All Chapters of BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH : Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

Herin Merasa Terancam

Herin menjegal sembari melipat tangan saat ketiganya selesai makan siang. Farhan kaget, begitu pula dua wanita di sampingnya. "Apa kalian ingin mengatakan sesuatu untuk ini?" ucapnya. Herin merasa menjadi wanita yang telah ditusuk dari belakang oleh suaminya sendiri dengan mantan istrinya."Apa tidak cukup dengan apa yang kamu lihat, hingga masih harus meminta penjelasan?" jawab Farhan."Mas!" Mata Herin melotot mendapat jawaban tidak mengasikkan itu."Mas, biar kami pulang naik taksi saja." Lanita sedikit memohon untuk itu, ia tidak ingin mengundang masalah yang lebih besar."Tapi, Fatin sakit.""Aku sudah jauh lebih baik, Pa." Susul Fatin meyakinkan."Baiklah kalau begitu." Farhan setengah berlari menghentikkan taksi untuk keduanya. "Hati-hati," ucapnya seraya membukakan pintu. Lanita dan putrinya mengangguk. Wanita itu melihat pembayaran taksi sudah dibayarkan di depan dengan metode buka pintu hingga tidak ada lagi tagihan."Terimakasih, Mas." Lanita mengangguk sebelum menutup pint
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Membuat Siasat

Herin berjalan ke depan untuk mencari taksi. Cukup lama ia menunggu angkutan umum itu lewat. Baru saja ia berpikir untuk memesan angkutan online, seorang pria berjalan dari arah kiri."Bukankah dia?" Herin ingat itu adalah pria yang bersama Lanita di pesta pernikahan. Hatinya tiba-tiba sumringah. Ia merasa mendapat angin segar. Dadanya yang sesak terasa melonggar. "Mereka cocok. Orang miskin, memang seharusnya sama yang kere lagi!" "Kamu!" sapa Herin.Arya mendongak. Sejak tadi, ia menunduk, mencoba menghubungi seseorang. Mobilnya tiba-tiba saja mogok di sebelah sana. "Kamu mau ke rumah Lanita, 'kan?" tanyanya antusias.Arya berpikir sejenak. Ia tahu kalau wanita itu adalah istri dari mantan suami Lanita. "Benar." Arya menyimpan ponselnya ke dalam saku."Aku ingin bicara sebentar denganmu." Herin melihat tempat di mana mereka bisa berbicara. Tidak jauh dari sana, ada sebuah warung kaki lima. "Di sana!" tunjuknya. Arya mengikuti langkah Herin menuju salah satu kursi di warung kaki
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Farhan Cemburu

"Bukannya mobil itu suka dipake ibumu?" Hayfa melirik pada mobil yang terparkir di depan kampus. Temannya_Hani sejak SMA mengenali mobil itu."Ya.""Ibumu sedang ada di sini?" tanyanya lagi.Hayfa menggeleng. "Terus?""Dipake anak papaku.""Anak papamu?" Temannya yang lain menyahut."Jadi, kamu mau bilang kalau kamu bukan anaknya?"Hayfa enggan menjawab, tapi temannya itu lebih dulu tertawa. "Pantas saja kemarin aku lihat papamu menggandeng seorang mahasiswi. Ternyata, itu anaknya.""Kamu cuma anak tiri, Hayfa?" Hani menyelidik. "Hahaha ... aku kira kamu anaknya. Anak tiri nggak akan kebagian apa-apa, dong! Selain, kasih sayang papamu, semua hartanya akan diberikan pada dia." Temannya menyahuti dan tertawa lepas.Perlahan tangan Hayfa mengepal. Ia merasa sakit terhadap kata-kata yang diucapkan temannya. Gadis itu langsung pergi menjauh."Hayfa!" panggil Hani.Gadis itu tidak ingin mendengar. Ia berlari sembarang melampiaskan kemarahannya.Sejak pindah ke rumah papanya Hayfa selalu p
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Hayfa Terluka

"Kamu tidak pergi ke kantor, Mas?" Herin mengerutkan dahi saat suaminya kembali pulang. Ia tidak banyak bicara melainkan masuk begitu saja ke kamarnya. Pria itu membaringkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan mata. Herin merasa sangat heran. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Arya. Menanyakan apakah suaminya melihat saat ia mengantar Fatin ke kampus.[Mungkin saja. Aku tidak memperhatikannya,] balas Arya. [Aku memang mengantarkan Fatin ke kampusnya.]'Apa sesakit hati itu Mas Farhan hingga tidak sanggung pergi ke kantor?' Herin menyelidik. Ia penasaran dan datang dengan lambat mendekat. "Kamu sakit, Mas?" Herin mencoba memeriksa, namun Farhan keburu berbalik. Memunggungi."Tinggalkan aku sendiri!" perintahnya.Herin beranjak dan memilih meninggalkannya. Dalam hati ia merasa senang melihat suaminya seperti ini. Itu berarti lelaki itu merasa sangat kecewa, hingga tidak akan terlalu dekat dengan Fatin dan Lanita lagi. "Ternyata permainanku tidak sia-sia. Pria itu lumayan juga diajak
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Beling dalam Tas Hayfa

Farhan melihat dengan bersemangat, setelah sulit dihubungi putrinya mengirim pesan. Pria itu segera membukanya. Fatin mengirim sederet pesan yang membuat wajah riang Haikal menjadi berkerut. [Aku meminta maaf.][Heum! Tidak salah kamu meminta maaf? Apa papamu sudah tidak percaya lagi? Kamu memang tidak pantas dipercaya, Fatin. Papa Farhan adalah papaku. Dia lebih menyayangiku daripada kamu. Jadi, wajar saja, jika dia lebih percaya padaku. Kamu sebaiknya tidak perlu muncul lagi, karena itu hanya akan membuat papa semakin murka. Aku sudah tinggal lagi bersama Papa di sini. Jangan harap kamu bisa tinggal bersamanya!][Enyahlah kamu dan ibumu dari kehidupan kami. Cari kehidupan kalian tanpa Papa! Aku tidak akan tinggal diam, jika kamu masih mencoba mencari simpati lagi!]Farhan langsung menghubungi putrinya setelah membaca semua pesan itu. Itu adalah screenshot percakapan antara Fatin dan Hayfa.[Fatin?] sapa Farhan. Tidak ada suara dari sana padahal panggilan sudah tersambung. [Apa kamu
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Makan Malam Bersama

Farhan keluar rumah dengan keadaan linlung. Ia bingung dengan kondisi hidupnya sendiri. Pria itu merasa mungkin ini sebuah karma."Assalamualaikum, Pak Farhan."Farhan langsung menengok. Seorang pria berpakain serba putih lengkap dengan sorbannya datang menghampiri. "Assalamualaikum wr.wb." Ia kembali mengulang ucapannya, karena Farhan masih belum menjawab."Walaikumsalam, Pak Kyai Jamal." Farhan terlambat menjawab, ia baru saja tersadar dari lamunannya. "Sudah lama saya tidak melihat Pak Farhan datang berkunjung?" Pria yang sedikit lebih tua dari Farhan menepuk lembut pundaknya. Ia bisa melihat pria itu kini datang dengan beban yang sama, persis seperti bulan sebelumnya. Di tempat yang sama, Kyai Jamal menemukan pria yang limpung di teras Masjid dan mengajaknya untuk shalat. Hari itu, setelah melaksanakan shalat. Farhan berkata merasa linglung dengan pikirannya sendiri. Kyai Jamal mendengarkan, dan sesekali bertanya tentang keadaan keluarganya. Dari sana lah, Kyai Jamal tahu kalau
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Rencana Kedatangan Fatin

"Ayo!" Farhan siap mengantar pulang. Ini memang sudah malam, perjalanan ke rumahnya jauh, kendaraan umum sudah sulit dan tentu saja cukup berbahaya. Lanita tidak berani hanya pulang berdua."Mas!" Herin melotot. Refleks. Sebisa-bisanya ia bersikap baik, tentu saja tida rela membiarkan suaminya mengantar mantan istri."Arya akan menjemput," tukas Lanita menyudahi kecemburuan Herin."Benarkah? Aku hampir lupa kalau kamu sudah memiliki calon, Lanita." Herin mengapit tangan suaminya. "Kalian cocok, sebaiknya segera lah menikah!" Wanita itu semakin kencang mencekal lengan suaminya karena Farhan berusaha melepaskan diri dan menghindar. Lelaki itu tidak nyaman mendengar nama Arya disebut-sebut. "Ini sudah malam, Nit. Aku tidak percaya pada orang lain. Ayo, Sayang kita pulang!" Farhan memberi isyarat kepada Fatin dan melepaskan tangan istrinya."Mas!" Herin membentak. Suaminya sangat bersikeras. Jelas saja, ia bahkan blak-blakan meminta untuk menikahi mantan istrinya lagi. "Aku ingin mengan
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Hari Pertama Di Rumah Lama

Tepat pukul 16.00 mobil Farhan memasuki halaman rumah. Herin sudah menunggunya, sejak tadi. Tentu saja ia harus memastikan kalau anak tirinya itu tidak datang dengan ibunya. Lama-lama bisa mual juga dia melihat wajahnya yang teduh, tapi mematikan. Cara marahnya bahkan sangat kalem dan berkelas. Berbeda dengan dirinya yang harus menggunakan urat besar saat memperlihatkan kemarahan untuk ditakuti."Ayo, sayang." Farhan membawa satu koper besar barang-barang Fatin dari bagasi mobil. Ia mengajak putrinya masuk. Gadis itu masih terlihat gugup, entah apa yang ada dalam pikirannya, sekarang. Usianya saat itu masih 12 tahun. Ia duduk di kelas 6 SD saat terpaksa harus ikut dengan ibunya keluar dari rumah nyaman mereka. Kejadiannya terlalu cepat atau ia yang memang masih sangat kecil hingga tidak bisa mencium biduk perceraian orangtuanya sebelum itu."Fatin! Ayo!" panggil Farhan lagi. Dia sudah hampir sampai di depan pintu, tapi anaknya masih mematung di samping mobil.Farhan melihat Herin bers
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Uang untuk Fatin

Herin tidak mendengar adanya keributan dari kamar anak-anaknya. Ia sedikit lega karena Damar dan Hayfa bisa tidur satu ranjang tanpa ribut. Benar-benar sunyi dan tidak terdengar sedikit pun gesekan. Wanita itu merasa bangga karena itu artinya ia berhasil membuat mereka saling menyayangi."Aku penasaran." Herin berniat mengintip kedua anaknya. Ia membuka perlahan pintu agar keduanya tidak terganggu. Herin melihat tubuh Hayfa yang tidur menyerong menghabiskan ranjang. Ia merasa aneh karena tidak menemukan Damar di sana. Di lantai atau kolong meja pun tidak ada."Hayfa di mana adikmu?" tanyanya mengombang-ambing tubuh Hayfa untuk bangun. Gadis itu kelelahan hingga sulit dibangunkan, ia malah meracau tidak jelas saat Herin memaksa bertanya."Hayfa! Di mana adikmu!" teriaknya sedikit meninggi, padahal ia tidak ingin ada masalah lagi, apalagi berurusan dengan Hayfa."Mana aku tahu, Ma. Mungkin minggat! Siapa juga yang ingin tidur di ranjang sempit ini berdua!" jawab Hayfa dengan mata seteng
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Pria Menyedihkan

Fatin baru saja keluar dari halaman rumah papanya. Ia mengendarai mobil dan melihat dua orang pria tampak tengah mencari alamat rumah. Gadis itu hanya meliriknya dari kaca spion. Ia merasa ada yang aneh, tapi karena harus segera pergi. Fatin tidak terlalu memikirkannya. Hampir 40 menit perjalanan untuk bisa sampai ke cafe tempatnya bekerja. Posisi cafe berada di tengah-tengah antara rumah papa dan mamanya. Di tempat ini Fatin mencari pengalaman bekerja dan mengumpulkan sedikit uang untuk biaya kuliah. Usaha ibunya yang hanya penjual buah di kios sekedar cukup untuk biaya hidup mereka sehari-hari."Langsung berganti pakaian! Siang ini cafe dibooking full. Kita akan kedatangan tamu 200 mahasiswa," ucap bosnya sesaat setelah Fatin tiba."Siap, Pak." Gadis itu bergegas. Ia berganti pakaian karyawan dan mengenakan standar kebersihan. Fatin adalah seorang pelayan, tapi ia juga merangkap sebagai asisten dapur untuk menyiapkan bahan dan alat sebelum cafe buka.Pukul 11.00 rombongan mahasiswa
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status