Tous les chapitres de : Chapitre 51 - Chapitre 60

76

BAB 51

"Kenapa dari tadi diam di kamar? Layani dong mertuamu. Sampai dia pulang, mantunya gak nongol-nongol." Ucapan Safira terdengar menyindir. Kedua tangannya disilangkan di depan dada dengan penuh rasa percaya diri. Wanita itu berdiri tegak di tengah pintu kamar adik madunya. "Apa maksudnya Mbak undang Mama ke sini? Sengaja supaya aku dihina-hina?" "Loh, pertanyaan macam apa ini? Mau aku undang apa gak, tentu saja karena aku menantu sahnya dan ada dua cucunya di sini. Kenapa? Sakit ya gak diterima mertua? Iri ya pengen seperti aku, disayang mertua? Mimpi kamu! Bagaimana kamu bisa memetik buah yang manis sedangkan kamu menanam benih dari hasil curian." "Cukup, Mbak! Cukup hina saya! Jangan hanya salahkan saya terus menerus. Mas Danang yang mencari saya bahkan sampai mencari saya sampai ke desa! Suami Mbak itu yang tidak mampu menahan perasaannya sama saya! Kenapa hanya saya saja yang Mbak sudutkan?! Harusnya Mbak berkaca diri, kenapa sampai begitu suaminya Mbak!" Wuuuussssh!
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

BAB 52

Refleks Megan langsung menoleh kaget luar biasa. Megan memucat. Jika suaminya pengangguran. Bagaimana dengan kehidupan mereka ke depan? Ia menggeleng lambat. "Bukannya aku pernah bercerita saat aku menemuimu di desa, saat kamu gila mau gantung diri tak jelas, itu aku benar-benar sudah meninggalkan rapat penting. Itu adalah tindakan fatal, Megan dan sekarang aku mendapatkan ganjarannya." "Jangan katakan itu karena aku, Mas," lirih Megan dengan deguban jantung berdebar-debar. "Lalu kita harus menyalahkan siapa?" tanya Danang menantang. "Mbak Safira yang membuatku menggila begitu!" "Terserah, aku pusing." Danang berbaring di kasur sembari menutup kepalanya dengan bantal. Ia benar-benar pusing. Berat dan oleng rasa kepalanya. Bagaimana jika Safira tahu? Orang tuanya tahu? Pastilah dia akan jadi bulan-bulanan. Bagaimana bisa dia mengangkat kepala, sedangkan saat
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

BAB 53

"Semoga saja sukses penawaran kita, Pak. Nanti kalau mereka minta kurangi persenannya, mentok sampai 40% aja. Gimana?" tanya Safira sembari menutup laptop lalu menegak jus buahnya. "Yah. Kita cari peluang lain jika satu peluang tertutup. Yang penting tetap bergerak," jawab David mantap. Safira mengangguk kecut. Jelas keningnya berkeringat. "Kamu kenapa? Kok wajahmu merah?" "Sejujurnya saya mual, Pak. Dari tadi ditahan-tahan. Saya tidak suka aroma parfum klien tadi." "Aduh ... iya, iya. Its oke. Aku kadang lupa kalau kamu itu sedang hamil. Nampak seperti tidak hamil saja." Safira hanya mengangguk sesekali mengusap hidungnya. "Sebentar, kan kliennya sudah pergi? Kok masih tak nyaman begitu?" "Anu ... mmm ... sejujurnya saya tak suka parfum bapak yang ini juga. Anu ... Huuuuwwwweeeek!" Safira menutup mulutnya yang sedang akan muntah. Untung saja tid
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

BAB 54

"Ibuk, udah ah. Jangan bahasa-bahas. Cuman sampai mereka menemukan tempat baru sebab Mas Danang sudah gajian," ucap Safira tak ingin terjadi perdebatan. Danang diam saja. Pasalnya ia belum sanggup menyewa tempat baru dengan kondisinya yang sekarang. Ia membuang wajah, malas melihat Safira. Hatinya masih panas. Tapi mau menegur, takut ketahuan tak di kantor. Pasalnya restoran itu cukup jauh dari kantornya. Jadilah hanya memendam kesal. "Mas, Bu Mona undang kita buat hadiri resepsi pernikahan putrinya. Acaranya malam ini. Ayo kita berangkat bareng!" seru Safira sambil mengecek ponsel. "Banyak teman dan kolega yang akan hadir. Secara Bu Mona kan pemilik perusahaan properti ternama," lanjut Safira tak menoleh sehingga ia tidak tahu, wajah suaminya itu sudah seperti kanebo kering. "Mas Danang pergi sama aku, Mbak! Sebab dia lebih dulu mengajakku," ucap Megan tiba-tiba hadir. Wanita itu sudah cantik dengan dress biru muda selutut dengan mode
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

BAB 55

FLASH BACK"Kok ngos-ngosan, Fir? Apa kamu habis makan siang ngunyah badak?" tanya Tasya melihat Safira banyak menghirup udara. "Ya. Aku buru-buru dari parkiran. Takut boss tahu aku keluar melebihi jam rehat," jawab Safira susah payah. "Emang kamu habis dari mana?""Lihat lokasi yang mau dijual murah. Tempatnya strategis. Tak jauh dari sini. Tanah 3 are.""Eeh serius? Tanah buat bangun rumah? Investasi?"Safira menggeleng. "Aku mau buka cabang butik ibuku."Kedua bola mata Tasya langsung membulat lebar karena merasa temannya itu luar biasa. "Banyak duit nih! Kasih dong minjem!" goda Tasya. "Idiih. Gak gitu. Duit ibuku, sedikit tabunganku, dan ada uang pendidikan anakku. Sebagian mau kuputar biar makin jadi banyak," jawab Safira begitu yakin. "Aku senang, Fir. Impian setiap orang punya usaha gitu. Nanti kalau sudah berdiri, kamu resign atau gimana?""Sepertinya aku resign
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

BAB 56

Danang mengusap wajahnya kebingungan harus berbuat apa. Sempat ia menoleh pada Megan dan Megan hanya pasang wajah datar. Danang abai. Dalam pikirannya, bagaimana bisa Safira datang bersama bosnya yang seorang duda itu?! Sekarang Danang merasa sangat tidak nyaman. Rasanya di dalam dada seperti ada bara yang menyebabkan panas sampai ke otaknya. Sejenak pria itu masih berdiri tak kedip menatap istrinya yang sedang bicara dengan beberapa orang penting. Terlihat jelas raut wajah istrinya itu begitu riang dan santai. Tidak seperti pikirannya bahwa Safira akan bersedih karena dia berangkat bersama Megan. Safira terlihat sangat serasi berdiri di dekat David yang memakai batik yang dominan bercorak hitam. Sudah seperti couple saja. "Segitunya aku tidak kamu hargai, Fir. Sampai-sampai kamu berani datang bersama pria lain." Di sisi lain, Megan hanya bisa merasakan desiran kecemburuan melihat suaminya tak kedip melihat ke arah kakak madunya itu. Unt
last updateDernière mise à jour : 2025-03-17
Read More

BAB 57

"Dimana Megan?" tanya Safira setelah turun dari pelaminan. "Pastilah di sekitar sini. Aku gak bisa bawa dia ketemu teman-teman karena tak ingin menambah berita." "Ciih! Berita kamu poligami. Aku akan menyebarkan di medsos. Biar mampus kamu, Mas," celetuk Safira meninggalkan suaminya menuju stand makanan. Danang langsung mengejar istrinya dengan langkah cepat dan lebar. "Yang benar aja kamu, Bun. Ayolah, jangan begitu banget kamu. Biar gimana pun, aku bapaknya anak-anak. Apa gak malu mereka, kalau ayahnya dipermalukan ibunya di media?!" Safira menoleh pada suaminya itu dengan tatapan mengancam. "Kalau perempuan sudah tak sanggup menahan sakit hatinya, siap-siaplah hancur." "Isssh! Ngeri amat kamu, Bun. Macam mafia saja. Damailah kita," rayu Danang menoel pipi istrinya tanpa segan, meskipun mereka sedang di tempat keramaian. Safira memutar bola matanya malas dan kembali fokus menata makanannya. "Kamu ngapain ikutin aku terus, Mas? Sudah sana, cari istrimu. Hilan
last updateDernière mise à jour : 2025-04-06
Read More

BAB 58

Safira berhenti. Ia sudah berada di taman hotel yang begitu luas namun masih terang karena lampu-lampu tanam yang berwarna kuning temaram. "Tidak ada, Bun. Ya Allah dimana Megan?" Safira tak bicara. Dia kembali berjalan menuju area kolam. Danang hanya terus mengikuti karena ia tahu, istrinya adalah wanita modern yang memiliki pergaulan luas dan sering mengunjungi tempat-tenpat seperti ini. Tentu saja Safira tahu seluk beluk hotel itu jauh melebihinya. Tiba di kolam besar, Megan tetap tak terlihat. Danang semakin pias. "Apa perlu lapor polisi, Bun?" "Tenggelam saja kamu, Mas," sindir Safira dengan nada datar. Danang hanya diam dan terus mengikuti langkah istrinya itu. Kali ini lebih dalam lagi, ternyata ada lokasi yang memiliki berugak (sejenis balai-balai beratap rotan, mirip lumbung) dan di bawahnya itu ada kolam ikan koi. Beberapa orang duduk di setiap berugak menikmati suasana malam sembari berbincang satu sama lain. Danang cukup terkejut karena dia baru tahu ada tempa
last updateDernière mise à jour : 2025-04-06
Read More

BAB 59

"Mas, jadi kamu sudah dipecat di kantormu? Ini Rima WA, ngasih tahu kalau kamu nyari lowongan sama suaminya!" Booom! Seperti dihantam keras dada Bu Andin mendengarnya. Suasana semakin hening namun benar-benar semakin mencekam. Jangan ditanya bagaimana kagetnya Danang mendapatkan pertanyaan setajam itu. Pria itu bahkan tak bisa bicara sekata pun. "Ayo bicara, Mas! Kok diam kamu? Kamu sudah dipecat?" Danang menelan salivanya. Namun Safira tidak mau tahu. Dia merasa ini sangat buruk. Napasnya naik turun karena menahan perasaan campur aduk. Takut, kecewa, sedih semuanya. Ia harus memastikannya dengan cepat. "Kamu tak mau jawab? Gampang. Aku tinggal telpon orang-orang di kantormu. Kamu kira aku tak kenal mereka. Salah satunya Diana. Aku akan menelponnya sekarang." Tangan Safira begitu sangat cepat. Tuuuuut .... Danang seperti terhimpit. Ia melihat kedua orang tuanya yang sedang menatapnya kosong. Namun dia sudah makin terjepit. "Ya. Aku sudah dipecat." Safira langsu
last updateDernière mise à jour : 2025-04-06
Read More

BAB 60

Semua terkejut sampai tak ada reaksi apa pun. Namun hanya satu orang saja yang langsung beranjak cepat mengambil piring di atas meja lalu melempar ke arah Danang. Dua kali berturut-turut dan itu terjadi sangat cepat. Dialah Bu Sartini, ibu Safira. Matanya menyala memburu marah. Pecah piring itu, hancur terhantam lantai. Sebelumnya sudah berhasil mengenai tubuh Danang. Bahkan nampak ada darah yang mengalir di rahang pria itu. "Danaaaaang!" teriak Bu Andin histeris. Ia langsung berlari, mendorong Safira menjauh lalu memeriksa putranya. Danang diam saja meski nyeri berdenyut hebat di wajahnya. Darah benar-benar menetes. Ia terluka. "Mbak! Danang memang bersalah tapi Mbak sudah melukainya sampai berdarah begitu. Tahan emosinya, Mbak!" seru Pak Rahmat berusaha menjadi penengah. "Papa! Bunda!" teriak Amira sembari menangis melihat ada darah. Amira dan Rio terkejut mendengar suara piring yang terjatuh berturut-turut. Kedua bola mata Rio tak berkedip melihat pemandangan di depa
last updateDernière mise à jour : 2025-04-06
Read More
Dernier
1
...
345678
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status