Semua Bab BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH : Bab 31 - Bab 40

47 Bab

Cerai

"Kenapa dia kembali, Mas?" Kaki Herin terjatuh dari atas meja, ia berdiri dengan mata melotot."Ini rumahnya juga. Apa yang membuatmu begitu kaget?" Farhan sudah mulai terbiasa menyikapi sikap istrinya itu. Seolah ia sudah tahu bagaimana wanita itu akan bereaksi.Farhan memberi kode kepada Fatin untuk langsung naik ke atas tanpa mengindahkan sikap ibu tirinya itu. Fatin mengangguk, menarik kopernya kembali ke kamarnya.Herin jadi merasa begitu geram melihat suami dan anak tirinya yang tak acuh. Ia mendelik dengan kesal pada Fatin yang nyelonong begitu saja. "Aku tidak sudi seorang pencuri tinggal di rumahku, Mas!""Herin!" Farhan langsung menoleh dengan mata melotot. Fatin pun menghentikkan langkah ketika mendengarnya."Memang benar, Mas. Siapa lagi yang berani mengambil uang dari dompetku? Sebelum dia datang, aku bahkan tidak pernah kehilangan uang meski sepeser!""Kamu bahkan tidak punya bukti, Herin!""Aku tidak perlu bukti lebih untuk tahu pelakunya, Mas!" Herin melipat tangan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Pergi dari Rumah

"Cerai? Hah!" Herin membuang tawa," yang benar saja?" Wanita itu kembali setelah melihat suami dan pria yang ditemuinya beriringan pergi meninggalkan cafe."Apa mungkin aku akan jadi gelandangan seperti dulu setelah 8 tahun menikmati ini semua? Lucu! Kamu terlalu meremehkanku, Farhan!" Ia sedikit tersenyum dan mengangkat sebelah bibirnya.Herin menghentikkan taksi dan tidak memperdulikan kemana suaminya pergi. Ada satu hal yang harus ia lakukan sebelum benar-benar ditendang jadi gelandangan seperti dulu, saat belum bertemu Farhan. Sedikit pun, wanita itu tidak bisa memikirkannya. Lontang lantung mirip gembel. Numpang di rumah ayahnya yang sama-sama miskin. Apalagi dia punya banyak adik tiri."Delapan tahun aku menikahinya dan tidak mendapat apa-apa? Benar-benar konyol!" Mata Herin berubah merah. Ia marah pada nasib buruknya akhir-akhir ini, terutama saat Tuhan mengembalikan anak tirinya pada kehidupan mereka. "Kita lihat siapa yang akan jadi gelandangan!" Sepanjang perjalanan. Herin t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Pulang ke Rumah Orang Tua

"Kita mau pergi kemana, Ma?" Ini sudah malam. Herin dan Hayfa yang baru saja keluar dari istana tempat mereka bernyaman ria selama ini melaju tanpa tujuan."Kamu punya uang?" tanya Herin.Hayfa menggeleng."Kamu mencuri uangku, tadi pagi. Digunakan untuk apa?" sentak Herin sembari menoleh sinis."Aku menyalahkan Fatin untuk itu. Tahunya Damar melihatmu mengambil uang dari dompetku! Bagaimana mungkin kamu hanya datang untuk mencuri, Hayfa!" "Kenapa mama bilang aku pencuri?""Ya, apalagi namanya kalau mengambil uang tanpa bilang?""Bukannya orangtua seharusnya mencukupi keperluan anaknya?""Aku sudah memberimu uang banyak, Hayfa!""Seharusnya lebih banyak!" Hayfa melipat tangan di dada yang ia busungkan. Membuang wajahnya ke samping luar. Herin semakin pusing. Farhan bahkan tidak memberi uang setelah mengusirnya pergi. Ia hanya membawa sisa uang bulanan yang sudah semakin menipis padahal baru saja seminggu.Malam semakin larut. Herin tidak punya tempat lagi selain pulang ke rumah aya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Ulang Tahun Lanita

"Hayfa?" Herin mengerjapkan mata, ia mendengar sesuatu hingga terbangun. Matanya me ra ba ponsel dan melihat jam masih menunjukkan pukul 05.00 pagi."Kamu kedinginan?" Wanita itu mengucek matanya dan menurunkan kaki dari ranjang. "Di sini memang sedikit dingin. Tapi, kenapa kamu malah diam di bawah? Ayo naik lagi!"Hayfa hanya diam, tubuhnya menggigil kedinginan. Herin menarik putrinya untuk kembali naik ke atas ranjang. "Kasurnya memang keras, punggungku saja terasa sakit," gumamnya.Herin dan Hayfa naik lagi ke atas kasur. Wanita itu menyelimuti putrinya dan ia mengalah, selimutnya cukup kecil dan tipis. Herin sedikit meringkuk saat kembali memejamkan mata. Ia masih mengantuk berat, hingga begitu cepat kembali tertidur meski masih mendengar gemeretak gigi dari putrinya. "Dingin sekali." Sesekali ia bergumam menarik selimut di sampingnya. "Hayfa?" panggilnya. Suara Hayfa sudah tidak terdengar lagi, mungkin ia sudah tidur nyenyak, pikirnya. "Hayfa?" Herin kembali memanggil. Tidak ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Jeruji Besi

"Tolong dibungkusin ya, Mbak. Ibu kado buat mama saya," ucap Fatin setelah membayar hadiah yang dipilihnya. Ia merasa resah karena jam sudah menunjukkan pukul 18.00 malam. Papanya bahkan sudah mengirim pesan agar ia segera pulang karena mereka sudah hampir sampai. Kebetulan sekali jadwal kuliah Fatin hari ini hingga begitu padat. Ada tugas penelitian yang menyita waktu hingga sore hari."Sudah selesai, Mbak.""Oh, ya. Terimakasih." Fatin melihat kotak hadiah itu sebelum membawanya pulang. Ada rasa bahagia yang tersirat saat ia bisa memberi hadiah yang dibelinya dari hasil keringat sendiri. "Mama, pasti senang," gumamnya dengan sebaris senyum.Fatin bergegas ke jalan utama untuk mencari taksi. Ia tidak bisa menunda waktu lagi karena tidak ingin kehilangan moment seindah ini. Brugh!"Maaf!" ucap Fatin spontan. Padahal orang tersebutlah yang berlari datang menabraknya.Orang itu berdiri. Menatap Fatin dengan lekat. Ia baru saja menyebrang dan sepertinya turun dari taksi dengan terburu-b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Rekaman CCTV

"Pakailah ini!" Farhan membuka jas miliknya untuk di kenakan Lanita. Semalam, setelah mendengar kabar kalau putri mereka di kantor polisi keduanya langsung datang. Namun, tidak ada satu pun yang diperbolehkan untuk berkunjung dan harus menunggu pagi. Terpaksa keduanya kembali, karena cuaca sangat dingin. Lelaki itu bisa melihat Lanita bahkan menolak untuk turun dari kursi rodanya alih-alih tidur di kamar."Pergilah ke kantor. Jangan sampai masalah ini menghambat banyak hal." Lanita menolak jas yang diberikan mantan suaminya. Farhan memang harus bekerja dan tidak mungkin terus mengambil libur. Dilema yang benar-benar menguras pikiran dan tenaga."Aku masih bisa melakukannya sendiri, Mas.""Baiklah. Aku antar sampai naik taksi." Farhan menghentikkan taksi untuk mengantar Lanita pulang. Wanita itu bersikukuh pulang ke rumahnya sendiri, meski Fatin memintanya untuk tinggal bersama papanya."Terimakasih, Mas." Lanita menutup pintu dan melihat Farhan masih berdiri di sana saat taksi yang di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Memburu Hayfa

"Kenapa kamu masih tidak pulang?" Seorang wanita menghampiri Hayfa yang tengah mengisap sepuntung rokok dengan kaki terangkat ke atas meja. Ia tampak santai menikmati hidangan sinar matahari yang terik beberapa jengkal dari tempat tubuhnya berteduh."Sudah tidak ada tempat untukku pulang," jawabnya dengan kepulan asap yang membulat sempurna. "Bukankah ibumu masih ada?" Wanita itu mengambil tempat duduknya di samping Hayfa. Meraih bungkus rokok dan mengambil sebatang darinya. Keduanya tengah asyik menikmati setiap tarikan berasap yang mereka mainkan saat menghembuskannya. "Tidak ada yang dipedulikannya selain uang dan hura-hura. Di saat sulit seperti ini dia mungkin lebih senang aku tidak ada. Saat aku bahkan memakai mobilnya pun, ia tidak berhenti menghubungiku dan memaki, meminta mobil itu kembali. Ia bahkan memanggilku sebagai seorang pencuri karena uang didompetnya raib. Heum! Ibu mana yang bahkan mencap putrinya sendiri seorang pencuri?"Gebi, wanita yang terpilih menjadi salah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Memburu Hayfa 2

Lanita dan Arya sampai di deretan kontrakan yang sedikit kumuh. Terlihat dari tembok bangunan yang sudah kotor dan tidak terurus. Jarang ada orang berkeliaran, meski ada satu atau dua perempuan yang terlihat keluar dengan penampilan yang masih acak-acakan, tampak baru bangun tidur, padahal matahari hampir berada di puncaknya."Kotor sekali!" ucap Lanita saat teras-teras yang ia lewati hampir penuh debu. Entah kemana penghuni-penghuninya hingga kontrakan itu tidak terawat.Lanita kembali menutup hidung, saat sebuah aroma tidak sedap menusuk penciuman. Bau rokok dan alkohol yang menyengat. Wanita itu sedikit menengok ke dalam dengan ekor matanya. Puntung rokok dan beberapa botol minum berserakan di atas meja. "Pantas saja sebau ini!" Lanita segera menjauh. "Apa mungkin Hayfa tinggal di tempat seperti ini?" tanya Lanita yang mulai tidak nyaman. Ia mengangkat wajah dan mendongak pada Arya. "Jika dia seorang pemakai obat-obatan terlarang, maka ini adalah komunitas yang cocok," bisik Ary
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Kebebasan Fatin

"Hei, bangun! Kenapa kau terus tidur?" Seorang wanita teman satu sel Fatin menendang kaki gadis itu. "Walau tidak ada yang kau kerjakan. Jangan hanya tidur! Itu akan membuat otakmu mati! Kamu bisa bangun dan mengkhayal!" ucapnya lagi sembari merentangkan tangan dan menggerakan otot kepala. "Tubuhmu bisa lumpuh juga kalau hanya meringkuk seperti itu!""Hei! Gadis muda, bangun! Apa kau tuli!" Wanita itu menatap heran pada teman selnya yang hanya meringkuk sejak pagi. Sarapannya pun bahkan tidak disentuh. "Kau bahkan tak makan!" ucapnya lagi. "Penjara bukan akhir dari hidup, setidaknya kau masih harus bersyukur dikasih hidup!" "Hei! Bangun!" Wanita itu akhirnya berjongkok untuk membangunkan fatin. "Ya, ampun kenapa kau seperti mayat! Dingin sekali!" Wanita itu menjauh ketakutan. "Apa dia mati?" gumamnya. Wanita itu mencoba mendekat setelah mengumpulkan keberanian. Dia mendorong pelan tubuh Fatin yang meringkuk. "Ya, ampun dia beneran mati!" Wanita itu sampai melonjak mundur sendiri keti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Menyadari Sesuatu

Suara lemah dari derap langkah kaki seorang ibu berjalan terhuyung menuju tempat di mana anak yang selama ini ada dalam buaiannya harus berjarak jeruji besi. Hayfa berdiri dan melangkah kecil menuju dinding besi yang memisahkannya dengan kehingar bingaran dunia luar. Ia melihat ibunya berdiri di sana. Menatap kosong, seperti mimpi. Herin tidak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun, meski sekedar sumpah serapah yang biasanya akan refleks ia lontarkan."Ma." Hayfa merasa khawatir. Bukan itu reaksi yang seharusnya ia dapatkan. Gadis itu tahu betul bagaimana ibunya. Suaranya mungkin akan terdengar melengking lebih dulu sebelum dirinya sampai.Herin masih diam, lalu mengerjap dan bulir bening terjatuh dari sana. "Kenapa dengan kepalamu?" tanyanya saat melihat kasa di bagian samping kanan kepala Hayfa."Ya?" Hayfa menyentuhnya. Ia berpikir cepat untuk berbohong. Setidaknya gadis itu tahu, kalau keadaan ibunya berbeda saat ini. "Aku jatuh."Suasana kembali hening. Herin banyak diam dibanding
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status