Valerie berjalan ke arah dapur dan berniat untuk berbincang dengan bibi, sembari menyiapkan makan malam. Dia juga hendak mengatakan sesuatu, “Makan malamnya tolong buatin sup juga, bi,” ucap Valerie.
“Kemarin saya ke rumah sakit, dan kata dokter sekarang lagi banyak orang sakit, karen cuaca juga,” kata Valerie lagi.Bibi yang mendengar itupun lantas mengangguk paham. Mereka juga akan membuatkan sup panas untuk hidangan makan malam sebentar.Tetapi bibi baru tersadar bahwa dia belum menanyakan sesuatu, “Apa nyonya baik-baik saja?” tanya bibi yang terdengar khawatir.Valerie tersenyum seraya memberikan anggukan singkat, “Saya baik, hanya untuk berjaga-jaga,” jawab Valerie.Dia ingat bahwa kemarin dia juga meminta beberapa vitamin, “Ah iya, jangan lupa siapkan vitamin juga di rumah,” kata Valerie.Mereka mulai sibuk menyiapkan makanan, karena sebentar lagi sudahValerie menatap ke arah Sean yang kini sedang tertawa remeh yang tentu saja ditujukkan untuk dirinya. Dia menghetikan kegiatannya dan hanya menatap pria itu.“Saya membenci tempat itu,” ucap Sean. Dia menyandarkan tubuhnya dan mulai menceritakan sesuatu.Kini Valerie hanya bisa diam dan mendengarkan. Dia tidak ingin membuat keadaan menjadi semakin memburuk, hanya karena melihat tingkah Sean yang seperti itu.“Jika saya mengingatnya lagi, tempat itu adalah tempat sampah yang seharusnya tidak dikunjungi,” kata Sean lagi.Cukup sudah. Valerie mengepalkan tangannya ketika mendengar hal itu. Dia sudah tidak bisa lagi menahan diri, “Itu bukan tempat sampah,” ucap Valerie.Sean semakin tertawa begitu Valerie menyelesaikan kalimatnya, “Lalu, kamu bahkan tidak tahu apa yang terjadi didalamnya,” kata Sean.Semakin Valerie kukuh dengan ucapannya tentang tempat itu, semakin membuat
Jika biasanya Valerie mengenakan celana kantoran, maka kali ini berbeda. Hari ini dia mengenakan celana jeans berwarna hitam, dan blazer berwarna biru muda. Dia merubah gaya rambutnya menjadi model curly dan mengurainya. Kali ini penampilannya terlihat seperti berusia 20-an.“Baiklah, kamu harus bersikap acuh hari ini,” ucap Valerie sembari menatap pantulan wajahnya di cermin.Begitu selesai, dia bergegas untuk turun akan sarapan lebih dulu. Meski dia sudah tahu bahwa akan ada hal yang berbeda di meja makan, dia tetap tidak akan melewatkan sarapan paginya. Dia bukan tipe orang yang akan meluapkan emosi pada semua hal.Baru saja dia sampai di tangga, dari arah yang berlawanan tampak Sean yang berjalan hendak menuruni tangga sepertinya. Melihat itu, Valerie hanya bersikap acuh dan melanjutkan langkahnya, seolah dia tidak pernah menyadari keberadaan Sean.Sean yang saat itu menyadari keberadaan Valerie di tangga, lantas berniat un
Jika Valerie bisa berangkat ke kantor dengan tenang sembari berusaha untuk tidak memikirkan tentang masalah mereka semalam, maka Sean berbeda. Dia terus memilirkan semua kejadian itu ketika dalam perjalanan menuju kantor.Sean tidak tahu mengapa Valerie menjadi kesal ketika dia meminta agar tidak menyebutkan nama tempat itu. Tidak bisakah Valerie melihat bahwa dia terganggu karena mendengar nama tempat itu semalam.“Apa yang salah dengannya?” batin Sean.Seberapa banyakpun dia mencoba untuk memikirkan hal itu, dia masih tidak mengerti mengapa Valerie menjadi begitu kesal. Pasti ada sesuatu yang lain, sehingga membuat Valerie menjadi mengacuhkan dirinya.Jika dia tidak salah menebak, maka dia tahu bahwa alasan Valerie datang ke rumah sakit itu ialah untuk mendapatkan vitamin. Itu hanya vitamin biasa yang dia ketahui dapat dikonsumsi setiap hari. Hanya itu saja.Semakin dia memikirkannya, semakin membuatnya penasaran.
Ketika Valerie sedang berkendara menuju rumah, dia masih berusaha untuk tidak terlalu memikirkan Sean. Jika memang hubungan mereka terus saja memburuk, maka bisa jadi itu adalah pertanda bahwa mereka berdua memang tidak berjodoh.Jika itu benar, maka tidak ada gunanya terus bertahan, dan bersikap seolah semuanya akan berakhir dengan baik nantinya. Jika sejak awal tidak ada yang baik-baik saja, maka hingga akhir sekalipun tidak ada yang berbeda.Mereka berdua adalah dua orang asing yang tiba-tiba saja bertemu, dan cepat atau lambat mereka akan kembali menjadi asing seperti sebelumnya. Mungkin saja mereka memang ditakdirkan untuk saling bertemu, tetapi tidak bisa saling memiliki selamanya.“Lucu sekali hidupku,” ucap Valerie.Dia berhenti di lampu merah dan mengistirahatkan tangannya sebentar. Tetapi ketika itu, dia mendengar suara tawa anak kecil di sebelahnya. Ternyata di sampingnya ada pengendara motor bersama dengan istri dan
Karena mulai merasa lelah dengan semua beban di pikirannya, Sean lantas memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Mungkin saja membiarkan air itu membasahi dirinya akan membuatnya menjadi lebih tenang.Akhirnya Sean beranjak ke kamar mandi dan melakukan hal tersebut. Dia menyalakan shower dan air dingin itu segera mengguyur tubuhnya. Hanya ini yang dapat dia lakukan untuk menenangkan diri sekarang.Beberapa saat berlalu dan kini Sean sudah selesai dengan ritual mandinya. Dia juga sudah berpakaian, dengan mengenakan celana pendek serta kemeja yang tangannya dia gulung hingga siku.Mungkin itu adalah kebiasannya, karena Sean sudah terbiasa mengenakan kemeja dan tidak pernah mengenakan baju kaos, bahkan ketika dia berada di rumah. Itu sudah menjadi kebiasaan dirinya sejak dulu.Kini Sean berjalan keluar karena waktu sudah menunjukkan jam makan malam. Dia bergegas turun ke lantai dasar dan berharap akan menemukan Valerie disana. Tetapi begitu
Selama dua hari belakangan ini, Sean dan Valerie berada dalam keadaan yang sama. Sean masih berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, tetapi Valerie masih saja terus menghindar. Sebenarnya dia juga tidak bisa disebut menghindar, karena dia masih melakukan kebiasaan yang selalu mereka lakukan.Hanya saja, Valerie terus saja diam dan menjawab dengan singkat, sehingga Sean juga tidak tahu harus bersikap bagaimana. Melihat tatapan Valerie yang begitu dingin saja sudah membuat Sean ragu. Dia menyesal karena sudah merubah Valere sejauh itu.Pagi ini, seperti biasanya mereka akan bersiap menuju kantor, dan tidak lupa untuk menyantap sarapan. Satu hal yang masih Sean syukuri, ialah Valerie yang masih mau sarapan bersama setiap pagi, meski tidak pernah ada perbincangan di antara mereka.“Apa Tuan menginginkan yang lain?” tanya Bibi ketika Sean tidak melakukan apapun dan hanya duduk dengan diam.Sebenarnya saat itu dia sedang memperhat
Ketika berada di kantor, Sean terus memikirkan tentang keadaan Valerie. Dia memang ponselnya sejak tadi dan layarnya hanya menampilkan nomor telepon Valerie.“Bagaimana keadaannya?” ucap Sean.Dia tidak bisa tenang hanya karena memikirkan Valerie. Walaupun Valerie juga sudah mengatakan bahwa dia baik-baik saja tadi, tapi tetap saja Sean tidak bisa melupakannya begitu saja. Dia juga harus bersikap gentle.Tetapi bahkan jika Sean menelpon untuk memastikan keadaan Valerie, dia pasti tidak akan menjawabnya. Hanya karena kejadian pagi tadi, bukan berarti hubungan mereka menjadi baik-baik saja.Akhirnya ketika waktu hampir menunjukkan jam makan siang, Sean lantas beranjak dari tempatnya. Dia bergegas keluar dan mendapati Putra yang sedang berada di tempat kerjanya seperti biasa.“Apa saya punya janji sebentar lagi?” tanya Sean yang berniat untuk memastikan jadwalnya lebih dulu.Putra mengambil ponsel
Sean masih berdiri disana karena dia tidak bisa langsung masuk begitu saja. Meskipun saat itu ruangan Valerie sedang terbuka, dia berpikir untuk membiarkan Valerie tahu tentang kedatangannya lebih dulu.“Beritahukan saja jika saya datang,” ucap Sean.Karena saat itu Valerie masih memiliki urusan dengan dua orang karyawan lain, jadilah Nana meminta Sean untuk menunggu sebentar.“Mohon tunggu sebentar pak, Bu Valerie masih memiliki urusan,” kata Nana yang mencoba untuk menjelaskan.Ketika Nana akan masuk ke dalam ruangan, Sean lebih dulu mencegahnya, “Tunggu saja hingga mereka selesai,” ucap Sean.Sean sengaja melakukan hal itu karena dia ingin melihat bagaimana Valerie ketika dia sedang bekerja. Dia juga menyadari bahwa sekretaris Valerie lebih ramah dibanding dengan Putra, yang selalu bekerja dengan cepat karena khawatir ditegur oleh Sean.Sebenarnya ini adalah kali pertama Sean dat