Semua Bab Permintaan Gila Adikku: Bab 51 - Bab 60

72 Bab

51. Kesabaran Mika Ada Batasnya

"Tampar, Pak! Tampar," balas Mika cepat ketika melihat tangan bapaknya yang terangkat. Dia tahu kalau pria itu berniat menampar dirinya.Bukannya merasa takut, Mika malah menyodorkan wajahnya ke arah Pak Purnomo. Bahkan perempuan itu mendekatkan pipinya sembari menepuknya beberapa kali. "Ayo, Pak. Tampar. Silakan tampar saja," lanjut MikaUntuk sesaat Pak Purnomo merasa tertegun. Pria itu perlahan menurunkan tangannya tanpan kata.Perempuan itu membalas tatapan tajam Pak Purnomo. "Kenapa? Kenapa berhenti? Bukankah menampar, memukul, menendang dan menyiksa Mika adalah hal biasa bagi Bapak?"Perempuan itu terkekeh kemudian. "Oh tidak. Bukan hanya Bapak tapi untuk kalian semua," ujarnya dengan menunjuk ke arah tiga orang di hadapannya."Tidak hanya badan. Bahkan batin Mika pun kalian tidak berpikir dua kali untuk menyakitinya." Dia menatap kedua orang tua yang sudah membesarkan dirinya itu secara bergantian. Kemarahan, kekecewaan dan kesedih
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya

52. Resepsi Ridwan dan Olip

Hari pernikahan Olip dan Ridwan tiba. Biasanya, di hari pernikahan mempelai akan merasa bahagia karena sedang menjadi raja dan ratu sehari. Namun, itu tidak terjadi pada acara pernikahan kedua orang ini.Bagaimana tidak? Pernikahan impian yang Olip inginkan tidak dapat dia capai. Sejak acara ijab qabul tadi pagi, sampai hari menjelang sore pada acara resepsi, wajah dua pengantin itu ditekuk tanpa ada senyum. Meski terkadang ada, itu bukanlah senyum kebahagiaan melainkan senyum yang mereka paksa untuk menyambut tamu.Ya. Mungkin bisa dikatakan kalau Ridwan lebih legowo daripada Olip yang masih tidak terima dengan kenyataan dekorasinya karena pria itu masih banyak senyumnya."Aduh. Rasanya aku malas keluar. Rasanya aku ingin membuyarkan acara ini saja," ujar Olip. Perempuan itu tengah berada di kamar karena baru saja menggantik pakaian pengantin keduanya. Pakaian mahal yang dia pesan untuk acara pernikahan.Namun, meski pakaian yang dia inginkan itu sesuai, tetap saja dekorasi di luar m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-08
Baca selengkapnya

53. Hinaan Dari Teman

"Senyum dong, Bu. Kenapa cemberut terus sih?" Pak Eko yang melihat istrinya selalu mengerucutkan bibir berujar. Kekesalan terlihat jelas di wajah perempuan itu."Kita harus menunjukkan rasa bahagia kita," lanjut Pak Eko kemudian.Bu Lestari yang mendengar ucapan suaminya pun langsung menatap Pak Eko dengan melotot. "Mau gimana Ibu nggak cemberut? Gimana Ibu mau menunjukkan kebahagiaan ibu, Pak kalau ibu saat ini sedang kesal?" tanya perempuan itu sembari menarik ujung pakaiannya untuk melampiaskan rasa kesal yang sedang dia rasakan."Lah memang kenapa Ibu kesal? Ini hari bahagia anak kita?" tanya Pak Eko kemudian.Bu Lestari langsung mendelik. Dia bertanya dalam hati suaminya ini pura-pura tidak tahu apa memang tidak tahu? "Nggak usah pura-pura tidak tahu deh, Pak. Bapak, kan juga tahu apa alasan ibu seperti ini. Ibu ini sedang malu, Pak. Malu dibuat bahan pembicaraan warga desa."Dia mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya dekorasi yang bagus diganti sama dekorasi yang jelek seperti ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

54. Acara Yang Kacau

"Sudah. Aku tidak mau keluar lagi," ujar Olip dengan suara keras sembari menangis sesenggukan.Setelah kepergian temannya tadi, perempuan itu pun langsung pergi memasuki rumah meninggalkan pesta pernikahannya dan tidak lagi peduli dengan pesta itu. Olip sudah cukup merasa malu dan dibuat marah oleh sikap teman-temannya. Dia tidak lagi peduli kalau ada teman-teman lain yang datang. Toh pasti mereka akan menghina dirinya juga.Semua orang yang melihat kepergian Olip pun sempat merasa bingung. Mereka langsung mengikuti ke rumah. Setelah mendengar geruntuan perempuan itu, mereka langsung menghela napas dalam dan menurunkan kedua bahunya. Merasa lelah dengan sikap Olif yang kekanak-kanakan."Ayolah. Jangan seperti ini. Jangan seperti anak kecil," ujar Pak Purnomo yang mulai kesal dengan tingkah putrinya itu.Olip yang mendengar perkataan bapaknya langsung menatap dengan perasaan kesal pada pria paruh baya itu. Dari balik mata berkaca juga riasan wajah yang sudah hancur karena tangis dia be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-09
Baca selengkapnya

55. Kotak Amplop Hajatan

Olip tengah duduk di depan rumahnya siang ini. Dia sedikit menunduk karena sedang memijat kakinya yang terasa pegal akibat acara semalam. Sembari memijat matanya terus terarah pada beberapa orang yang hari ini sedang membongkar dekorasi acara pernikahannya kemarin.Perempuan itu tidak berhenti menggerutu sejak tadi. "Sudah acaranya mengecewakan. Badan terasa pegal. Kaki linu lagi," ujarnya dengan mengerucutkan bibir. Dia sedikit menekan kakinya ketika memijat. Namun, hal itu membuat dia merasa kesakitan.Olip menoleh ketika menyadari kehadiran seseorang. Dia melihat keberadaan Ridwan yang baru saja bangun dengan menguap lebar dan tangan yang menggaruk kepalanya. Sisa air liur masih terlihat di ujung bibir dan itu yang membuat Olip bergidik jijik."Cuci muka dulu sana kek. Main keluar aja. Jorok tahu," ujarnya kemudian memaki sang suami.Ridwan menoleh menatap Olip dengan santai. Kali ini dia malah menggaruk ujung bibirnya. "Males," ujar pria itu kemudian yang langsung duduk di samping
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

56. Uangnya Hijau dan Ungu

Semua orang menatap bingung Olip. Termasuk Mika dan Noval yang saling tatap. Pergerakan mata keduanya seolah bertanya apa yang tengah terjadi saat ini. Noval hanya mengedikkan bahu kemudian.Pak Purnomo menatap putrinya heran. "Ada apa memangnya?" tanyanya kemudian."Kok isinya ijo-ijo semua? Nggak ada yang merah sama sekali sih?" Olip kembali meraih uang senilai dua puluh ribuan itu lalu meletakkannya kasar ke meja.Tatapan matanya tertuju para Mika. Dia menatap tajam Mika. "Kak Mika tukar isi amplopnya ya?" Olip tanpa halauan menuduh Mika.Mika yang mendengar itu langsung melotot karena terkejut. "Aku?" tanyanya dengan menunjuk wajahnya disertai ekspresi bingung."Bagaimana aku melakukannya?" tanyanya kemudian.Noval yang mendengar itu hanya menatap Olip dengan ekspresi sinis. Sembari melipat tangan di depan dada, satu sudut bibir Noval tertarik membentuk seringai. "Bodoh," makinya kemudian."Ini yang katanya mau menjadi bidan? Nggak yakin bisa lulus. Bukannya nyembuhin orang malah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-10
Baca selengkapnya

57. Olip Mau Menggadaikan Rumah

Kini semua perhatian tertuju pada dua perempuan paruh baya itu. Apalagi dengan gerakan tangan mereka yang memeluk uang hasil hajatan semalam. Keduanya saling tatap lalu saling membuang pandangan."Tidak. Ibu tidak mau memberikan uang hasil hajatan ibu pada mereka. Kita sudah mengeluarkan uang banyak untuk ikut menyewa dekorasi itu. Bahkan yang paling banyak. Masa untuk kekurangan kita lagi yang ngasih sih, Pak?" tanya Bu Lestari yang merasa tidak setuju dengan hal itu.Perempuan itu menggeleng dengan cepat. "Tidak. Ibu tidak setuju." Dia berujar dengan penuh penekanan.Ridwan menatap ibunya dengan sendu. "Bu. Ayolah, Bu. Ridwan mohon. Ini masih kurang beberapa juta lagi," ujar pria itu kemudian."Tidak," ujar Bu Lestari dengan suara yang cukup keras. "Lebih baik kamu minta sama orang tuanya Olip sana. Kita, kan sudah keluar uang dekorasi kemarin. Sedangkan mereka belum. Jadi, minta saja sama mereka kamu," lanjut Bu Lestari kemudian."Enak saja," ujar Bu Tuti kemudian."Situ lupa atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

58. Mencari Surat Rumah

Mika segera kembali ke kamarnya setelah mendengar percakapan tiga orang itu. Pelan, dia membangunkan Noval dan menceritakan apa yang dia dengar pada suaminya itu. "Aku nggak mau. Aku nggak rela kalau mereka sampai menggadaikan rumah ini, Val. Aku nggak rela," ujar Mika yang sudah merasa khawatir.Dia merasa ketakutan dan juga panik saat ini. Dalam hati terus bertanya bagaimana kalau rumah ini benar-benar digadaikan? Maka dia akan kehilangan rumah ini."Tenang. Kamu harus tenang menghadapi ini," ujar Noval dengan mengelus pundak istrinya."Gimana aku bisa tenang?" tanyanya dengan berbisik. "Mereka mau menggadaikan rumah ini."Noval mengembuskan napas kasar. Dia menatap lantai sembari berpikir. Detik kemudian dia menatap Mika kembali. "Jalan satu-satunya hanya kita harus mengambil surat tanah itu," ujarnya kemudian."Tapi aku nggak tahu di mana surat itu," ujar Mika kemudian."Kamu pernah masuk ke kamar orang tua kamu?" tanya Noval
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-11
Baca selengkapnya

59. Sertifikat Yang Hilang

"Bapak!" teriak Bu Tuti dengan begitu keras. Pagi-pagi buta Bu Tuti sudah membuat kegaduhan di rumah. Pak Purnomo yang sedang asyik meminum kopinya pun tersedak.Pria itu menatap ke dalam rumah lalu menggerutu, "Ada apa sih? Berisik sekali," ujarnya dengan kesal."Ada apa, Pak?" tanya Noval yang sedang membersihkan motornya.Pak Purnomo menggeleng. "Nggak tahu." Dia pun bangkit lalu memasuki rumah dan menuju kamar di mana suara istrinya berasal.Tidak hanya Pak Purnomo dan Noval saja yang mendekati Bu Tuti, akan tetapi Olip dan Mika yang sedang memasak pun juga menghampiri Bu Tuti. Olip? Masak? Ya paksaan dari bapaknya karena dia sudah menikah."Ada apa sih, Bu? Pagi-pagi sudah buat keributan?" tanyanya kemudian. Dia menatap istrinya dan kamar yang tampak berantakan."Astaga, Bu. Ibu ini ngapain? Orang itu kamar dirapiin. Lah ini malah diberantakin." Pak Purnomo menggeleng pelan."Iya nih Ibu. kok kamarnya diberantakin?" tanya Olip kemudian."Diam kalian!" Bukannya menjawab pertanyaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya

60. Niat Olip Mengusir Mika

Duduk di ruang tamu, baru kali ini Olip merasa gelisah berhadapan dengan seseorang. Dia duduk di samping sang suami yang pagi ini dia paksa untuk bangun, terlihat jelas dati wajahnya yang masih bantal.Di hadapannya, ada seoraang perempuan cantik dengan rambut digerai. Meega, pemilik dekorasi yang jasanya dia pakai kemarin. Di kursi samping ada Pak Purnomo.Bu Tuti keluar dengan membawa nampan dan minuman. "Aduh, Mbak Meega. Pagi-pagi sekali datangnya," ujarnya dengan memberikan segelas minuman untuk perempuan itu."Saya ada jadwal terbang ke Paris pagi ini juga. Jadi, saya menyempatkan untuk mampir ke rumah kalian. Karena kalau tidak, saya harus datang ke sini lagi seminggu kemudian. Itu sudah terlalu lama bagi saya," ujar Meega memberitahu alasannya datang ke rumah Olip begitu pagi."Maaf kalau kedatangan saya mengganggu kalian," lanjutnya.Pak Purnomo tertawa garing. "Tidak kok mbak Meega."Meega tersenyum dan mengangguk. "Jadi, bagaimana ini? Saya sudah memberi waktu kalian lima
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status