Jia tersentak, tubuhnya terasa bergetar hebat di bawah tekanan Vier. Namun, di balik desakan fisik yang terus mencekam, Jia menyusun keberaniannya. Ada satu kesempatan terakhir—ia tahu itu. Napasnya pendek-pendek, matanya berkabut, tapi jiwanya tak pernah terasa lebih hidup. Ia harus bertindak sekarang atau segalanya akan berakhir di sini.Saat Vier mempererat cengkeramannya di bahu Jia, Jia menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang menjalar. Dalam satu gerakan cepat, ia menggerakkan lututnya ke atas, menghantam perut Vier dengan sisa tenaga yang ia miliki. Vier terhuyung, napasnya tersengal. Jia melihat peluang dan tanpa ragu memanfaatkannya.Dia memutar tubuh, menarik dirinya keluar dari cengkeraman Vier yang melemah. Tangannya bergerak cepat, mendorong tubuh besar itu ke samping. Dalam hitungan detik, Jia sudah berdiri, matanya fokus ke pintu keluar yang berada di sudut ruangan.Tanpa berpikir dua kali, Jia berlari sekuat tenaga. Langkahnya cepat dan tak terhentikan, meninggalkan
Last Updated : 2024-10-15 Read more