Home / Romansa / CEO adalah Maut / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of CEO adalah Maut : Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

BAB 21 - Hasil Tes DNA

Jakun Aryan naik turun setelah membaca hasil tes Dna yang masih setia menunjukkan angka probability 99,999 persen. Rungu Aryan seolah tuli dengan panggilan dari Tino yang memberitahu jika sebentar lagi mereka akan mendarat di Changi Airport. Pikiran Aryan melanglang buana ke empat tahun silam. Ia kembali mengorek memori saat Vanilla pergi tanpa pamit dari apartemennya. Ternyata wanita itu pergi dengan janin yang sekarang tumbuh menjadi bocah berusia 4 tahun. “Tuan muda.” Panggilan dari Tino tidak juga menyadarkan Aryan dari lamunan. “Tuan, kita sudah sampai.” Dengan kedua mata nanar, Aryan menoleh pada Tino dan bersusah payah menggerakkan lidahnya. “Kita kembali.”“Ma-maaf, Tuan. Kembali? Maksudnya ke Bali?” Tino kembali menegaskan. Pun ia menggosok telinga berulang untuk memastikan jika rungunya masih berfungsi dengan benar. “Right now, Tino!” (Sekarang) Tangan Aryan mengepal kuat diikuti otot pelipis yang tercetak jelas. Kedua bagian giginya saling beradu hingga terdengar suara ge
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

BAB 22 - Ayah Zayn yang sebenarnya

Sikap Aryan yang masih terdiam dengan kedua tangan menopang di atas paha, membuat Vanilla tidak bisa berhenti memprovokasinya. Aryan yang terlihat kuat tidak terkalahkan sekarang tampak tidak berdaya. Ia berulang kali menyugar rambut frustrasi. “Kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak berniat masuk dalam keluarga Aditama dan menghambatmu menjadi penerus bisnis keluargamu,” terang Vanilla tanpa ragu. Aryan menoleh pas Vanilla yang duduk di ujung kursi. Ada jarak cukup lebar di antara tempat duduk mereka. “Kamu bisa berpikir sejauh itu?” tanya Aryan dengan dahi yang berkerut. Ia memang brengsek, tetapi apakah sebrengsek itu? “Tentu saja. Aku sekarang bisa berpikir sangat jauh mengenai seseorang, Aryan. Karena kebodohanku di masa lalu.” Vanilla menjeda ucapannya saat masa lalu yang menyayat hati kembali terlintas di benak. “Dulu dengan mudah aku memberikan semua hatiku untuk pria yang nyatanya hanya bermain-main denganku.” Aryan mendesah jengah. Sudah ratusan kali ia mendengar Vanilla m
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 24 - Menjadi ayah yang baik

“Have fun ya, Sayang.” Vanilla merapikan kerah batik Zayn dengan warna dasar biru dipadukan motif kuning keemasan. “Mommy akan jemput tepat waktu. Oke.” Jemari Vanilla menyisir rambut pendek Zayn. “Oke Mommy.” Tanpa permisi Zayn lantas mengecup pipi sang ibu. Hal tersebut membuat Vanilla tersenyum lebar. “Sayang Mommy.”“Really?” “Of course. Mommy sebesar apa?” Zayn mengetuk pelipisnya lalu merentangkan tangannya lebar. “Sebesar ini. So many many.” Vanilla terkekeh. Bagaimana ia tidak begitu mencintai sang putra jika sangat lucu dan menggemaskan seperti ini? “Ya udah, buruan masuk. Itu udah ditunggu sama Jason,” ucap Vanilla yang menangkap sosok satu bocah berambut pirang dan hitam di lobi sekolah.“Zayn!” teriak Jason dan Will sambil melambaikan tangan. “Oke. I’m coming!” Zayn berlari menuju ke sahabatnya lalu menoleh pada Vanilla dan melambaikan tangan penuh semangat. “Bye Mommy!” Senyuman Vanilla masih tercetak sambil membalas lambaian tangan Zayn. Kemudian ia masuk ke dalam
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 25 - Tidak ada kesempatan kedua

Mengikuti arah mata Vanilla, Aryan ikut melihat pada telapak tangan yang semula sudah terbalut perban dan mengeluarkan warna merah dari sana. Hingga menetes dan meninggalkan jejak pada lantai kayu Vanilla.“Kok bisa? Kenapa tadi?” Sontak Vanilla segera meraih tangan Aryan lantas membuka satu persatu laci pada meja untuk mencari kotak obat. Sebab panik, Vanilla jadi lupa dimana meletakkan kotak yang berisi obat-obatan lengkap itu. Sementara netra Aryan mengikuti arah gerak Vanilla dan tidak terganggu dengan rasa nyeri yang terasa di seluruh telapak tangan. Ia hanya bergeming ketika Vanilla menarik tangannya dan meminta untuk duduk. “Duduk,” pinta Vanilla yang diikuti dengan patuh oleh Aryan. Kening Vanilla sesekali mengernyit ketika membuka perban yang sudah berlumur darah itu. Ia bergerak dengan sangat hati-hati dan memastikan Aryan tidak kesakitan. “Sakit?” tanya Vanilla seraya mendongakkan kepala. Aryan masih menatap Vanilla lekat-lekat dan memberikan gelengan kepala sebagai jawa
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

BAB 26 - Keraguan

Ayunan kaki Vanilla semakin memburu ketika suara Aryan menyeruak dari balik ponsel. Sesekali ia menoleh untuk memastikan jika tidak ada yang mencuri dengar.“Aryan! Apa-apaan kamu!” seru Vanilla dengan mempertahankan intonasi agar tidak terlayani menarik perhatian Zayn atau Tante Lusi. [“Apa?”]“Aku bisa beliin kebutuhan Zayn. Kamu nggak perlu repot. Dia itu anakku.” [“Aku tahu, Van. Dia juga anakku.”] “Aku nggak butuh uang kamu. Stop beliin barang ke Zayn!” [“Vanilla, aku beli hadiah buat Zayn bukan kamu. Tapi kalau kamu mau, nanti aku siapin buat kamu juga.”]“Aryan! Aku serius.” [“Aku juga serius, Van. Udahlah, kasih kesempatan aku buat bisa bertanggung jawab atas Zayn. Aku Daddy dia.”] “Mommy! Ini keren banget!” Pekikan suara Zayn membuat Vanilla memanjangkan leher dan mendapati bocah itu sedang asyik bermain hoverboard with handle pemberian Aryan. Sementara Tante Lusi bersiaga mengawasi keseimbangan Zayn. [“Zayn sepertinya suka.”] Suara kekehan terdengar dari balik ponsel.
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

BAB 27 - Cinta atau tanggung jawaab?

Bab 27Tidak lama Aryan mengecup bibir Vanilla. Ia melepaskannya sambil menerka rasa tidak karuan yang bergemuruh di dalam dada. Iris Aryan meneliti wajah Vanilla yang terpejam. Sesekali ia melemparkan tatapan pada Zayn yang tertidur di kursi penumpang. Anak itu seolah memberikan kesempatan pada ayah dan ibunya untuk memadu kasih. Sangat tenang dan tidak terganggu dengan obrolan serius mereka.Permukaan bibir Vanilla basah. Ia ingin merutuki diri sendiri karena sempat menuntut gerakan Aryan yang lebih dari sekedar kecupan.“Gila! Hentikan kegilaan ini Vanila!” Bersamaan dengan peringatan dari otaknya, Vanilla membuka mata lalu mendorong tubuh Aryan untuk menjauh.“Hentikan sikap mesum mu itu Aryan!” pekik Vanilla yang membuat Zayn menggeliat pelan lalu kembali terlelap. Mungkin bocah itu sedikit terusik dengan suara keras sang ibu.“Aku tidak mesum, hanya ingin memastikan perasaanku,” ucap Aryan seolah enggan mengalihkan perhatian dari rupa Vanilla. Jantung Aryan masih berdebar dengan
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 28 - Terhubung masa lalu

Bab 28[“Iya, sepertinya aku akan pulang lebih lama dari perkiraan. Ada banyak hal yang harus aku selesaikan di sini.”]“Nggak apa-apa, hati-hati ya. Oh ya, soal seragam keluarga kamu, aku udah minta saran sama Tante Suci.”[“Kamu urus aja semuanya, Van. Aku yakin pilihan kamu bagus dan pas buat keluarga aku. Nggak perlu tanya sama Mama.”]Vanilla terdiam. Ini bukan mengenai pintar memilih atau tidak. Namun, Vanilla ingin ibu Gavin juga ikut serta menyumbangkan pendapat mengenai seragam yang akan dikenakan pada hari spesial itu. Sikap ibu Gavin bukan seperti mempercayakan semua hal kepada Vanilla, tetapi lebih ke tidak peduli.“Aku akan bawa beberapa contoh ke rumah kamu.”[“Vanilla, kamu langsung pilih aja.”]“Nggak bisa gitu dong, Vin. Bukan aku yang mau pakai, setidaknya aku minta saran sama Mama kamu.”[“Mama udah percaya sama kam
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

BAB 29 - Berusaha berdamai

Kaki Vanilla menghentak di tempat seraya meremas handle paper bag di tangan. Padahal ia hanya menemui Mama Gavin, tetapi rasa gugup langsung menyerang. Well, sejak dulu memang hubungan Vanilla dan Suci tidak begitu baik.Sesekali Vanilla melirik waktu pada arloji dengan strap tali makrame di pergelangan tangan. Sudah hampir 45 menit Suci membiarkan Vanilla menunggu di ruang tamu. Suara gelak tawa terdengar dari dalam rumah. Sepertinya Suci sedang aku bercengkrama dengan seseorang. Entah siapa, Vanilla tidak bisa menerka.“Eh, Vanilla. Udah lama nunggu?” Suci berjalan mendekat sambil melepaskan apron yang dipenuhi serpihan tepung di beberapa bagian. Lalu duduk di sofa berhadapan dengan Vanilla.“Baru aja, Tante,” jawab Vanilla berdusta. Bokongnya sudah cukup panas untuk menunggu Suci. Pun segelas minuman tidak dihidangkan untuk membasahi kerongkongan Vanilla yang mengering.“Ada apa?” Suci bertanya tanpa basa-ba
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

BAB 30 - Ketakutan Aryan

Kaki Aryan mengayun terburu-buru sambil menjepit ponsel antara pipi dan pundak. Sementara tangan yang lain sedang melepaskan kancing lengan dan melipatnya hingga ke bagian siku. Ia baru saja selesai test food chef baru di The Heights hotel. Sebelum hotel itu menjadi milik Aditama grup, kerap sekali mendapatkan nilai rendah terkait kualitas makanannya. Sehingga Aryan harus ikut memastikan demi reputasi hotel dari Aditama grup.“Makan siang? Sekarang?” tanya Aryan pada Narendra yang berada di seberang telepon. “Ah, aku tidak bisa, sudah ada acara.”[“Kita sudah membicarakannya di grup kemarin. Kamu nggak baca?”]“Nggak. Aku tidak bisa sekarang, sampaikan pada yang lainnya. Oke.” Panggilan mereka terputus, Aryan yang melakukan.Segera ia melajukan mercedes jeep-nya untuk menjemput Zayn. Sesekali Aryan melirik waktu pada arloji yang melilit pergelangan tangan, sebab tidak ingin terlambat menjemput sang putra.
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

BAB 31 - Godaan mantan

BAB 31Arah pandang Aryan ikut menggeser ke arah Zayn, lantas mengusap puncak kepalanya pelan. Dipandang keseluruhan rupa Zayn dan Vanilla secara bergantian. Ia masih tidak menyangka sudah memiliki buah hati sebesar Zayn. Sungguh Tuhan memang berkuasa penuh akan takdir seseorang.“Jagoan Daddy, cepet sembuh ya? Jangan buat Mommy sedih lama-lama,” ujar Aryan dengan suaranya yang parau.Niat awal ia juga ingin mengusap puncak kepala Vanilla, tetapi urung. Gerakan tangan Aryan tertahan di atas kepala Vanilla lalu kembali ditarik untuk menjauh.Melangkah pelan untuk keluar dari ruang perawatan sang putra lalu Aryan mengembuskan napas lega. Sesak yang mengikat rongga dada, seolah melonggar. Ia merasa lega sudah mengutarakan sebagian isi hatinya pada Vanilla. Well, meskipun Vanilla tidak mungkin mendengarkan hal itu.“Hah!” Aryan tersenyum miring. “Ternyata kamu benar seorang pengecut, Aryan.”
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status