Home / CEO / CEO adalah Maut / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of CEO adalah Maut : Chapter 11 - Chapter 20

29 Chapters

Kebencian Vanila

Hantaman pintu terdengar cukup keras. Jantung Vanilla bergemuruh hebat diikuti deru napasnya yang tidak beraturan. Ia menggigit bibir bawah dengan bibir yang bergetar. Tangis Vanilla tumpah di sela-sela gerakan dada yang naik turun. Kedua lutut Vanilla lemas, seolah tidak mampu menopang berat tubuh. Serentetan kalimat yang baru saja terucap untuk Aryan terasa mengiris batin. Bukan ini yang ia harapkan. Bukan! Mengapa harus bertemu lagi dengan Aryan ketika hatinya mulai pulih? Air mata Vanilla terus mengalir tanpa jeda. Ia terduduk lemas di lantai sembari memeluk kedua lutut. Cinta yang pernah diberikan oleh Vanilla dengan tulus, ternyata hanya sebuah lelucon bagi Aryan. Vanilla bisa menebak bagaimana dirinya terlihat sangat menyedihkan ketika menjadi topik pembicaraan para putra Aditama. Ia hanya seorang wanita bodoh yang terlihat menyedihkan. “A-aku sa-sangat membencimu, Ar-Aryan.” Napas Vanilla tersengal ke
Read more

Gavin dan Aryan

“Mommy Zayn!” Suara wanita dengan Jumpsuit cokelat membungkus tubuh dihiasi obi belt warna hitam setengah berlari menghampiri Vanilla. “Mommy Claire, ada apa?” tanya Vanilla sambil menghaturkan senyuman tipis. Anna sedikit mengatur napasnya yang terengah. Sementara Zayn bersembunyi di balik tubuh Vanilla saat melihat Claire mendekat dengan sang ibu. “Zayn, kamu baik-baik saja ‘kan?” tanya Anna dengan sekotak cokelat di tangan. Ia memerhatikan Zayn lalu melemparkan tatapan pada Vanilla. “Mom, aku mau minta maaf soal kejadian kemarin.” “Kemarin?” Vanilla masih tidak paham dengan maksud pembicaraan Anna. “Iya kemarin Claire tidak sengaja mendorong Zayn ke kolam. Aku benar-benar minta maaf, Mom.” Pengakuan Anna kontan membuat Vanilla sedikit terkejut lalu ia mengusap puncak kepala Zayn
Read more

Ayah Zayn yg sebenarnya

Aryan merendahkan tubuhnya di balik kemudia seraya menggulirkan jemari pada layar iPad. Ia membuka undangan dari Chakko hotel Singapura yang akan meresmikan taman bermain dalam area hotel. Salah satu sudut bibir Aryan terangkat ke atas, sebab sudah lama menunggu hari itu datang. Setelah dua tahun proses pembangunan, taman bermain buah pikirannya itu bisa dibuka. Mematikan layar iPad lalu Aryan mengamati dengan seksama obyek yang sedari tadi menjadi incarannya itu. Hari ini Aryan memilih untuk melakukan zoom meeting di dalam mobil sambil mengamati Vanilla. Sesekali ia membenarkan kacamata hitam yang bertengger di tulang hidung sambil menyembunyikan wajah jika Vanilla merasa dirinya sedang diamati. Aneh! Bagaimana bisa Aryan Aditama menjadi stalker? Well, keinginan tersebut muncul begitu saja di benak Aryan setelah mengunjungi The Heights dan memastikan pembangunan kafe di sana berjalan dengan baik. “Aku hanya penasa
Read more

Wanita yang menggemaskan

“Oh jadi dia kekasih kamu setelah sama aku,” gumam Aryan yang diabaikan oleh Vanilla. Well, awalnya Vanilla mengira kisah asmara mereka nyata, tetapi ternyata pura-pura. Ia memberikan keseriusan, dan Aryan hanya menganggapnya sebagai permainan. Ah, terkadang lucu juga jalan hidup manusia yang penuh sandiwara ini. Mobil Aryan menepi dan masuk ke dalam pelataran villa yang lengang. Taman yang teduh dengan beberapa pohon mangga menyambut kedatangan mereka disertai embusan angin lembut. Setelah mobil berhenti, Vanilla langsung turun dan membuat Aryan menahan ucapannya. “Mau a—.” Aryan mendesah. Baru saja mau menawarkan bantuan, Vanilla sudah terjun dari mobil dengan pijakan tinggi itu dan membuka pintu kursi penumpang. Langkah Vanilla semakin memburu setelah memeriksa waktu pada arloji dengan strap yang dibuat dari tali makrame. Salah satu produk terbaru
Read more

Cemburu

Saat merasakan pergerakan tangan Aryan yang menyentuh dagunya, Vanilla menggeliat karena terusik. Kontan ia menampar tangan Aryan dengan kencang. Hingga membuat Aryan terkesiap.“Ngapain kamu!” seru Vanilla ketus.Tangan Aryan terlempar hingga membentur dashboard mobil. Suara benturannya terdengar cukup keras. Aryan mengernyitkan dahi sambil meringis untuk menahan rasa sakit.“Kamu kasar banget sih, Van.” Aryan mengibaskan tangannya sebab rasa panas yang mulai menyelimuti. Ia masih mengernyit sambil sesekali melirik pada pribadi Vanilla dari ekor mata.“Lagian kamu ngapain sih!” Vanilla memundurkan posisi duduk dan berusaha menghindar dari sentuhan Aryan. Ia tidak mau sifat buas Aryan kembali lagi dan membuat Zayn memiliki adik dalam waktu dekat.Astaga Vanilla! Apa yang kamu pikirkan!Kepala Vanilla menggeleng samar karena pikiran aneh yang mendadak muncul di kepala. Well, Vanilla tidak bisa menampik sifat liar Aryan yang bisa tiba-tiba merobohkan dinding pertahanannya.“Aku nggak ng
Read more

Hari Ayah bersama Zayn

  “Ngapain kamu kesini?” tanya Gavin tidak mau berbasa-basi.“Ada larangan? Ini tempat umum, siapa saja bisa berkunjung jika mau,” jawab Aryan sangat tenang. Ia sama sekali terintimidasi tatapan Gavin yang tajam seperti predator yang ingin menerkam mangsanya.Gavin terkekeh lalu melipatkan tangan di depan dada. “Tidak ada larangan memang, tetapi sedikit mengejutkan bertemu dengan Aryan Aditama di pre primary school seperti ini.” Gavin menjeda ucapannya sambil memutar bola matanya ke area sekolah dengan halaman yang lega dan banyak permainan untuk anak kindergarten. “Kalau di klub baru tidak mengejutkan.”“Kamu akan mulai terbiasa,” jawab Aryan dengan senyuman miring. Baru melangkah, Aryan berhenti tepat di sisi Gavin. “Kamu sebaiknya menjaga Vanilla sebelum jatuh ke pelukanku.”“Kenapa baru
Read more

Rahasia Aryan yg terbongkar

     Sorakan para penonton yang terdiri dari ayah dan anak di Rainbow playgroup and pre primary school memenuhi ruangan yang memiliki dinding kaca itu. Kursi ditata berhadapan dan membuat celah di bagian tengah yang digunakan untuk lomba kekompakan ayah dan anak.Zayn duduk di pundak Aryan lengkap dengan kostum Batman dan topengnya. Di tangan Zayn sudah ada bola berukuran sedang yang harus dimasukkan ke dalam tong besar di ujung ruangan. Sementara Aryan sudah siap untuk berlari dengan kedua mata tertuju pada target.“Are you ready, Boy?” tanya Aryan sambil menoleh ke Zayn.“Ready!” jawab Zayn semangat. “Om, sorry. Bolehkah aku pegangan di rambut Om? Soalnya kata Mommy itu nggak sopan, so i must get permission first.” (Jadi, aku harus dapat izin terlebih dahulu)Aryan terkekeh. “Of course!
Read more

French Kiss

  Kedua mata Zayn yang basah masih melihat ke arah Aryan. Ia berjalan dengan tangan yang digandeng oleh Gavin. Lalu Vanilla membuntuti mereka.Aryan hanya bisa mendesah dengan piala di tangan kiri serta helaian rambut Zayn yang sudah terbungkus rapi dengan tisu. Ia harus mendapatkan jawaban dari serentetan pertanyaan yang beberapa hari ini bergumul hebat di dalam pikiran.Kaki Aryan mengayun pelan menuju ke dalam mobil yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa itu. Ia meletakkan pelan piala tersebut di kursi samping kemudi lalu merogoh saku dalam.Tidak membutuhkan waktu lama bagi Aryan untuk mendapatkan jawaban dari si penerima telepon. Suara Tino langsung menyeruak di rungu Aryan.[“Ya, Tuan muda. Ada lagi yang bisa saya bantu?”]Suara siaga dari Tino membuat Aryan melemparkan punggung di sandaran kursi belakang kemudi. “Ada yang harus kam
Read more

Aryan cemburu

 Aryan Aditama selalu memiliki cara untuk melancarkan rencananya. Well, seperti hari ini. Aryan datang ke Rainbow pre primary school untuk menjadi salah satu donatur tetap sekolah berstandar internasional tersebut. Itu hanyalah salah satu alasan Aryan agar bisa berjumpa dengan Zayn. Tentu saja ia tidak bisa secara terang-terangan minta izin pada Vanilla. Membayangkan raut marah Vanilla yang mirip dengan Leona membuat Aryan sedikit bergidik ngeri.“Terima kasih banyak, Pak Aryan,” ucap seorang wanita dengan rambut sasakan cukup tinggi dengan senyuman semringahnya.“Sama-sama, Bu. Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari sekolah ini,” terang Aryan yang ikut mengulas senyuman untuk Sharmila, kepala yayasan Rainbow school.“Kami tidak hanya mengelola Rainbow pre primary school saja, tetapi juga Rainbow special needs school. Semua anak luar biasa dari kalangan manapun kami rawat dengan sepe
Read more

Cinta Gavin untuk Vanilla

Salah satu tangan Gavin meremas pinggang ramping Vanilla. Sementara tangan yang lain mengelus lembut pipinya sambil terus memberikan lumatan dalam penuh tuntutan. Pun Vanilla menyambut kecupan dari Gavin dengan sangat mahir hingga semakin membuat milik pria itu mengeras. Tidak bisa menahan gelora panas yang semakin menguasai diri, Gavin menggendong Vanilla di pinggang tanpa ingin melepaskan tautan bibir mereka. Kakinya mengayun pelan menuju ke kamar Vanilla yang terletak tidak jauh dari balkon lantai dua. Mereka masih saling menyapukan lidah satu sama lain. Dalam benak Vanilla hanya terbesit satu hal. Ia harus membuat Aryan sadar diri dan pergi menjauh. Jemari Gavin dengan nakal mulai menyingkap dress yang melekuk tubuh Vanilla setelah menjatuhkannya di atas ranjang. Ia bergerak dengan buru-buru untuk membuka satu per satu kancing dan melihat betapa mulus kulit porcelain di balik dress tersebut. Namun, gerakan jemari Gavin terhenti saat Vanilla melepaskan ciuman dan membuka kedua ma
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status