Share

BAB 57

Author: Rora Aurora
last update Huling Na-update: 2025-04-06 01:31:26

"Dimana Megan?" tanya Safira setelah turun dari pelaminan.

"Pastilah di sekitar sini. Aku gak bisa bawa dia ketemu teman-teman karena tak ingin menambah berita."

"Ciih! Berita kamu poligami. Aku akan menyebarkan di medsos. Biar mampus kamu, Mas," celetuk Safira meninggalkan suaminya menuju stand makanan.

Danang langsung mengejar istrinya dengan langkah cepat dan lebar.

"Yang benar aja kamu, Bun. Ayolah, jangan begitu banget kamu. Biar gimana pun, aku bapaknya anak-anak. Apa gak malu mereka, kalau ayahnya dipermalukan ibunya di media?!"

Safira menoleh pada suaminya itu dengan tatapan mengancam.

"Kalau perempuan sudah tak sanggup menahan sakit hatinya, siap-siaplah hancur."

"Isssh! Ngeri amat kamu, Bun. Macam mafia saja. Damailah kita," rayu Danang menoel pipi istrinya tanpa segan, meskipun mereka sedang di tempat keramaian.

Safira memutar bola matanya malas dan kembali fokus menata makanannya.

"Kamu ngapain ikutin aku terus, Mas? Sudah sana, cari istrimu. Hilan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 58

    Safira berhenti. Ia sudah berada di taman hotel yang begitu luas namun masih terang karena lampu-lampu tanam yang berwarna kuning temaram. "Tidak ada, Bun. Ya Allah dimana Megan?" Safira tak bicara. Dia kembali berjalan menuju area kolam. Danang hanya terus mengikuti karena ia tahu, istrinya adalah wanita modern yang memiliki pergaulan luas dan sering mengunjungi tempat-tenpat seperti ini. Tentu saja Safira tahu seluk beluk hotel itu jauh melebihinya. Tiba di kolam besar, Megan tetap tak terlihat. Danang semakin pias. "Apa perlu lapor polisi, Bun?" "Tenggelam saja kamu, Mas," sindir Safira dengan nada datar. Danang hanya diam dan terus mengikuti langkah istrinya itu. Kali ini lebih dalam lagi, ternyata ada lokasi yang memiliki berugak (sejenis balai-balai beratap rotan, mirip lumbung) dan di bawahnya itu ada kolam ikan koi. Beberapa orang duduk di setiap berugak menikmati suasana malam sembari berbincang satu sama lain. Danang cukup terkejut karena dia baru tahu ada tempa

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 59

    "Mas, jadi kamu sudah dipecat di kantormu? Ini Rima WA, ngasih tahu kalau kamu nyari lowongan sama suaminya!" Booom! Seperti dihantam keras dada Bu Andin mendengarnya. Suasana semakin hening namun benar-benar semakin mencekam. Jangan ditanya bagaimana kagetnya Danang mendapatkan pertanyaan setajam itu. Pria itu bahkan tak bisa bicara sekata pun. "Ayo bicara, Mas! Kok diam kamu? Kamu sudah dipecat?" Danang menelan salivanya. Namun Safira tidak mau tahu. Dia merasa ini sangat buruk. Napasnya naik turun karena menahan perasaan campur aduk. Takut, kecewa, sedih semuanya. Ia harus memastikannya dengan cepat. "Kamu tak mau jawab? Gampang. Aku tinggal telpon orang-orang di kantormu. Kamu kira aku tak kenal mereka. Salah satunya Diana. Aku akan menelponnya sekarang." Tangan Safira begitu sangat cepat. Tuuuuut .... Danang seperti terhimpit. Ia melihat kedua orang tuanya yang sedang menatapnya kosong. Namun dia sudah makin terjepit. "Ya. Aku sudah dipecat." Safira langsu

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 60

    Semua terkejut sampai tak ada reaksi apa pun. Namun hanya satu orang saja yang langsung beranjak cepat mengambil piring di atas meja lalu melempar ke arah Danang. Dua kali berturut-turut dan itu terjadi sangat cepat. Dialah Bu Sartini, ibu Safira. Matanya menyala memburu marah. Pecah piring itu, hancur terhantam lantai. Sebelumnya sudah berhasil mengenai tubuh Danang. Bahkan nampak ada darah yang mengalir di rahang pria itu. "Danaaaaang!" teriak Bu Andin histeris. Ia langsung berlari, mendorong Safira menjauh lalu memeriksa putranya. Danang diam saja meski nyeri berdenyut hebat di wajahnya. Darah benar-benar menetes. Ia terluka. "Mbak! Danang memang bersalah tapi Mbak sudah melukainya sampai berdarah begitu. Tahan emosinya, Mbak!" seru Pak Rahmat berusaha menjadi penengah. "Papa! Bunda!" teriak Amira sembari menangis melihat ada darah. Amira dan Rio terkejut mendengar suara piring yang terjatuh berturut-turut. Kedua bola mata Rio tak berkedip melihat pemandangan di depa

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 61

    "Dengarkan aku semua, Safira Indira Putri bukan istriku lagi!" Safira langsung berlari menghambur memeluk ibunya. Wanita itu menangis di sana. "Ibuk ... aku janda sekarang, Buk. Anakmu janda." "Alhamdulillah. Syukuri, Fir. Lepas sudah apa yang sudah membebanimu selama ini." Safira mengangguk. Ia menoleh ke arah Bu Andin dan Pak Rahmat yang masih mematung. Bibir bu Andin bergetar seperti ingin bicara namun Safira membuang wajahnya. Campur aduk perasaan Safira. "Kita pergi saja, Ma. Ayo," ajak Pak Rahmat pada istrinya. Bu Andin hanya bisa mengikuti arahan suaminya. "Ma," sapa Danang. Pak Rahmat langsung mengangkat tangannya. "Kami butuh ketenangan sekarang. Bisa mati kami tiba-tiba kalau begini terus. Lanjutkan hidupmu dengan istri pilihanmu. Maaf, Papa gak bisa bantu apa-apa selain doa. Coba jalani seperti apa jika mengawali semua dengan dia, mungkin saja bisa lebih bahagia." Megan maju dan mengulurkan tangannya pada Pak Rahmat. "Papa bisa tidak menerima saya tapi tol

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 62

    Criiiiing! Gelas yang berada di dekat Danang jatuh berserakan. Pria itu sengaja menjatuhkannya karena rasa kesalnya yang luar biasa. Tatapan tajam dan mencekam tertuju pada Safira namun Safira sama sekali tak gentar. Dia punya bukti semua tranferan uangnya ke rekening suaminya itu dan dia memiliki bukti transaksi di kartu member atas namanya di sebuah supermarket. "Mas, kamu gak apa-apa, Sayang?" tanya Megan langsung menghampiri Danang, mengelus wajah suaminya itu. "Its oke," jawab Danang masih menahan emosi. Melihat pemandangan di depannya itu, Safira mendecih merasa lucu. Benar-benar pasangan tak punya malu. "Fix ya, Mas. Aku gak senggol tanah 2 are yang kamu beli di pinggir kota itu lo! Andai aku mau, aku bisa masukkan ke list harta gono gini. Tapi aku kasih kamu full itu, kasian kamu. Jadi total yang kamu harus serahkan padaku, 500 juta. Barulah clear urusan kita kalau kamu gak mau urusan ini panjang." "Yang benar saja kamu, Fir." Megan mendengar nominal angka 500 jut

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 63

    FLASH BACK! "Uangku sisa tiga juta, Sayang. Tempat ini sudah kubayar selama seminggu. Sementara kita tinggal di sini dulu," ujar Danang meletakkan kopernya di sebuah kos-kosan. Megan yang masih cemberut terpaksa menggeret kopernya dan meletakkannya begitu saja di samping koper milik Danang. "Kita hanya sementara, jangan manyun gitu, dong, Sayang. Apalagi sekarang, aku sepenuhnya milik kamu." "Iya, Mas. Tapi kamu kok bisa sih sanggupi uang 500 juta untuk Mbak Safira? Enak banget dia." "Ya kan kamu sudah dengar sendiri bagaima alurnya. Memang benar juga yang dikatakan Safira. Selama ini, dia yang mengeluarkan banyak uang. Dia kan kerja juga bisnis. Daripada panjang lebar, kali ini saja aku yang akan ngalah." "Laaah kok gitu sih, Mas? Itu namanya kamu masih dalam kendali dia." Megan menghentakkan kakinya karena kesal. "Safira itu bukan wanita sembarangan, Megan. Dia memiliki banyak koneksi. Apalagi kalau sudah nekat, bisa diambil rumah itu sepenuhnya sama dia. Lagian

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 64

    Danang dan Megan hanya bisa terpaku tak kuasa bicara apalagi meninggikan suara mereka. Sebab memang mereka sadar bahwa perbuatan suami yang melangsungkan pernikahan poligami tanpa persetujuan istri dan izin pengadilan melanggar ketentuan dalam KUHP atau UU 1/2023 dan diancam dengan ancaman pidana penjara. 'Perempuan sialan. Akan kubalas sakit hatiku ini dengan cara yang lain. Lihat saja' batin Megan hanya bisa mendendam. Ia merasa benar-benar dihimpit. Mantan istri suaminya itu memang bukan wanita sembarangan. "Terserah kamulah. Terserah. Kalau kamu mau lihat dua anak kita malu, lakukan saja sesukamu," ujar Danang menahan perasaan kesal pada dirinya yang tak bisa menundukkan mantan istrinya itu dengan mudah. Ck! "Aku sudah baik padamu, Mas. Bahkan sejak awal aku sangat baik. Kamu mengatakan semua keburukanku. Demi bumi yang menjadi saksi, kamu akan menyadarinya kelak dan menyesal sampai-sampai kamu ingin mengulang waktu. Tapi sayang, Mas. Saat itu tiba, aku sudah sangat ja

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 65

    "Aku tidak akan membiarkan anakku tinggal dengan ibu tiri. Rio akan tetap bersamaku." "Rio sudah 12 tahun. Dia tak harus tinggal dengan ibunya!" sahut Danang tak terima. Safira diam. Yang dikatakan Danang itu benar. Rio sudah bisa memilih dimana dia akan tinggal jika oramg tuanya bercerai. Tapi membayangkan putranya tinggal bersama ibu tiri, Safira jelas was-was. "Oke. Tapi untuk saat ini, siapkan dulu lah perlengkapan Rio yang baru. Ingat, belikan yang terbaik. Kalau sudah, aku sendiri yang akan membawanya kemari." Tak menunggu respon apa apa pun, Safira melangkah mantap, membuka mobilnya dan duduk begitu tegak. Lamat-lamat dia menatap rumah yang telah memberikannya ribuan kenangan bersama putra putri juga suami yang dulu mencintainya. "Selamat tinggal masa lalu," lirih Safira sendirian. Ia lalu melajukan mobilnya dan menemukan Mimi sedang menggandeng kedua anaknya. Tiiiiit!! "Bunda!" "Ayo masuk! Kita ke rumah mbah putri!" Mimi diam dia tempat. Pembantu Safir

    Huling Na-update : 2025-04-10

Pinakabagong kabanata

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 76

    "Silahkan, Mas. Urusanmu sekarang hanya dengan Rio dan Amira." Safira merentangkan tangan kanannya menegaskan sikapnya. Tak punya pilihan, Danang terpaksa keluar membawa kekecewaan yang pekat. Cukup lama dia terpekur menatap langit taman rumah sakit itu. Suara kaki ke sana kemari para pengunjung sama sekali tak bisa mengusik pikirannya. Ia mengingat-ingat bagaimana berwibawanya dia saat hidup bersama Safira. Sekarang, ia bahkan mendatangi orang lain untuk mencari peluang. "Aku dipecat, karena sayangku pada Megan. Aku juga kehilangan keluarga sempurnaku, kehilangan kepercayaan putraku karena cintaku pada Megan. Sekarang aku akan punya anak cacat karena menikahi Megan. Apa yang telah merasukiku hingga bisa sejauh ini? Jika benar-benar cinta, kenapa sekarang aku bahkan malas untuk menemuinya? Apa yang kemarin itu nafsu?Tapi tak mungkin aku melepaskan Megan begitu saja sebab janjiku pada ibunya. " gumam Danang sendirian. Tiba-tiba ponselnya berdering dan nampak yang memanggilnya a

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 75

    "Malam ini, aku akan mengajak Safira rujuk." "Mas!" "Apa? Kenapa?" Danang mengangkat rahangnya. "Kamu jangan gila! Aku gak mau dimadu!" Seperti hilang rasa sakit di tubuh Megan. Dia berusaha bangkit dan duduk di ranjang. Matanya tajam melihat ke arah Danang. Sedangkan pria itu terus saja memperbaiki rambutnya. Sama sekali dia tak menoleh pada istrinya itu. "Kamu mabuk, ya, Megan? Yang belakangan datang dalam kehidupanku siapa?" "Tapi, Mas. Kamu bilang kamu mencintaiku ...." Megan tergugu. Sakit sekali di dalam batinnya. Dia tidak terima dimadu. Memang wanita itu sudah tak memiliki isi otak. Entah tertinggal di mana. "Aku memang mencintaimu, Sayang. Tapi aku butuh Safira. Aku malah heran, kenapa aku mencintai kamu padahal kamu tidak bisa memberikan aku apa-apa. Giliran dapat anak, malah cacat. Jadi jangan was-was, aku tetap mencintaimu meskipun nanti rujuk dengan Safira." "Mas, kalimatmu itu menyakitiku," lirih Megan mengusap pipinya yang basah. "Kok sakit? Harus

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 74

    Sedangkan di sisi lain. Saat perjalanan pulang, David menoleh pada Tasya yang sedang asik memainkan ponselnya. "Gimana? Masih setia kan kamu sama suamimu?" tanya David. "Ya iyalah. Nanti kalau suamiku berhenti berlayar, aku mau resign. Jadi ibu rumah tangga full." "Ah yang bener kamu, Sya? Janganlah dulu." Tasya cekikikan senang melihat bosnya itu serius panik. "Bilang aja, Bapak mau kasih aku tugas jadi mak jomblang." David mengelus tengkuknya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya fokus memegang kemudi. Tasya seolah bisa membaca pikirannya. "Gimana ya, Sya. Aku mau sembunyikan juga, cuman kamu yang cocok tempatku bicara. Jadi menurutmu, kira-kira Safira mau gak terima aku?" Bukannya menjawab, Tasya justru melongo. Alhasil, buku catatan kecil di atas dashboard terlempar di atas paha Tasya. "Masuk lalat dua mangkuk tuh di mulutmu!" "Ish Bapak! Aku shock aja. Kirain kecurigaanku gak bener. Rupanya ...." "Aku gak punya pilihan selain jujur. Aku sudah jatu

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 73

    "Dia juga melambangkan cinta dan kebahagiaan," sanggah Tasya yang membuat David jadi salah tingkah. Safira terhenyak. "Loh! Kok pada ngobrol di depan pintu? Ayo! Masuk!" seru Danang. Tasya dan David pun masuk, langsung duduk di sofa. Safira meletakkan bunga itu di laci samping Rio. Danang mengusap hidungnya mencoba menetralkan perasaannya. Tiba-tiba dia menjadi sangat benci pria yang sudah memberikan mantan istrinya itu bunga. 'Kampungan' umpat hati Danang. "Jadi Rio sakit apa, Fir?" tanya Tasya saat Safira memperbaiki selimut Rio. Safira terdiam. "Jatuh di rumah. Tapi tepat mengenai saraf belakangnya," jawab Danang dengan cepat. "Oooh sayang. Kasihan. Mudahan lekas sembuh. Ngomong-ngomong Adeknya mana? Kangen sama cuitannya yang menggemaskan." "Kan anak kecil gak boleh masuk sini, Sya. Jadi, dia dibawa sama pengasuhnya di rumah mertuaku." Tasya mengangguk-angguk sembari mencuri pandang terhadap Danang yang terlihat datar. Ia jadi sungkan pada pria itu seba

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 72

    Sekarang bahkan wanita tua itu sudah berdiri di depan pintu dan Megan hanya bisa menahan napas. Seolah ia benar-benar takut untuk menghirup udara. "Susul Mbokmu, Megan. Kehadiranmu mengancam keselamatan cucu-cucuku!" "Maafkan saya, Nyai. Maafkan saya. Saya khilaf. Saya hanya ingin Rio makan. Saya salah." "Jangan bicara kamu." Bu Sartini mendekat dengan ekspresi menakutkan. Urat-urat di wajah tuanya mengeras dengan bola mata seperti akan melompat untuk menggerogoti Megan. "Ibuk! Please, Buk! Tolong jangan buat kegaduhan di sini!" seru Danang menarik keras Bu Sartini. "Lepaskan aku!" "Buk! Tolong." Danang bertahan dengan seluruh kekuatannya meski terdorong keras oleh Bu Sartini. Namun wanita itu berhasil meraih lengan Megan. Ditariknya tangan wanita itu hingga tubuh Megan jatuh. "Aaaakh!" Megan mengerang kesakitan. Danang semakin kuat menarik bahu Sartini yang mencoba untuk kembali meraih istrinya. "Berhenti! Ini bukan tempat untuk membuat kegaduhan!" seru sa

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 71

    "Apa Down Syndrome maksudnya, Dok?" tanya Danang tercekat. Dokter mengangguk pasti. Gerakan kepala pria berseragam putih itu seperti hantaman meteor terbesar pada dunia Megan yang bergelar sebagai calon ibu. "Gugurkan saja, Dok," ucap Danang tanpa segan. Tak bernapas Megan mendengarnya. "Terkait itu, kami tidak bisa asal ambil keputusan seperti itu. Lagi pula kita perlu melakukan pemeriksaan lanjutan melalui tes darah. Pemeriksaan ini untuk memastikan kromosom janin positif trisomi 21 atau tidak." "Tapi saya tidak mau memiliki anak yang cacat mental, Dok! Dua anak saya sebelumnya normal, kok. Ganteng dan cantik. Pintar-pintar juga. Saya gak bisa!" Menetes deras air mata Megan, tanpa ada isakan, tanpa ada suara sedikit pun. Sakit di tubuhnya lebih sakit mendengar berita yang sekarang dia dengar. Apalagi ucapan suaminya, bagai belati setiap kalimatnya. "Untuk tindakan terminasi atau aborsi, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan di trimester kedua melalui USG untuk melihat

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 70

    "Ma-maafkan saya, Mbak! Lepaskan!" Safira justru menekan kakinya hingga Megan semakin sulit untuk menarik napas. "Kenapa kamu menjadi hama yang menggerogoti keluargaku, ha? Sudah kamu rebut suamiku sekarang kamu siksa anakku. Dimana hati nuranimu, perempuan?!" "Tak ada yang merebut siapa pun, Mbak. Mas Danang yang datang pada saya!" "Sebelum itu pasti ada kesepakatan kan? Jangan coba-coba berdalih kamu." Kaki Safira yang masih menggunakan sendal slop dengan highheels yang cukup tinggi, sekarang naik tepat di atas leher Megan. Wanita muda itu gemetar. Tangannya mencoba melepaskan kaki Safira namun Safira semakin menekannya keras. Itulah kekuatan seorang ibu yang sedang murka. Bpahkan Megan tak kuasa menggeser tubuhnya sendiri. "Saya emosi karena Rio tak mau makan, Mbak! Saya sayang anak-anak!" Byuuuuur! Safira menyiram wajah Megan dengan centong yang pecah itu. Megan refleks memiringkan wajahnya namun itu tentu saja sudah terlambat. Banyak air yang sudah masuk dalam

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 69

    Flash back! "Bunda, aku kangen Abang!" seru Amira lewat telepon. "Ya sudah, nanti siang ke rumah Papa aja sama Mimi. Kalian naik grab." "Boleh saya pengetin paha ayam sekilo gak, Nyah?" sambung Mimi. "Ada ayam di kulkas? Nanti aku jemput pulang dari sana sekalian ajak anak-anak jalan ke hypermart." "Nanti saya beli duluan. Biasa nanti ada lewat dagang ayam, Nyah." "Oke!" Siang itu, setelah masak 1 kg paha ayam full, Mimi bersama Amira langsung ke rumah Cemara Indah. "Pasti Abang sudah pulang sekolah. Nanti adek janji, kalau diajak nginap juga, jangan mau. Oke?" ucap Mimi sembari memangku Amira. Amira mengangguk tanda mengerti. Setelah sampai rumah, Mimi terkejut mendengar suara tangisan Rio yang sangat kecang. Ia langsung melepaskan Amira dan berlari mencari sumber suara. Bagai tersambar ribuat kilatan petir, Mimi melihat Rio diperlakukan sangat jahat oleh ibu tirinya. Membuncah hebat isi dada Mimi. Tanpa pikir panjang, dia langsung mendorong Megan ke arah dindi

  • KETIKA ART-KU DIPANGGIL MAMA OLEH ANAKKU   BAB 68

    "Makan," ucap Megan ketus meletakkan begitu saja piring berisi nasi dan ikan nila goreng di depan Rio yang baru pulang sekolah. "Aku kan gak suka ikan nila. Aku mau ayam." "Papamu tidak kasih uang banyak! Dia cuman kasih 50 ribu! Jangan banyak permintaan." "Aku gak mau. Aku mau pulang saja ke bunda," ucap Rio meninggalkan makanannya, masuk ke dalam kamar. Megan menggigit giginya sendiri menahan amarah. Di matanya, Rio anak kecil yang kurang ajar. Tak bisa menghargainya. Anak itu tak pernah tersenyum padanya. Benar-benar keturunan Safira yang mengesalkan hati. "Dia dan ibunya sama-sama spesies makluk menyebalkan!" Terlihat Danang sudah rapi dengan kemeja batik dan tas jinjing. "Mau kemana, Mas, siang-siang gini?" "Bahas bisnis itu sama temen. Rio sudah makan?" "Tuh, nasinya ditinggalin. Katanya mau makan ayam goreng." "Lah, kenapa kamu gak belikan ayam? Kamu kan tahu bagaimana selera Rio. Gak sehari dua hari kamu asuh dia sebelumnya. Tahu ada Rio mau datang, kam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status