Semua Bab CEO Kejam yang Jatuh Cinta: Bab 91 - Bab 100

113 Bab

Bab 91# Bekas Goresan

Selama dua hari belakangan ini, Sean dan Valerie berada dalam keadaan yang sama. Sean masih berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, tetapi Valerie masih saja terus menghindar. Sebenarnya dia juga tidak bisa disebut menghindar, karena dia masih melakukan kebiasaan yang selalu mereka lakukan.Hanya saja, Valerie terus saja diam dan menjawab dengan singkat, sehingga Sean juga tidak tahu harus bersikap bagaimana. Melihat tatapan Valerie yang begitu dingin saja sudah membuat Sean ragu. Dia menyesal karena sudah merubah Valere sejauh itu.Pagi ini, seperti biasanya mereka akan bersiap menuju kantor, dan tidak lupa untuk menyantap sarapan. Satu hal yang masih Sean syukuri, ialah Valerie yang masih mau sarapan bersama setiap pagi, meski tidak pernah ada perbincangan di antara mereka.“Apa Tuan menginginkan yang lain?” tanya Bibi ketika Sean tidak melakukan apapun dan hanya duduk dengan diam.Sebenarnya saat itu dia sedang memperhat
Baca selengkapnya

Bab 92# Tidak Dikenali

Ketika berada di kantor, Sean terus memikirkan tentang keadaan Valerie. Dia memang ponselnya sejak tadi dan layarnya hanya menampilkan nomor telepon Valerie.“Bagaimana keadaannya?” ucap Sean.Dia tidak bisa tenang hanya karena memikirkan Valerie. Walaupun Valerie juga sudah mengatakan bahwa dia baik-baik saja tadi, tapi tetap saja Sean tidak bisa melupakannya begitu saja. Dia juga harus bersikap gentle.Tetapi bahkan jika Sean menelpon untuk memastikan keadaan Valerie, dia pasti tidak akan menjawabnya. Hanya karena kejadian pagi tadi, bukan berarti hubungan mereka menjadi baik-baik saja.Akhirnya ketika waktu hampir menunjukkan jam makan siang, Sean lantas beranjak dari tempatnya. Dia bergegas keluar dan mendapati Putra yang sedang berada di tempat kerjanya seperti biasa.“Apa saya punya janji sebentar lagi?” tanya Sean yang berniat untuk memastikan jadwalnya lebih dulu.Putra mengambil ponsel
Baca selengkapnya

Bab 93# Minta Maaf

Sean masih berdiri disana karena dia tidak bisa langsung masuk begitu saja. Meskipun saat itu ruangan Valerie sedang terbuka, dia berpikir untuk membiarkan Valerie tahu tentang kedatangannya lebih dulu.“Beritahukan saja jika saya datang,” ucap Sean.Karena saat itu Valerie masih memiliki urusan dengan dua orang karyawan lain, jadilah Nana meminta Sean untuk menunggu sebentar.“Mohon tunggu sebentar pak, Bu Valerie masih memiliki urusan,” kata Nana yang mencoba untuk menjelaskan.Ketika Nana akan masuk ke dalam ruangan, Sean lebih dulu mencegahnya, “Tunggu saja hingga mereka selesai,” ucap Sean.Sean sengaja melakukan hal itu karena dia ingin melihat bagaimana Valerie ketika dia sedang bekerja. Dia juga menyadari bahwa sekretaris Valerie lebih ramah dibanding dengan Putra, yang selalu bekerja dengan cepat karena khawatir ditegur oleh Sean.Sebenarnya ini adalah kali pertama Sean dat
Baca selengkapnya

Bab 94# Perasaan yang Sebenarnya

Sean mengeluarkan sebuah kue berukuran besar yang dia belikan untuk Valerie tadi. Dia sengaja melakukan itu agar bisa berbincang lebih lama dengan Valerie.“Apa ada yang berulang tahun?” ujar Valerie. Dia tidak menyangka bahwa Sean membawakan kue sebesar itu, layaknya hadiah untuk merayakan hari spesial seseorang.Sean memotongnya dan meletakkan itu di piring kecil yang dia beli bersamaan tadi. Dia sudah berpikir untuk memotong kue itu setelah memberikannya kepada Valerie. Anggap saja bahwa dia sudah memikirkan beberapa hal terlebih dulu.“Saya tahu kamu suka kue,” ucap Sean. Dia ingin terus memberitahukan bahwa dia peduli dengan Valerie, meski tidak mengatakannya secara lanhsung.Valerie menerima potongan kue yang diberikan oleh Sean, dan hanya bisa tersenyum sembari mengucapkan terimakasih, “Kamu terlalu baik kepadaku,” ucap Valerie.Mereka menyantap kue itu bersama, meski sebenarnya Sean le
Baca selengkapnya

Bab 95# Hadiah Lain

Begitu Sean keluar dari ruangan Valerie, dia bertemu lagi dengan Nana yang masih berada di meja kerjanya. Awalnya Sean tidak ingin menyapa, sebelum dia melihat sebuah bungkusan obat seperti yang dia temukan di meja kerja Valerie beberapa hari yang lalu. Melihat keberadaan Sean itupun, Nana lantas berdiri dan menyapa dengan sopan karena berpikir bahwa Sean akan segera pergi dari sana, “Apa ada yang bisa saya bantu, pak?” tanya Nana. Saat itu, dia baru menyadari jika tatapan Sean terus tertuju ke arah sesuatu di atas meja kerjanya, sehingga dia tidak langsung pergi dan malah berhenti sejenak di sana. Itulah yang membuatnya langsung bertanya. Sean berpikir bahwa mungkin saja dia bisa mendapatkan alasan lain jika dia bertanya, “Apa istri saya pergi ke rumah sakit beberapa hari yang lalu?” tanya Sean langsung. Kapan lagi dia akan menemukan kebetulan seperti itu. Nana menatap ke arah bungkusan obat dan mengangguk perlahan, “Iya pak, kami sempat pergi bersama,” ucap Nana. “Jelaskan deng
Baca selengkapnya

Bab 96# Terkesima

Valerie menatap pantulan dirinya di cermin, mengamati setiap detail riasannya dengan penuh perhatian. Lipstik merah yang menempel sempurna di bibirnya, kilauan tipis di kelopak matanya, dan garis eyeliner yang membuat tatapannya semakin tajam. Meski dia juga tidak mengenakan riasan yang tebal. Cukup untuk terlihat natural, tapi tetap memancarkan pesona misterius yang memikat.Dia tersenyum, puas dengan hasil tangannya. Tetapi tentu saja itu belum selesai. Sekilas matanya melirik ke arah jam yang berdetak pelan di meja samping. Jantungnya ikut berdetak sedikit lebih cepat, antisipasi mulai menyelimuti pikirannya. Kini pikirannya mulai beralih pada satu pertanyaan, yakni gaya rambutnya."Apakah aku harus mengikatnya?" gumam Valerie sambil menyentuh rambut panjangnya yang tergerai lepas, jari-jarinya memainkan helaian halus itu. Dalam pikirannya, dia membayangkan reaksi Sean saat melihatnya. Rambut terikat atau tergerai? Satu keputusan kecil yang bisa mempercantik tampilannya, atau bahka
Baca selengkapnya

Bab 97# Sesuatu yang Istimewa Untuk Kita

"Kamu... cantik!" ulang Sean, suaranya sedikit bergetar, seolah mencoba menenangkan diri dari kegugupannya.Tatapan matanya tak lepas dari wajah Valerie, seolah-olah dia masih mencoba menyerap setiap detail kecantikan yang ada di depannya. Tangan Sean perlahan terulur, menawarkan setangkai mawar merah yang ia bawa sejak tadi. Gerakannya kaku, namun ada ketulusan yang terpancar dari caranya menyerahkan bunga itu.Valerie menerima bunga itu dengan senyum cerah di wajahnya, sejenak memperhatikan bunga tersebut sebelum mengangkat pandangannya kembali pada Sean. Ada sesuatu yang berubah dalam tatapan matanya, rasa ingin tahu yang mulai tumbuh.“Wah, terima kasih! Bunga ini indah sekali,” ucap Valerie dengan lembut, suaranya penuh kehangatan, tapi di balik senyum itu ada sedikit kerutan di keningnya. "Apa ada sesuatu hari ini?" tanyanya dengan nada santai, meskipun sebenarnya hatinya mulai diliputi rasa penasaran. Dia merasa aneh, karena tidak mengingat ada agenda khusus malam ini. Bahkan
Baca selengkapnya

Bab 98# Dinner Romantis

Valerie menatap ke arah bangku yang terdapat sebuket bunga mawar berukuran sangat besar di sana.“Apa itu teman-temannya?” tanya Valerie sembari mencocokan setangkai bunga ditangannya dengan buket bunga raksasa tersebut.Sean tersenyum dan mengangguk mengiyakan, “Apa kurang besar?” tanya Sean.Entah Sean tidak bisa membaca ekspresi bahagia di wajah Valerie, atau dia hanya merasa tidak puas dengan pilihannya. Padahal Valerie tidak mengatakan bahwa semua itu kurang dia suka.“Tidak juga. Bahkan satu tangkai saja sudah cukup,” balas Valerie.Malam itu, Valerie duduk berhadapan dengan Sean di meja makan yang diterangi cahaya lilin di taman belakang. Cahaya remang-remang dari lilin menyorot wajah mereka berdua dengan lembut, menciptakan suasana hangat dan romantis. Sean tampak gelisah, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Sementara Valerie masih memikirkan kejutan yang telah Sean siapkan, hatinya berdebar menanti a
Baca selengkapnya

Bab 99# Ingin Tidur Bersama?

Sean berdiri di samping Valerie saat mereka berjalan bersama menaiki tangga menuju kamar masing-masing. Suasana terasa begitu sunyi dan intim, hanya ditemani oleh suara langkah kaki mereka. Ketika mereka mencapai anak tangga paling atas, Valerie berniat berpisah menuju kamarnya. Namun, tepat sebelum dia melangkah lebih jauh, Sean dengan lembut meraih pergelangan tangan Valerie, menghentikannya sejenak. “Ada apa?” tanya Valerie. Dia bahkan ikut berhenti karena ditahan oleh Sean. Padahal pria itu sudah setuju untuk pergi ke kamar tadi. Sean berdehem sejenak dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Valerie. “Hmm?” gumam Valerie seraya menatap Sean. “Apa kamu bisa mengantarku ke kamar, babe?” tanya Sean dengan nada lembut, tatapan matanya yang serius menatap Valerie dalam-dalam. Valerie terkejut sejenak, tidak menyangka permintaan itu.
Baca selengkapnya

Bab 100# Aku Juga Mencintaimu!

Sepertinya belum cukup lima menit Valerie berganti pakaian, suara Sean sudah terdengar memanggil dirinya. “Apa kamu belum selesai, babe?” tanya Sean dari balik pintu kamar mandi. Mendengar itu, Valerie lantas menghentikan kegiatannya. “Sebentar lagi!” balasnya. Entah mengapa Sean kembali bertanya seperti itu. Mungkin saja dia juga ingin pergi ke kamar mandi, sehingga bertanya apakah Valerie sudah selesai dengan kegiatan mengganti bajunya. Beberapa saat setelahnya, Valerie sudah selesai dengan semua ritualnya di kamar mandi. Ketika dia keluar, Sean sudah duduk di tepi tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang penuh perhatian. Tatapan itu seakan berbicara lebih dari yang bisa diungkapkan dengan kata-kata. Valerie merasa sedikit canggung di bawah tatapan tersebut, meskipun dia tahu Sean hanya mengekspresikan rasa kagumnya. Valerie berjalan menuju tempat ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status