All Chapters of KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

BAB 31

"Apa hubunganmu dengan pria itu?" "Dia bosku," jawab Safira mantap. "Jadi begini aslinya, ya. Kamu ada main dengan bosmu sendiri. Memalukan." "Jaga ucapanmu, Mas!" "Oh ya?! Dengan menggenggam lengan pria itu, kamu meminta aku untuk berpikir bahwa itu biasa-biasa saja?" Safira mengabaikan ucapan suaminya. Percakapan itu baginya sangat lucu. Pria yang menikahinya berlagak sok cemburu sedangkan dia sendiri sudah jelas-jelas buat hamil seorang pembantu. Safira makin dibuat hambar. Ia memilih melangkah mendekati mobilnya. Danang langsung menarik bahu istrinya itu. "Jangan belajar untuk terus kurang ajar pada suamimu, Safira!" "Baiklah. Karena statusmu masih suamiku, jadi aku jelaskan bahwa aku tidak ada hubungannya dengan pria itu. Hari ini aku dihukum. Gajiku akan dipotong 20% dan aku barusan sedang berusah
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

BAB 32

*Esok pagi* "Bu, Mbah Akung dan Mbah Utynya anak-anak sudah di depan!" Safira mengulum kedua bibirnya sembari memperhatikan dandananya di depan kaca. Sejak semalam dia tidak mau keluar kamar meskipun suaminya memaksanya. Memang di dalam kamarnya sudah tersedia aneka buah dan roti. Di ruang tamu, Danang mondar-mandir gelisah. Semalaman ia tak tidur nyenyak apalagi hari ini bank juga tidak beroperasi karena hari Minggu. Ketenangannya terenggut sangat cepat. Di dalam otaknya hanya tentang isi rekeningnya. Ia tak punya nyali untuk menceritakan itu pada ayah dan ibunya yang sekarang duduk tak jauh darinya. Sedangkan Bu Andin, hanya bisa mendengkus, masih kesal dengan putranya itu. "Jadi kamu belum ceraikan anak pembantu itu?" "Megan, namanya. Dia istriku. Menantu Mama juga." "Menantuku hanya Safira. Tak sudi aku punya menantu lain apalagi anak dari babu."
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

BAB 33

"Kembalikan uangku atau kita tidak pernah saling kenal lagi?" Safira tersenyum sinis. "Cepat jatuhkan talakmu padaku, Mas. Bila perlu, talak tiga sekaligus!" Bergetar mulut Danang namun tiba-tiba tubuhnya diseret ayahnya. "Tahan emosimu. Jangan terbawa! Ingat Rio dan Amaira!" "Istri tidak tahu adab! Kamu mengalihkan saldo rekeningku dengan cara licik!" "Kamu juga suami biadab. Tak sudi aku bersuamikan laki-laki sepertimu, Mas." "Cukup, Safira! Kamu, juga! Tutup dulu mulutmu! Apa kamu tidak memperhatikan nasib anak-anak kalian hah?! Berhenti bicara kataku!" Pak Rahmat melotot pada menantu kesayangannya itu. Safira membuang wajah, mengusap cepat air matanya. Ibu mana yang tak mau anak-anaknya tumbuh dengan orang tua yang lengkap. Tapi kenyataannya, kepala rumah tangga yang telah berkhianat. "Kalau dia mau menyelamatkan rumah tangga ini, dia harus mengembalikan uangku tanpa kurang sepersen pun. "Memangnya berapa saldomu yang dipindahkan?" tanya Bu Andin menyelah. "Kurang
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 34

"Dalam hidup berumah tangga, tidak ada uang istri dan uang suami. Semua sama-sama. Aku juga begitu dengan suamiku," sambut Bu Andin. "Ya ... kalau suaminya kayak Pak Rahmat boleh lah. Sepertinya tak akan ada masalah. Tapi anak gak mesti sama dengan bapaknya. Bapaknya lurus, anaknya bisa bengkok kemana-mana. Enak-enak pake uang istri, dia asik umpan pelakor," timpal Bu Sartini tanpa rasa takut. "Kalian sendiri yang undang pelakor itu ke rumah ini. Jangan lupakan itu. Kalau begini caranya, aku tidak ridho!" seru Bu Andin marah. "Ya aku juga tak ridho anakku dipoligami setelah diperas suaminya!" timpal Bu Sartini tak kalah beringasnya. "Tidak begitu konsepnya! Jangan melebihkan. Dalam rumah tangga, semua milik bersama. Termasuk harta yang diusahakan Safira juga. Itu semua milik mereka bersama meskipun atas nama Danang!" Baru saja mulut Bu Sartini akan terbuka untuk menimpali Bu Andin, tiba-tiba Pak Burhan ma
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 35

"Bagaimana dengan cucumu ini, Mbok? Dia butuh sosok nenek! Bagaimana bisa Mbok meninggalkanku dalam keadaan seperti ini? Mbooook! Bangun Mbok!" Seperti tertusuk ribuan belati sekaligus saat suara Megan masuk ke dalam gendang telinga Safira. "Maafkan aku, Nak. Ibu tahu dia sedang hamil bahkan saat aku melabraknya. Hampir saja aku menginjak perutnya tepat ketika kamu dan Danang muncul." Safira hanya diam. Tak rasa sakit melebihi yang saat ini dia rasakan. Meskipun hal yang wajar bahkan seharusnya memang begitu, jika sudah bersuami istri. Tapi mendengar langsung pembantunya itu hamil anak suaminya, tak ada kalimat yang bisa mengurai sedikit saja rasa sakit di dada wanita itu. "Lebih baik kita pulang, Fir. Ayo. Yang penting ibu sudah melihat Mar untuk terakhir kalinya." "Kita tidak akan pergi sampai aku sedikit bermain dalam takdir ini, Bu. Tunggulah di sini." "Apa kamu yakin?" tanya Bu Surtini r
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 36

"Ya Allah, gimana ceritanya, Bu? Kami kaget ini. Jadi, ibu dimadu sama Megan?" "Megan kan kerja di rumah saya gantiin ibunya untuk sementara. Rupanya dia berhasil menggoda suami saya hingga harus dinikahi. Sekarang dia hamil," ucap Safira tersenyum kecil. "Astaghfirullah ...." Semua mata menatap ke arah Megan dan itu langsung membuat Megan kebingungan. Jantungnya tiba-tiba langsung berdebar-debar. Dari pandangan orang-orang dan cara mereka berbisik-bisik, Megan sekarang sadar, sesuatu telah dilakukan oleh kakak madunya itu. "Bu ... Ya ampun. Gak nyangka ya Allah. Kukira bukan suami orang suaminya itu. Apalagi ternyata majikannya. Tadi dia nampak manja dan perkenalkan suaminya rupanya ...." Desas desus langsung menyebar luas tak terbendung. Safira keluar, dan mendekati Danang. "Mas, aku pusing sekali. Boleh aku minta diantar?" "Yang serius kamu," ujar Danang kaget de
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

BAB 37

"Pusing, Bun?" "Sedikit." "Aku turut berduka cita atas meninggalnya Mbok Mar, Bun." Nada suara Danang lembut pada Safira yang sedang menyender sembari memejamkan mata. Pria itu menoleh istrinya sembari tetap fokus menyetir. Danang berharap, dengan sikap lembut, Safira bisa kembali percaya padanya. Uang hampir setengah milyar itu harus bisa dia rebut kembali. "Seharusnya aku yang mengucapkannya padamu, Mas. Kamu kan menantunya," timpal Safira yang membuat Danang menelan salivanya kasar. "Semua yang terjadi bukankah sudah tertulis dalam buku besar di atas sana, Bun? Kita hanyalah wayang." "Ciih ... alibi," desis Safira. "Ayolah, Bun. Pernikahan adalah meskipun kita sudah bertengkar hebat, tapi kita bisa kembali lagi menata perasaan. Aku siap maafin kamu yang telah memindahkan isi rekeningku dengan cara curang." "Aku tak butuh maafmu, Mas. Karena memang aku tidak minta." Bagai sembilu ucapan Safira itu menusuk ke dalam hati Danang. Dia sangat tersinggung. Makin muak dia denga
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 38

"Dia begitu karena kamu sudah kecewakan. Jadi kamu harus sabar. Kami perempuan senang dirayu, maka rayulah. Mama gak mau ya, kamu dan Safira sampai cerai. Apalagi uangmu yang setengah M ada di tangannya," sambung Bu Andin menyelah. "Bukan perkara uang juga. Danang harus mengakui bahwa perbuatan itu menyalahi aturan rumah tangga. Biar pun Papa ini laki-laki, tapi Papa tidak setuju Safira dipoligami apalagi dengan wanita yang bibit, bebet, dan bobotnya tak jelas." Kliiing! Kali ini, Danang yang meletakkan sendoknya lalu bangkit. "Aku sudah kenyang. Aku ngantuk." "Kita belum selesai bicara!" seru Pak Rahmat. "Kita bisa lanjutkan besok." Abai, Danang beranjak menjauh dari kedua orang tuanya menuju kamar. Terdengar suara hempasan pintu yang cukup keras. Kompak, Bu Andin dan Pak Rahmat hanya menghela napas
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 39

"Biarkan saja Mas Danang pergi pada istrinya, Ma. Aku yang marah pada Mama karena telah menghalanginya." "Ya Allah, Fir ...," desis Bu Andin kehilangan kosa kata. “Aku gak maksud apa-pa, Fir.’ “Apa-apa juga gak masalah, Mas. Memang benar kan, Megan itu istrimu.” “Kamu juga istriku, malah istri pertama dan utama.” "Ah masa? Sedari tadi aku masuk kamar, tak ada tuh kamu samperin aku. Aku yang nangis mana peduli kamu." "Kamu yang menutup pintu, tak mengizinkanku masuk!" sanggah Danang tak mau kalah. "Oh ya? Apa pintu terkunci, Ma?" Safira menoleh kepada Bu Andin yang sedang tegang. Mulutnya tak bisa menjawab kebingungan. Bu Andin hanya bisa menahan napasnya yang berada di antara pertengkaran dua pasangan suami istri itu. "Please, Fir. Jangan kekanak-kanakan begini. Intinya, aku harus menghibur Meg
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

BAB 40

Kepala Danang tarasa terangkat cepat sebab Danang menghela napas berat. Tentu saja dia sedang memikirkan kalimat yang tepat untuk memberitahu Megan bahwa saat ini dia nol rupiah. Hanya yang tersisa di dompetnya saja. Merasa kosong perbendaharaan kata, Danang bangkit dan sempurna lepas dari istri mudanya itu. Dia meraih dompet di jaketnya lalu menyerahkannya pada Megan. Wanita itu berbinar, berharap banyak ia akan mengambil uang sebanyak yang dia mau seperti momen bulan madu mereka. Dengan cepat, Megan membuka dompet kulit itu. Ia sudah tak sabaran. Namun seketika matanya meredup saat hanya melihat uang yang berwarna biru dua lembar dan beberapa lembar abu-abu. Sama sekali tak ada yang warna merah menyala kesukaannya. "Mas?" "Sejujurnya, aku sedang tak punya uang. Biaya rumah sakitmu, aku bayar dengan cashbon di bendahara perusahaan. Dia yang mentransfer ke rumah sakit." Megan kaku. Ia merasa sedang salah dengar. Tak mungkin seorang kepal
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status