All Chapters of BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH : Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Anak Tiri Cuma Orang Asing

"Dibagi dua sebelum diangkat ke dalam, Ma." Fatin mengambil ujung keranjang buah yang tengah di angkat ibunya. "Ini berat banget!" Keluh Fatin menahan beban."Duduk aja. Kamu pasti lelah seharian bekerja. Mama cuma duduk-duduk aja nungguin pelanggan.""Tapi, tidak harus mengangkat beban berat seperti ini tiap pagi dan sore." Gadis itu tidak mau tertipu. Ibunya memang seperti itu, menyembunyikan kesulitan di belakangnya. Dulu, mungkin ia percaya. Sekarang, ia sudah tahu sulitnya mengumpulkan pundi-pundi rupiah."Papa memberiku uang 3 juta, Ma.""Oh, ya. Besar sekali?" Lanita menuangkan air minum kemasan ke dalam gelas untuk mereka berdua."Aku mendengar papa dan istrinya bertengkar selepas itu.""Heum." Lanita meneguk air yang sudah memenuhi rongga mulut."Papa memaksa aku untuk menerimanya."Lanita ikut duduk bersama putrinya dan bersandar pada dinding kios. "Gaji papamu cukup besar. Sepertinya tembus 10 juta. Ada uang tips dan lembur juga. Apalagi kalau proyeknya berhasil. Dia akan m
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Mengembalikan Milik Lanita

Farhan melamun di teras depan sembari menemani putranya yang tengah bermain mobil-mobilan. Bayangan Lanita yang berkali-kali mengelap keringat di dahinya kemarin terus menghantui pria itu. Matanya memang tertuju pada Damar, anak lelaki itu cukup ditemani, hatinya sudah merasa bahagia. Berkali-kali ia memastikan papanya masih di sana dan tersenyum saat mendapatinya. Dia tidak tahu kalau sebenarnya hati dan pikiran papanya tengah tertarik pada kenangan masa lalu beberapa puluh tahun ke belakang."Mas harus memikirkannya lagi. Aku hanya gadis biasa, cinta mas akan semu dengan sendirinya. Status sosial kita jauh berbeda. Mas pilihlah gadis-gadis cantik di kampus ini. Mereka setara, pandai membawa diri dan akan selalu menyenangkan." Lanita yang tengah sibuk melayani pembeli di kantin kampus dengan ibunya menyempatkan waktu untuk berbicara pada pria yang terus mengejarnya itu."Tidak! Cinta ini tidak akan berubah. Aku yakin. Kamu akan menjadi wanita yang terus menyenangkan saat aku pandang.
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Cinta yang Berubah

Farhan masih gugup, perasaannya campur aduk. Lanita sudah menunggu pria itu untuk berbicara, namun sepertinya begitu berat."Ada apa, Mas? Apa Fatin membuat masalah di rumahmu?" tanya Lanita khawatir.Farhan menggeleng."Jangan khawatirkan dia, Nit. Kamu sudah merawatnya dengan sangat baik. Anak kita tumbuh menjadi pribadi yang bisa menempatkan diri di mana pun ia tinggal.""Syukurlah." Wanita itu menghela napas panjang. "Apa punggungmu masih sakit?""Ya?" Lanita menoleh. Bahwasanya dia menyembunyikan rasa sakitnya dari orang lain, tapi kenapa mantan suaminta tahu. "Aku hanya sedikit kurang enak badan, Mas, makanya ke dokter. Itupun dipaksa Arya." "Kata penjual di dekat kios, kamu jatuh saat mengangkat boks buah, Lanita. Kenapa kamu masih menyembunyikannya?""Oh! Kamu sudah tahu rupanya, Mas." Wanita itu sedikit tertawa, kebohongannya jelas-jelas ketahuan. "Tidak apa-apa, kok, Mas. Hanya keseleo.""Sebaiknya kamu hati-hati, Nit. Lagian, Fatin sekarang sudah bersamaku. Aku akan membi
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Pelampiasan

"Apa kak Fatin juga akan pergi dari rumah?" Damar yang sebelumnya fokus pada layar ponsel menoleh pada Fatin yang tengah duduk di dekatnya. "Siapa yang mengatakan itu?" tanya Fatin. Anak lelaki itu datang begitu saja tidak lama setelah ia mendengar pertengkaran Farhan dan Herin dari lantai 1."Mama bilang, Kak Fatin hanya orang asing yang harus segera pergi dari rumah ini." Wajah Damar menekuk, ia terlihat lesu dan tidak bersemangat."Apa kamu sedih?" Fatin beringsut mendekat."Kak Fatin baik. Tidak seperti Kak Hayfa. Dia galak dan pelit! Hanya soal bubuk permen saja dia begitu marah sampai mendorongku." "Bubuk permen?""Heum. Aku tidak apa-apa dia pergi, tapi jangan denganmu juga." Damar benar-benar terlihat sedih. Fatin mendekapnya. Ia bisa lihat anak itu kurang perhatian dan kesepian."Tergantung kamu. Kalau kamu menjadi anak baik dan menurut pada papa dan ibumu, aku bisa lebih lama tinggal di sini. Tapi, jika kamu nakal dan tidak menurut, aku bisa lebih cepat pergi.""Aku akan j
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Sakitnya Lanita

"Mama ...." Fatin meraksuk pada pelukan mamanya. Ia bahkan menangis."Hei!" Herin mengeluarkan wajah gadis itu yang terbenam dalam pelukannya. "Mama tidak apa-apa, Fatin, hanya kelelahan." "Mama tidak boleh jualan lagi!" ucap Fatin serak. "Fatin akan mencari pekerjaan paruh waktu lebih banyak." Tambahnya masih sesegukan dan berlomba dengan tangisnya."Kamu sudah memberi banyak, Nak." Lanita membiarkan putrinya sebentar untuk meluapkan kesedihan. Ia menatap dua pria di ujung ranjangnya. "Bagaimana dokter?" tanya Arya. Lanita langsung menggeleng. Memberi isyarat agar tidak mengatakannya sekarang. Ia menunjuk Fatin dan sekali lagi menggeleng. "Saya akan ke ruangan dokter," ucap Arya lagi, mengerti.Lanita merasa tenang saat dokter dan Arya keluar ruangan."Sayang, lihat mama!" Lanita berusaha mengangkat wajah putrinya. Pipi basah dan mata sembab itu terangkat. "Lihat, wajah mama! Segar bukan?" Fatin menelaahnya dengan seksama. "Tadi pagi, mama lupa sarapan. Terus, siangan dikit keley
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Fitnah

"Mas?" Lanita tercengang saat melihat mantan suaminya sudah berdiri di sana. Ia seperti mimpi saat melihatnya. Matanya tiba-tiba mengerjap dan ia melihat sosok pria berdiri di depan pintu. Lanita me ra ba ponsel dan melihat masih pukul 04.00 pagi. Fatin bahkan masih tidur meringkuk di sofa."Aku tidak bisa tidur," ucap Farhan. "Apa?" Lanita menyelidik. "Apa yang membuatmu tidak bisa tidur?" Rasanya tidak mungkin kalau mantan suaminya mengkhawatirkan kondisinya, ia terlihat sehat saat pria itu pulang."Aku pikir Arya menemanimu, di sini." Farhan menggeleng dan setengah berbalik membuang wajah. Lanita terdiam. Bengong. Lalu, bayangan 8 tahun lalu berkelebat.Lanita menatap nanar rumahnya dari luar. Berdiri di sepanjang malam di bawah bulan. Di terpa angin yang berhembus sangat dingin, tapi anehnya ia tetap kepanasan. Malam itu, pertama kalinya Lanita meninggalkan suaminya bersama wanita lain di rumah mereka."Maaf, aku mengganggumu." Farhan kembali melihat Lanita di sana. "Tidurlah l
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Salah Mencari Lawan

Farhan menatap wajah putrinya yang bingung. Ia kesulitan menjelaskan karena mungkin papanya dan orang-orang tidak akan percaya."Pa ... aku ...."Farhan langsung meninggalkan gadis itu tanpa mendengarkan penjelasannya. Fatin termenung lagi. Sebuah panah terasa menusuk hati. Papanya bahkan tidak mau mendengarkan sedikit pun penjelasannya dan percaya begitu saja. Kaki Fatin bergetar, melanjutkan langkah menuju kamar. Awalnya ia hanya berencana untuk mengambil beberapa buku jadwal kuliah untuk beberapa hari. Tapi, setelah kejadian ini, ibu tirinya terang-terangan mengusir, dan sayangnya papanya bahkan tidak mencegah.Air mata Fatin berjatuhan saat ia mengepak kembali pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper. Ia memang tidak berencana untuk tinggal selamanya di sana, tapi tidak pergi dengan cara seperti ini juga.Mata gadis itu menyapu seluruh ruangan kamarnya. Baru saja ia merasakan rasa yang telah lama hilang dan sangat dirindukannya. Kini, tiba-tiba harus kembali."Maafkan, aku." F
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Apa yang Terjadi?

"Mas!" Lanita merasa heran karena mantan suaminya begitu sering datang. Arya yang selalu ada di samping wanita itu bergeser, sedikit menjauh dan memberi ruang. "Di mana Fatin, Mas?" tanya Lanita."Fatin?" Farhan malah terlihat bingung dan kelimpungan. Matanya lalu terpejam, saking paniknya ia malah lupa pada putrinya sendiri."Aku kira dia sudah pulang duluan.""Pulang duluan?" Alis Lanita berkerut. "Biar aku hubungi." Ia mencari-cari ponselnya."Tidak! Tidak perlu menghubungi. Biar aku saja." Farhan lansung mencegahnya. "Fatin baik-baik saja. Tadi, dia baru mengambil barang-barangnya dan akan ke sini. Aku kira dia sudah datang duluan. Kami pisah mobil." Farhan mencoba menjelaskan senormal mungkin. "Eum ... sebaiknya kamu jangan dulu pegang-pegang ponsel. Kamu harus banyak istirahat dan radiasi dari benda pipih itu tidak baik untuk kesehatamu."Lanita merasa heran dengan sikap Farhan yang terkesan memaksakan aturan seperti pada anak kecil."Aku baik-baik saja, Mas!" Lanita tertawa gel
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Sakitnya Lanita 2

"Beli untuk siapa?" Farhan bertanya heran pada istrinya yang tengah membeli bubur dan membawanya ke lantai 2."Hayfa pulang tadi malam, Pa. Sakit," jawab Herin tanpa menjeda langkah kakinya. Ia sangat khawatir sama kondisi putrinya, tadi malam. Farhan sedikit tidak percaya hingga ia melanjutkan sarapa bersama putranya, Damar.Bebera saat kemudian, suara kaki terdengar cepat berlari. "Pa, Hayfa nggak ada di kamarnya!" Herin turun dengan wajah panik. "Ayo, cari Hayfa, Pa. Dia sedang sakit!""Dia paling keluar, Ma. Lagian, kamu mimpi kali dia datang ke sini malam-malam." Farhan tidak percaya karena saat ia pulang malam tadi, Hayfa masih belum ada, jam berapa dia datang? Itu yang menjadi pertanyaan dalam pikiran Farhan hingga kurang percaya, apalagi anaknya sekarang tidak ada."Papa ini kenapa sih?! Bagaimana kalau hal buruk terjadi padanya." Herin kesal hingga hendak mencarinya sendiri.Tiba-tiba Hayfa masuk, ia baru saja dari luar. Tubuhnya sudah tidak menggigil seperti tadi malam. Her
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Tinggallah bersama papamu!

Fatin menengok hampir semua tempat yang ia rasa pernah melihat Hans sebelumnya. Namun, laki-laki itu tidak juga terlihat batang hidungnya. "Biasanya dia muncul kaya tuyul, kenapa sekarang sulit amat dicari?" gumam Fatin sembari memijit kakinya yang kesemutan."Taulah! Biarin aja!" Gadis itu merasa sudah memutari seluruh tongkrongan kampus, tapi orang yang dicarinya tidak ada di mana pun. "Tumben sekali kalau dia pulang jam segini. Bukannya anak kaya gitu, baliknya subuh?" Fatin masih menggerutu sendiri sembari menselenjorkan kaki. Ngilu sekali kakinya. Kesemutan."Awwwww!" Fatin menjerit dengan lengkingan yang sangat kencang. "Hanssss!" teriaknya. Laki-laki itu hanya tertawa sembari ngeloyor pergi. Tergesa."Bukankah sudah aku katakan dia seperti tuyul! Aw!" Fatin masih mengaduh. Kakinya yang kesemutan dipukul begitu saja. "Eh! Eh! Hans!" Fatin baru saja ingat kalau dia ingin bicara pada lelaki itu. Tapi, Hans malah melambaikan tangannya sembari menjauh pergi."Aku tak puya waktu un
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status