Share

Membuat Siasat

last update Last Updated: 2024-10-09 13:36:00

Herin berjalan ke depan untuk mencari taksi. Cukup lama ia menunggu angkutan umum itu lewat. Baru saja ia berpikir untuk memesan angkutan online, seorang pria berjalan dari arah kiri.

"Bukankah dia?" Herin ingat itu adalah pria yang bersama Lanita di pesta pernikahan. Hatinya tiba-tiba sumringah. Ia merasa mendapat angin segar. Dadanya yang sesak terasa melonggar. "Mereka cocok. Orang miskin, memang seharusnya sama yang kere lagi!"

"Kamu!" sapa Herin.

Arya mendongak. Sejak tadi, ia menunduk, mencoba menghubungi seseorang. Mobilnya tiba-tiba saja mogok di sebelah sana.

"Kamu mau ke rumah Lanita, 'kan?" tanyanya antusias.

Arya berpikir sejenak. Ia tahu kalau wanita itu adalah istri dari mantan suami Lanita.

"Benar." Arya menyimpan ponselnya ke dalam saku.

"Aku ingin bicara sebentar denganmu." Herin melihat tempat di mana mereka bisa berbicara. Tidak jauh dari sana, ada sebuah warung kaki lima. "Di sana!" tunjuknya.

Arya mengikuti langkah Herin menuju salah satu kursi di warung kaki
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Farhan Cemburu

    "Bukannya mobil itu suka dipake ibumu?" Hayfa melirik pada mobil yang terparkir di depan kampus. Temannya_Hani sejak SMA mengenali mobil itu."Ya.""Ibumu sedang ada di sini?" tanyanya lagi.Hayfa menggeleng. "Terus?""Dipake anak papaku.""Anak papamu?" Temannya yang lain menyahut."Jadi, kamu mau bilang kalau kamu bukan anaknya?"Hayfa enggan menjawab, tapi temannya itu lebih dulu tertawa. "Pantas saja kemarin aku lihat papamu menggandeng seorang mahasiswi. Ternyata, itu anaknya.""Kamu cuma anak tiri, Hayfa?" Hani menyelidik. "Hahaha ... aku kira kamu anaknya. Anak tiri nggak akan kebagian apa-apa, dong! Selain, kasih sayang papamu, semua hartanya akan diberikan pada dia." Temannya menyahuti dan tertawa lepas.Perlahan tangan Hayfa mengepal. Ia merasa sakit terhadap kata-kata yang diucapkan temannya. Gadis itu langsung pergi menjauh."Hayfa!" panggil Hani.Gadis itu tidak ingin mendengar. Ia berlari sembarang melampiaskan kemarahannya.Sejak pindah ke rumah papanya Hayfa selalu p

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Hayfa Terluka

    "Kamu tidak pergi ke kantor, Mas?" Herin mengerutkan dahi saat suaminya kembali pulang. Ia tidak banyak bicara melainkan masuk begitu saja ke kamarnya. Pria itu membaringkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan mata. Herin merasa sangat heran. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Arya. Menanyakan apakah suaminya melihat saat ia mengantar Fatin ke kampus.[Mungkin saja. Aku tidak memperhatikannya,] balas Arya. [Aku memang mengantarkan Fatin ke kampusnya.]'Apa sesakit hati itu Mas Farhan hingga tidak sanggung pergi ke kantor?' Herin menyelidik. Ia penasaran dan datang dengan lambat mendekat. "Kamu sakit, Mas?" Herin mencoba memeriksa, namun Farhan keburu berbalik. Memunggungi."Tinggalkan aku sendiri!" perintahnya.Herin beranjak dan memilih meninggalkannya. Dalam hati ia merasa senang melihat suaminya seperti ini. Itu berarti lelaki itu merasa sangat kecewa, hingga tidak akan terlalu dekat dengan Fatin dan Lanita lagi. "Ternyata permainanku tidak sia-sia. Pria itu lumayan juga diajak

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Beling dalam Tas Hayfa

    Farhan melihat dengan bersemangat, setelah sulit dihubungi putrinya mengirim pesan. Pria itu segera membukanya. Fatin mengirim sederet pesan yang membuat wajah riang Haikal menjadi berkerut. [Aku meminta maaf.][Heum! Tidak salah kamu meminta maaf? Apa papamu sudah tidak percaya lagi? Kamu memang tidak pantas dipercaya, Fatin. Papa Farhan adalah papaku. Dia lebih menyayangiku daripada kamu. Jadi, wajar saja, jika dia lebih percaya padaku. Kamu sebaiknya tidak perlu muncul lagi, karena itu hanya akan membuat papa semakin murka. Aku sudah tinggal lagi bersama Papa di sini. Jangan harap kamu bisa tinggal bersamanya!][Enyahlah kamu dan ibumu dari kehidupan kami. Cari kehidupan kalian tanpa Papa! Aku tidak akan tinggal diam, jika kamu masih mencoba mencari simpati lagi!]Farhan langsung menghubungi putrinya setelah membaca semua pesan itu. Itu adalah screenshot percakapan antara Fatin dan Hayfa.[Fatin?] sapa Farhan. Tidak ada suara dari sana padahal panggilan sudah tersambung. [Apa kamu

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Makan Malam Bersama

    Farhan keluar rumah dengan keadaan linlung. Ia bingung dengan kondisi hidupnya sendiri. Pria itu merasa mungkin ini sebuah karma."Assalamualaikum, Pak Farhan."Farhan langsung menengok. Seorang pria berpakain serba putih lengkap dengan sorbannya datang menghampiri. "Assalamualaikum wr.wb." Ia kembali mengulang ucapannya, karena Farhan masih belum menjawab."Walaikumsalam, Pak Kyai Jamal." Farhan terlambat menjawab, ia baru saja tersadar dari lamunannya. "Sudah lama saya tidak melihat Pak Farhan datang berkunjung?" Pria yang sedikit lebih tua dari Farhan menepuk lembut pundaknya. Ia bisa melihat pria itu kini datang dengan beban yang sama, persis seperti bulan sebelumnya. Di tempat yang sama, Kyai Jamal menemukan pria yang limpung di teras Masjid dan mengajaknya untuk shalat. Hari itu, setelah melaksanakan shalat. Farhan berkata merasa linglung dengan pikirannya sendiri. Kyai Jamal mendengarkan, dan sesekali bertanya tentang keadaan keluarganya. Dari sana lah, Kyai Jamal tahu kalau

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Rencana Kedatangan Fatin

    "Ayo!" Farhan siap mengantar pulang. Ini memang sudah malam, perjalanan ke rumahnya jauh, kendaraan umum sudah sulit dan tentu saja cukup berbahaya. Lanita tidak berani hanya pulang berdua."Mas!" Herin melotot. Refleks. Sebisa-bisanya ia bersikap baik, tentu saja tida rela membiarkan suaminya mengantar mantan istri."Arya akan menjemput," tukas Lanita menyudahi kecemburuan Herin."Benarkah? Aku hampir lupa kalau kamu sudah memiliki calon, Lanita." Herin mengapit tangan suaminya. "Kalian cocok, sebaiknya segera lah menikah!" Wanita itu semakin kencang mencekal lengan suaminya karena Farhan berusaha melepaskan diri dan menghindar. Lelaki itu tidak nyaman mendengar nama Arya disebut-sebut. "Ini sudah malam, Nit. Aku tidak percaya pada orang lain. Ayo, Sayang kita pulang!" Farhan memberi isyarat kepada Fatin dan melepaskan tangan istrinya."Mas!" Herin membentak. Suaminya sangat bersikeras. Jelas saja, ia bahkan blak-blakan meminta untuk menikahi mantan istrinya lagi. "Aku ingin mengan

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Hari Pertama Di Rumah Lama

    Tepat pukul 16.00 mobil Farhan memasuki halaman rumah. Herin sudah menunggunya, sejak tadi. Tentu saja ia harus memastikan kalau anak tirinya itu tidak datang dengan ibunya. Lama-lama bisa mual juga dia melihat wajahnya yang teduh, tapi mematikan. Cara marahnya bahkan sangat kalem dan berkelas. Berbeda dengan dirinya yang harus menggunakan urat besar saat memperlihatkan kemarahan untuk ditakuti."Ayo, sayang." Farhan membawa satu koper besar barang-barang Fatin dari bagasi mobil. Ia mengajak putrinya masuk. Gadis itu masih terlihat gugup, entah apa yang ada dalam pikirannya, sekarang. Usianya saat itu masih 12 tahun. Ia duduk di kelas 6 SD saat terpaksa harus ikut dengan ibunya keluar dari rumah nyaman mereka. Kejadiannya terlalu cepat atau ia yang memang masih sangat kecil hingga tidak bisa mencium biduk perceraian orangtuanya sebelum itu."Fatin! Ayo!" panggil Farhan lagi. Dia sudah hampir sampai di depan pintu, tapi anaknya masih mematung di samping mobil.Farhan melihat Herin bers

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Uang untuk Fatin

    Herin tidak mendengar adanya keributan dari kamar anak-anaknya. Ia sedikit lega karena Damar dan Hayfa bisa tidur satu ranjang tanpa ribut. Benar-benar sunyi dan tidak terdengar sedikit pun gesekan. Wanita itu merasa bangga karena itu artinya ia berhasil membuat mereka saling menyayangi."Aku penasaran." Herin berniat mengintip kedua anaknya. Ia membuka perlahan pintu agar keduanya tidak terganggu. Herin melihat tubuh Hayfa yang tidur menyerong menghabiskan ranjang. Ia merasa aneh karena tidak menemukan Damar di sana. Di lantai atau kolong meja pun tidak ada."Hayfa di mana adikmu?" tanyanya mengombang-ambing tubuh Hayfa untuk bangun. Gadis itu kelelahan hingga sulit dibangunkan, ia malah meracau tidak jelas saat Herin memaksa bertanya."Hayfa! Di mana adikmu!" teriaknya sedikit meninggi, padahal ia tidak ingin ada masalah lagi, apalagi berurusan dengan Hayfa."Mana aku tahu, Ma. Mungkin minggat! Siapa juga yang ingin tidur di ranjang sempit ini berdua!" jawab Hayfa dengan mata seteng

    Last Updated : 2024-10-26
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Pria Menyedihkan

    Fatin baru saja keluar dari halaman rumah papanya. Ia mengendarai mobil dan melihat dua orang pria tampak tengah mencari alamat rumah. Gadis itu hanya meliriknya dari kaca spion. Ia merasa ada yang aneh, tapi karena harus segera pergi. Fatin tidak terlalu memikirkannya. Hampir 40 menit perjalanan untuk bisa sampai ke cafe tempatnya bekerja. Posisi cafe berada di tengah-tengah antara rumah papa dan mamanya. Di tempat ini Fatin mencari pengalaman bekerja dan mengumpulkan sedikit uang untuk biaya kuliah. Usaha ibunya yang hanya penjual buah di kios sekedar cukup untuk biaya hidup mereka sehari-hari."Langsung berganti pakaian! Siang ini cafe dibooking full. Kita akan kedatangan tamu 200 mahasiswa," ucap bosnya sesaat setelah Fatin tiba."Siap, Pak." Gadis itu bergegas. Ia berganti pakaian karyawan dan mengenakan standar kebersihan. Fatin adalah seorang pelayan, tapi ia juga merangkap sebagai asisten dapur untuk menyiapkan bahan dan alat sebelum cafe buka.Pukul 11.00 rombongan mahasiswa

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Cinta itu Ada

    "Mau aku antar lagi?" Fatin mengacuhkan suara itu dan bergegas mengambil langkah. Langkah Hans tak kalah cepat menyeimbangi."Mungkin cukup. Berandalan itu sudah bisa mengenali wajahmu. Tidak akan ada lagi yang berani mengganggu.""Baguslah!""Terus, untuk apa kamu masih terus membuntutiku?" Fatin berhenti dan menoleh."Kamu lupa sudah menggunakan uangku untuk ongkos taksi. Eum---kurang lebih 50 ribu dikali 5. Berapa ya?""Apa?!" Fatin membuang wajah keki sembari meronggoh tas. 'Asem!' umpatnya berkali-kali dalam hati."Aku hanya bercanda." Hans tergelak. "Mana ada pria kaya sepertiku meminta uang pada perempuan."Mata Fatin melotot kesal! Ia segera kembali menyimpan uangnya ke dalam tas. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ucap Hans lagi.Fatin tidak lagi ingin mendengar. Mempercepat langkahnya sebisa mungkin, malas berbicara dan enggan menanggapi. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh Hans hanya untuk menggodanya saja. Pria menyebalkan yang mirip permen kare

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Cinta di Kesempatan Kedua

    "Maafkan aku, Ma.""Jangan pikirkan itu. Tugasmu adalah sembuh!"Hayfa masih menoleh ke belakang saat petugas membawanya masuk ke dalam mobil petugas. Ia akan dipindahkan ke tempat rehabilitasi. Cukup jauh jaraknya, butuh beberapa jam untuk bisa ke sana. Tempatnya berada di pinggiran kota. Herin bahkan tidak bisa ikut karena harus menaiki angkutan umum dengan ongkos lumayan, sedangkan uangnya tinggal beberapa lembaran hijau saja.Air mata Herin menetes, tapi ia segera menepisnya. Mobil yang ditumpangi putrinya perlahan menjauh. Hayfa masih melirik ke belakang, memandang ibunya yang tengah mematung melambaikan tangan.Herin menyeka pelipis, terik panas matahari membuat keningnya berkeringat. Tapi, bukan masalah itu yang menghimpit hatinya saat ini. Terik matahari itu seolah bukan lagi masalah besar. "Ibu harus menyiapkan uang sekitar 5 juta rupiah setiap bulannya untuk biaya Hayfa selama berada di tempat rehabilitasi," ujar pengacara sebelum gadis itu dipindahkan.Herin hanya bisa men

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Melanjutkan Hidup 2

    "Makanlah!" Herin meraih tangan Hayfa untuk menyentuh makanan yang ia bawa. Tangan gadis itu terasa begitu dingin seperti tidak bernyawa. Tatapannya kosong dan tidak banyak bicara, ia bahkan tidak berani menatap wajah ibunya."Di dalam sel, kamu tidak bisa makan makanan seperti ini. Jadi, makanlah dengan cepat sekarang!" pinta Herin lagi. Namun, tangan Hayfa terlalu lemas untuk meraihnya. Sorot mata itu? Seolah tidak ada kehidupan lagi di dalamnya."Belikan aku sedikit saja obat itu, Ma." Bibir Hayfa yang kering dan pias bergerak pelan. "Aku sangat tersiksa dan merasa akan mati saat ini."Herin menatap lekat putrinya saat kata-kata meluncur dari sana. Ia menyeka tetesan air mata yang lolos dengan sendirinya. Tangannya gamang menyentuh jemari Hayfa yang bergetar. "Kamu akan sembuh, Nak," ucap Herin pelan. Lalu, berusaha menyuapi putrinya. Ia membeli makanan kesukaan Hayfa. Gadis itu mengunyah pelan dengan tatapan kosong."Kamu sudah bertemu dengan pengacaranya bukan? Dia akan mengelua

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Melanjutkan Hidup

    "Bagaimana hasilnya, dokter?" Seorang dokter tersenyum melihat dua pasang bola mata yang tidak berkedip menatapnya. "Saya harap dokter tidak menyembunyikan apapun dari saya," timpal Lanita. Ia bersikap seolah begitu tegar dan siap mendengar apapun hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukannya. Setelah beberapa hari berada di Rumah Sakit untuk mendapatkan beberapa pemeriksaan, Lanita belajar untuk bisa menerima semuanya."Baik, Pak Arya dan Bu Lanita. Saya sudah mendapatkan hasil dari serangkaian pemeriksaan yang telah kita lakukan sebelumnya. Dan juga sudah berdiskusi dengan beberapa dokter spesial serupa untuk melihat hasilnya."Tangan Lanita sudah begitu dingin, mengepal pakaian yang dikenakannya untuk menguatkan hati. Arya melirik dan mengangguk pelan meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja."Bapak dan Ibu bisa lihat sendiri." Dokter itu berbalik dan menunjukkan sebuah layar di sampingnya. Terlihat sebuah gambar jaringan otak yang sengaja diperbesar. "Kekebalan tubuh Ibu L

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kehilangan Semuanya 2

    "Aku takut, Mas." Lanita terlihat gelisah saat tubuhnya terbaring di sebuah ranjang mirip tabung. Arya membawanya bertemu dengan dokter spesialis saraf. Salah satu dokter terbaik di negeri ini."Tidak ada yang perlu ditakutkan. Kamu akan melihatku lagi setelah diperiksa." Mata Arya meyakinkan. Lanita terlihat resah, pertama kalinya ia melakukan pemeriksaan MRI seperti ini. Selain karena begitu takut dengan hasilnya, Lanita sangat mengkhawatirkan putrinya, ia sangat takut matanya terpejam saat pemeriksaan dan tidak bisa membuka mata untuk melihat putrinya lagi. Fatin sengaja tidak diberitahu dan dilakukan saat ia tengah kuliah. Lanita bersedia diobati, tanpa harus merepotkan putrinya itu. Ia tidak ingin Fatin terganggu dalam belajar.Lanita mencoba untuk tenang. Tanganya yang bersidekap di atas perut, tampak dingin dan lemas. Rupanya ia benar-benar ketakutan, padahal dokter sudah mengatakan kalau pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan sakit, ia hanya diminta untuk tenang, berbaring dan

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kehilangan Semuanya

    "Bagaimana keadaan Hayfa?" Bu Fatma yang sejak pagi menunggu kabar langsung memburu Herin saat datang. Pak Ramzi ayahnya hanya diam sembari mengisap sebatang rokok yang hampir habis."Dia harus ditahan dan tinggal di penjara.""Astagfirullahal'adzim." Bu Fatma memekik kaget mendengar jawaban itu. Cucu dari anak sambungnya itu memang tidak lagi terlihat batang hidungnya selain pada malam kedatangannya. Mobil yang ia antarkan tiba-tiba saja ada di halaman rumah. Sejak itu, Hayfa menghilang dan Herin terus mencari-carinya. Sekalinya dapat info malah panggilan dari kantor polisi."Kenapa Hayfa harus di penjara?" tanya Bu Fatma lagi. Hatinya masih bergetar karena syok.Herin melihat pada ayahnya yang masih diam sembari menyembulkan asap dari hisapan rokok yang hanya tinggal beberapa inci dari jarinya. "Dia terjerat nar koba.""Astagfirullah!" Bu Fatma memekik untuk kedua kalinya. Berkali-kali ia bahkan mengelus dada. Jantungnya sudah tidak sekuat dulu saat mendengar kabar-kabar mengejutka

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Bukan Pembalasan Dendam

    "Tolong cari tahu siapa yang telah membawa Hayfa dan membebaskan Fatin, Mas. Dia telah mengembalikan hidupku. Aku berhutang besar pada anak muda itu," ucap Lanita sebelum Arya pamit pergi."Iya, aku akan mencari tahu tentang anak muda itu."Arya berpamitan pulang. Lanita mengantarnya sampai depan. "Terimakasih, Mas."Pria itu mengangguk dan memberikan senyuman. Ia tidak melepaskan pandangannya dari Lanita sebelum mobilnya benar-benar menjauh. Melihat lambaian tangan wanita itu dari kaca spion. Sungguh, Arya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya."Lanita!" Lanita kembali menoleh saat ia hendak menggelindingkan kursi rodanya masuk ke rumah. Lalu, memutar kembali kursi roda saat melihat Farhan sudah berdiri di sana. Emosi pria itu masih terlihat tidak stabil. Ia tampak marah dengan wajah memerah."Kamu tidak bisa memutuskan sebelah pihak seperti itu dan mempermainkanku seenaknya! Apa maksudmu dengan menarik ulur seperti ini? Bukankah baru saja kemarin kamu berputus asa dan menyerah

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Menyadari Sesuatu

    Suara lemah dari derap langkah kaki seorang ibu berjalan terhuyung menuju tempat di mana anak yang selama ini ada dalam buaiannya harus berjarak jeruji besi. Hayfa berdiri dan melangkah kecil menuju dinding besi yang memisahkannya dengan kehingar bingaran dunia luar. Ia melihat ibunya berdiri di sana. Menatap kosong, seperti mimpi. Herin tidak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun, meski sekedar sumpah serapah yang biasanya akan refleks ia lontarkan."Ma." Hayfa merasa khawatir. Bukan itu reaksi yang seharusnya ia dapatkan. Gadis itu tahu betul bagaimana ibunya. Suaranya mungkin akan terdengar melengking lebih dulu sebelum dirinya sampai.Herin masih diam, lalu mengerjap dan bulir bening terjatuh dari sana. "Kenapa dengan kepalamu?" tanyanya saat melihat kasa di bagian samping kanan kepala Hayfa."Ya?" Hayfa menyentuhnya. Ia berpikir cepat untuk berbohong. Setidaknya gadis itu tahu, kalau keadaan ibunya berbeda saat ini. "Aku jatuh."Suasana kembali hening. Herin banyak diam dibanding

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kebebasan Fatin

    "Hei, bangun! Kenapa kau terus tidur?" Seorang wanita teman satu sel Fatin menendang kaki gadis itu. "Walau tidak ada yang kau kerjakan. Jangan hanya tidur! Itu akan membuat otakmu mati! Kamu bisa bangun dan mengkhayal!" ucapnya lagi sembari merentangkan tangan dan menggerakan otot kepala. "Tubuhmu bisa lumpuh juga kalau hanya meringkuk seperti itu!""Hei! Gadis muda, bangun! Apa kau tuli!" Wanita itu menatap heran pada teman selnya yang hanya meringkuk sejak pagi. Sarapannya pun bahkan tidak disentuh. "Kau bahkan tak makan!" ucapnya lagi. "Penjara bukan akhir dari hidup, setidaknya kau masih harus bersyukur dikasih hidup!" "Hei! Bangun!" Wanita itu akhirnya berjongkok untuk membangunkan fatin. "Ya, ampun kenapa kau seperti mayat! Dingin sekali!" Wanita itu menjauh ketakutan. "Apa dia mati?" gumamnya. Wanita itu mencoba mendekat setelah mengumpulkan keberanian. Dia mendorong pelan tubuh Fatin yang meringkuk. "Ya, ampun dia beneran mati!" Wanita itu sampai melonjak mundur sendiri keti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status