Sean berdiri di samping Valerie saat mereka berjalan bersama menaiki tangga menuju kamar masing-masing. Suasana terasa begitu sunyi dan intim, hanya ditemani oleh suara langkah kaki mereka. Ketika mereka mencapai anak tangga paling atas, Valerie berniat berpisah menuju kamarnya. Namun, tepat sebelum dia melangkah lebih jauh, Sean dengan lembut meraih pergelangan tangan Valerie, menghentikannya sejenak.
“Ada apa?” tanya Valerie.
Dia bahkan ikut berhenti karena ditahan oleh Sean. Padahal pria itu sudah setuju untuk pergi ke kamar tadi.
Sean berdehem sejenak dan melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Valerie. “Hmm?” gumam Valerie seraya menatap Sean.
“Apa kamu bisa mengantarku ke kamar, babe?” tanya Sean dengan nada lembut, tatapan matanya yang serius menatap Valerie dalam-dalam.
Valerie terkejut sejenak, tidak menyangka permintaan itu.
Sepertinya belum cukup lima menit Valerie berganti pakaian, suara Sean sudah terdengar memanggil dirinya.“Apa kamu belum selesai, babe?” tanya Sean dari balik pintu kamar mandi.Mendengar itu, Valerie lantas menghentikan kegiatannya. “Sebentar lagi!” balasnya.Entah mengapa Sean kembali bertanya seperti itu. Mungkin saja dia juga ingin pergi ke kamar mandi, sehingga bertanya apakah Valerie sudah selesai dengan kegiatan mengganti bajunya.Beberapa saat setelahnya, Valerie sudah selesai dengan semua ritualnya di kamar mandi. Ketika dia keluar, Sean sudah duduk di tepi tempat tidur, menatapnya dengan tatapan yang penuh perhatian. Tatapan itu seakan berbicara lebih dari yang bisa diungkapkan dengan kata-kata. Valerie merasa sedikit canggung di bawah tatapan tersebut, meskipun dia tahu Sean hanya mengekspresikan rasa kagumnya.Valerie berjalan menuju tempat ti
Sean membuka matanya perlahan, menikmati suasana tenang pagi hari. Udara dingin menyelimuti kamar, tetapi di sampingnya, kehangatan tubuh Valerie membuat semuanya terasa lebih nyaman. Ia menatap wajah Valerie yang masih terlela. Bibirnya yang tampak cantik dan menggoda itu terus saja menarik perhatian Sean. Rambut panjangnya juga terurai di atas bantal, menambah kesan alami yang membuat Sean tak bisa berhenti menatapnya.“Cantik sekali istriku,” ucap Sean pelan, mencoba agar tidak membangunkan Valerie.Entah apa dia kemarin, sehingga pagi ini Sean disambut oleh wajah cantik istrinya. Sean tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menghabiskan pagi dengan indah seperti ini. Perlahan, ia menyentuh wajah Valerie dengan lembut. Sejak semalam, dia memang meletakkan tangannya di kepala Valerie, dan sebelahnya lagi memeluk pinggang istrinya itu.Bahkan ketika mereka tidak berhasil melakukan hubungan suami istri semalam, Sean masih bisa bangun d
Kini Sean dan Valerie sedang menikmati sarapan pagi mereka di meja makan. Pancake lembut dengan sirup maple dan secangkir kopi hangat menjadi pelengkap suasana yang terasa damai di pagi hari. Valerie menyapu rambutnya ke belakang sambil tersenyum, menatap Sean yang tengah sibuk menyuapkan potongan pancake ke mulutnya.Kini mereka tidak lagi duduk berjauhan. Mereka kembali duduk berdampingan, sehingga Sean bisa terus menyentuh istrinya.“Kamu mau lagi, babe?” tanya Sean sembari menatap piring Valerie yang sudah kosong.Valerie menggeleng sambil tersenyum, “Tidak, terima kasih, ini cukup,” balas Valerie.“Sungguh?” tanya Sean lagi seolah hendak memastikan.Valerie menggangguk sebagai jawaban. Dia “Kalau makan terlalu banyak, aku akan mengantuk di kantor,” kata Valerie.Dia memang suka sekali makan, tetapi makan te
Valerie sibuk dengan pekerjaannya di pagi hari. Meski tidak banyak pekerjaan yang menumpuk di mejanya, tetap saja dia harus mencurahkan semua fokusnya pada pekerjaannya itu.Valerie mengetik dengan cepat di komputernya, mencoba fokus pada setiap detil. Karena terlalu fokus, membuat waktu berjalan cepat. Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 11.30, mendekati waktu makan siang.Ketika Valerie sedang fokus mengerjakan laporan terakhir sebelum istirahat, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Sean muncul di layar, membuat senyum kecil muncul di wajahnya. Valerie mengangkat telepon tersebut sambil menatap layar komputer.“Hey, babe,” ucap Valerie dengan nada ceria.“Babe..” balas Sean.Tetapi baru sepatah kata, Sean sudah merubah panggilan telepon mereka menjadi panggilan video. “Babe..” panggil Sean lagi.Kini Valerie bi
Valerie dan Sean menyelesaikan makan siang mereka dengan cepat. Percakapan ringan mereka di restoran terasa begitu nyaman, dan tawa Valerie terus terdengar sepanjang waktu. Sean menatap Valerie dengan penuh kasih, mengagumi setiap gerakan dan ekspresi yang dia tunjukkan. Saat mereka keluar dari restoran, Sean menggenggam tangan Valerie erat, seolah tidak ingin melepaskannya.Setibanya di depan kantor, Valerie menoleh ke arah Sean dan tersenyum. "Terima kasih untuk makan siangnya, babe. Aku harus kembali ke kantor sekarang," ucap Valerie lembut.Sean mengangguk sambil mengecup keningnya. "Kamu benar-benar membuat hariku lebih baik, Babe. Rasanya aku ingin membawamu pulang sekarang juga,” kata Sean.Tetapi tentu saja dia tahu bahwa Valerie akan menolak. “Sampai jumpa nanti sore, babe." ucap Valerie.“Baiklah. Sampai jumpa babe,” balas Valerie.Valerie tersenyum dan hendak turun
Sore itu, jam menunjukkan hampir pukul empat, dan Valerie serta Clara memutuskan untuk pergi lebih awal dari kantor. Mereka berencana memeriksa penjualan produk mereka di sebuah supermarket, seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Valerie membereskan barang-barangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Sesekali dia melirik ke arah Clara yang tampak terburu-buru, seolah ingin cepat keluar dari ruangannya."Kenapa tergesa-gesa? Tenang saja, supermarketnya tidak akan ke mana-mana," canda Valerie, menatap sahabatnya dengan senyum simpul.Clara tertawa kecil. "Aku cuma ingin cepat menyelesaikan ini dan pulang. Rasanya aku butuh istirahat." balas Clara.Karena sebelumnya Valerie sudah membawa tas dan barang-barangnya ke ruangan Clara, jadilah dia tidak perlu lagi kembali ke ruangannya. Mereka berdua lantas keluar dari kantor, dan melangkah menuju mobil Valerie. Hanya saja di sela perjalanan mereka, Valerie baru teringat akan sesuatu. Dia
Setelah membayar belanjaan, Valerie dan Clara mengantri untuk membayar di kasir. Antrian cukup panjang sore itu, membuat keduanya harus berdiri lebih lama dari yang diharapkan. Clara mencoba mengalihkan perhatian dengan membicarakan hal-hal ringan. "Val, kamu yakin Putra tidak akan muncul tiba-tiba lagi?" tanya Clara dengan sedikit khawatir, mengingat pertemuan singkat mereka sebelumnya yang sudah cukup membuatnya gugup.Valerie tersenyum menenangkan, menepuk punggung Clara dengan lembut. "Jika dia datang, bukankah itu lebih baik?” ucap Valerie.Dia sengaja tidak mengatakan bahwa dia sudah meminta Sean untuk datang bersama dengan Putra tadi. Semoga saja Sean benar mendengarkan permintaannya.Clara terdiam sejenak, dan tentu saja hatinya masih berdebar kencang. Sesaat setelah selesai membayar belanjaan, Valerie melihat Sean mendekat ke arah mereka, namun kali ini dia sendirian.“Babe..” panggil Sean sembari tersenyum dengan begitu tampan.Ha
Ketika hari menjelang subuh, Sean terjaga dengan pikiran yang masih mengganjal tentang Valerie dan Clara. Dia menatap layar ponselnya, kemudian mengetik pesan yang ditujukkan kepada Putra.“Carikan informasi teman istriku bernama Clara. Sedetail mungkin,” tulisnya, lalu mengirim pesan itu tanpa ragu.Sean kembali berbaring di samping Valerie, meskipun masih tidak bisa menutup matanya setelah berjam-jam.Ketika matahari mulai terbit, Valerie menggeliat pelan dan merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Sean yang sedang menutup matanya.Valerie berbalik untuk menatap pria itu sejenak, lantas menghembuskan napas pelan. Dia menyingkirkan lengan Sean, dan hendak beranjak.Hanya saja saat itu, Sean ternyata tidak benar-benar terlelap. Dia menarik Valerie lebih dekat dalam pelukannya, dan meletakkan dagunya di bahu Valerie.“Selamat pagi, babe,” ucap Sean.Valerie mengusap rambut Sean