Home / CEO / CEO Kejam yang Jatuh Cinta / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of CEO Kejam yang Jatuh Cinta: Chapter 81 - Chapter 90

113 Chapters

Bab 81# Rasa Bahagia

“Dimana rumah sakitnya?” tanya Valerie sembari menyetir.“Gardenia,” balas Nana.Valerie terdiam sejenak ketika mendengar nama itu, “Apa namanya?” ucap Valerie lagi seraya mencoba untuk memastikan pendengarannya.“Itu, Rumah Sakit Gardenia,” kata Nana mengulang ucapannya tadi.Kini Valerie mulai teringat akan sesuatu. Dia mengemudikan mobilnya tetapi pikirannya tidak bisa terlepas dari semua itu. Tempat itu, dia tidak mungkin melupakanya begitu saja. Ada terlalu banyak kenangan penting disana.Tidak lama setelah mereka berkendara, kini mereka sudah sampai di tempat yang dituju. Valerie memarkirkan mobilnya dan bergegas turun. Mereka juga tidak lupa mengeluarkan hadiah yang sudah dibeli tadi, dan berjalan masuk.Valerie menatap bangunan yang menjulang tinggi dan tampak sangat terawat itu sejenak. Meski lebih indah, tetap saja dia masih bisa membayangkan tempat itu dengan
Read more

Bab 82# Ada yang Aneh

Malam itu Valerie sudah berada di rumah, dan dia akan mengerjakan sesuatu di ruang kerja. Dia sengaja membawa sebuah dokumen agar dia bisa lanjut mengerjakannya begitu berada di rumah.Karena sudah berniat untuk bekerja, Valerie lantas turun dengan membawa dokumen tersebut. Mungkin saja malam ini dia akan istirahat lebih larut, atau jika dia selesai lebih cepat, maka dia bisa langsung tidur.“Dimana Sean?” ucap Valerie di sela-sela perjalanannya.Jika Sean sudah tidak terlihat disana, maka hanya ada dua tempat yang akan di datangi pria itu. Jika bukan ke kamar, maka dia pergi ke ruang kerja. Pekerjaan CEO memang serumit itu, sehingga dia terus berada di ruang kerja setiap hari.Ketika tiba di ruangan kerjanya, Valerie lantas bergegas masuk. Seperti dugaannya tadi, kini dia bisa melihat Sean yang sedang melakukan sesuatu dengan laptopnya. Sudah bisa ditebak bahwa dia sedang bekerja.“Kamu akan bekerja?” ta
Read more

Bab 83# Tiba-Tiba Menghindar

Meskipun sudah mendengar jawaban Valerie, Sean tetap saja beranjak dan mendekat ke arah istrinya itu. Dia tidak akan puas hanya karena jawaban singkat Valerie.“Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja,” ucap Valerie lagi.Kini Valerie bisa melihat Sean dengan lekat, karena pria itu menunduk ke arahnya. Sean mengulurkan tangannya dan memeriksa dahi Valerie. Karena sudah seperti itu, akhirnya Valerie tidak lagi menolak dan membiarkan Sean menyentuh dahinya.Begitu Sean menjauhkan tangannya, Valerie lebih dulu melepas kacamata yang dia kenakan sejak tadi, “Aku baik-baik saja,” ucap Valerie seraya menatap Sean.Valerie menjauhkan kursinya karena kursi itu memang beroda. Jadi dia hanya perlu mendorong sedikit agar bisa memberikan jarak diantara mereka.Melihat Valerie yang mendorong kursinya menjauh, membuat Sean menegakkan tubuhnya lagi, “Apa kamu baru saja menghindari saya?” tanya Sean.
Read more

Bab 84# Mesum

Sean masih terus melakukan gerakan pelan dan menyentuh paha Valerie. Bahkan Valerie tidak bisa menghentikannya padahal Sean hanya menggunakan satu tangan.“Sudah aku bilang kalau aku tidak menghindar,” ucap Valerie. Dia hanya berharap agar Sean mau menjauh dan meninggalkan dirinya.“Tetap saja kamu melakukannya berulang kali,” balas Sean. Dia tentu saja tidak lupa betapa susahnya membujuk Valerie untuk mendekat tadi. Jadi ketika sudah berada dalam pelukan Sean, dia tentu tidak akan melepaskannya dengan mudah.Baru saja Sean menghentikan gerakannya, kini dia malah kembali menyentuh lutut Valerie dan langsung membuka paha Valerie menjadi lebih lebar, “Sean!” teriak Valerie.Kini Valerie menyadari bahwa posisinya sudah dalam bahaya. Dia tidak bisa duduk dengan posisi seperti itu dihadapan Sean.Sean mendekatkan dirinya dan itu membuat Valerie mundur ke belakang. Dia bahkan melakukannya dengan sus
Read more

Bab 85# Aku Sudah Membuangnya

Valerie berjalan ke arah dapur dan berniat untuk berbincang dengan bibi, sembari menyiapkan makan malam. Dia juga hendak mengatakan sesuatu, “Makan malamnya tolong buatin sup juga, bi,” ucap Valerie.“Kemarin saya ke rumah sakit, dan kata dokter sekarang lagi banyak orang sakit, karen cuaca juga,” kata Valerie lagi.Bibi yang mendengar itupun lantas mengangguk paham. Mereka juga akan membuatkan sup panas untuk hidangan makan malam sebentar.Tetapi bibi baru tersadar bahwa dia belum menanyakan sesuatu, “Apa nyonya baik-baik saja?” tanya bibi yang terdengar khawatir.Valerie tersenyum seraya memberikan anggukan singkat, “Saya baik, hanya untuk berjaga-jaga,” jawab Valerie.Dia ingat bahwa kemarin dia juga meminta beberapa vitamin, “Ah iya, jangan lupa siapkan vitamin juga di rumah,” kata Valerie.Mereka mulai sibuk menyiapkan makanan, karena sebentar lagi sudah
Read more

Bab 86# Tolong Jangan Membenciku

Valerie menatap ke arah Sean yang kini sedang tertawa remeh yang tentu saja ditujukkan untuk dirinya. Dia menghetikan kegiatannya dan hanya menatap pria itu.“Saya membenci tempat itu,” ucap Sean. Dia menyandarkan tubuhnya dan mulai menceritakan sesuatu.Kini Valerie hanya bisa diam dan mendengarkan. Dia tidak ingin membuat keadaan menjadi semakin memburuk, hanya karena melihat tingkah Sean yang seperti itu.“Jika saya mengingatnya lagi, tempat itu adalah tempat sampah yang seharusnya tidak dikunjungi,” kata Sean lagi.Cukup sudah. Valerie mengepalkan tangannya ketika mendengar hal itu. Dia sudah tidak bisa lagi menahan diri, “Itu bukan tempat sampah,” ucap Valerie.Sean semakin tertawa begitu Valerie menyelesaikan kalimatnya, “Lalu, kamu bahkan tidak tahu apa yang terjadi didalamnya,” kata Sean.Semakin Valerie kukuh dengan ucapannya tentang tempat itu, semakin membuat
Read more

Bab 87# Kembali Acuh

Jika biasanya Valerie mengenakan celana kantoran, maka kali ini berbeda. Hari ini dia mengenakan celana jeans berwarna hitam, dan blazer berwarna biru muda. Dia merubah gaya rambutnya menjadi model curly dan mengurainya. Kali ini penampilannya terlihat seperti berusia 20-an.“Baiklah, kamu harus bersikap acuh hari ini,” ucap Valerie sembari menatap pantulan wajahnya di cermin.Begitu selesai, dia bergegas untuk turun akan sarapan lebih dulu. Meski dia sudah tahu bahwa akan ada hal yang berbeda di meja makan, dia tetap tidak akan melewatkan sarapan paginya. Dia bukan tipe orang yang akan meluapkan emosi pada semua hal.Baru saja dia sampai di tangga, dari arah yang berlawanan tampak Sean yang berjalan hendak menuruni tangga sepertinya. Melihat itu, Valerie hanya bersikap acuh dan melanjutkan langkahnya, seolah dia tidak pernah menyadari keberadaan Sean.Sean yang saat itu menyadari keberadaan Valerie di tangga, lantas berniat un
Read more

Bab 88# Hal Aneh

Jika Valerie bisa berangkat ke kantor dengan tenang sembari berusaha untuk tidak memikirkan tentang masalah mereka semalam, maka Sean berbeda. Dia terus memilirkan semua kejadian itu ketika dalam perjalanan menuju kantor.Sean tidak tahu mengapa Valerie menjadi kesal ketika dia meminta agar tidak menyebutkan nama tempat itu. Tidak bisakah Valerie melihat bahwa dia terganggu karena mendengar nama tempat itu semalam.“Apa yang salah dengannya?” batin Sean.Seberapa banyakpun dia mencoba untuk memikirkan hal itu, dia masih tidak mengerti mengapa Valerie menjadi begitu kesal. Pasti ada sesuatu yang lain, sehingga membuat Valerie menjadi mengacuhkan dirinya.Jika dia tidak salah menebak, maka dia tahu bahwa alasan Valerie datang ke rumah sakit itu ialah untuk mendapatkan vitamin. Itu hanya vitamin biasa yang dia ketahui dapat dikonsumsi setiap hari. Hanya itu saja.Semakin dia memikirkannya, semakin membuatnya penasaran.
Read more

Bab 89# Tidak Bisa Bicara

Ketika Valerie sedang berkendara menuju rumah, dia masih berusaha untuk tidak terlalu memikirkan Sean. Jika memang hubungan mereka terus saja memburuk, maka bisa jadi itu adalah pertanda bahwa mereka berdua memang tidak berjodoh.Jika itu benar, maka tidak ada gunanya terus bertahan, dan bersikap seolah semuanya akan berakhir dengan baik nantinya. Jika sejak awal tidak ada yang baik-baik saja, maka hingga akhir sekalipun tidak ada yang berbeda.Mereka berdua adalah dua orang asing yang tiba-tiba saja bertemu, dan cepat atau lambat mereka akan kembali menjadi asing seperti sebelumnya. Mungkin saja mereka memang ditakdirkan untuk saling bertemu, tetapi tidak bisa saling memiliki selamanya.“Lucu sekali hidupku,” ucap Valerie.Dia berhenti di lampu merah dan mengistirahatkan tangannya sebentar. Tetapi ketika itu, dia mendengar suara tawa anak kecil di sebelahnya. Ternyata di sampingnya ada pengendara motor bersama dengan istri dan
Read more

Bab 90# Seperti Tidak Benar

Karena mulai merasa lelah dengan semua beban di pikirannya, Sean lantas memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Mungkin saja membiarkan air itu membasahi dirinya akan membuatnya menjadi lebih tenang.Akhirnya Sean beranjak ke kamar mandi dan melakukan hal tersebut. Dia menyalakan shower dan air dingin itu segera mengguyur tubuhnya. Hanya ini yang dapat dia lakukan untuk menenangkan diri sekarang.Beberapa saat berlalu dan kini Sean sudah selesai dengan ritual mandinya. Dia juga sudah berpakaian, dengan mengenakan celana pendek serta kemeja yang tangannya dia gulung hingga siku.Mungkin itu adalah kebiasannya, karena Sean sudah terbiasa mengenakan kemeja dan tidak pernah mengenakan baju kaos, bahkan ketika dia berada di rumah. Itu sudah menjadi kebiasaan dirinya sejak dulu.Kini Sean berjalan keluar karena waktu sudah menunjukkan jam makan malam. Dia bergegas turun ke lantai dasar dan berharap akan menemukan Valerie disana. Tetapi begitu
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status