendapatkan klien tetap yang mempercayakan desain rumah mereka padanya.Suatu pagi, Anisa duduk di meja kerjanya, menyesap kopi hangat sambil menatap layar laptopnya. Pesanan masuk cukup banyak, dan itu berarti ia harus bekerja lebih keras. Tapi, anehnya, ia merasa senang. Ia merasa hidupnya mulai menemukan ritmenya sendiri.Sore itu, ia memutuskan untuk keluar sejenak, berjalan di taman kota. Angin sepoi-
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status