Home / Fantasi / Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku: Chapter 131 - Chapter 140

288 Chapters

Bab 131

Dalam sekilas pandang, tempat itu terlihat persis seperti istana pribadi. Inilah tempat tinggal Aldo yang dikenal sebagai Vila Tigardo.Afkar tiba di sana dalam waktu kurang dari 20 menit. Setelah para bawahan Aldo memastikan bahwa dia datang sendirian, mereka langsung membawanya masuk seolah-olah dia adalah seorang tahanan.Di halaman luas yang tertata rapi, Aldo duduk di atas panggung tinggi. Rico, Pembantai Berdarah, dan beberapa petarung terbaik berdiri di belakangnya.Di kedua sisi panggung, ada dua barisan para bawahan dengan pakaian serba hitam. Wajah mereka terlihat  garang dan penuh wibawa.Saat melihat Afkar dibawa masuk, Aldo berkomentar sambil menyeringai sinis, "Eh, kamu benar-benar berani datang sendirian!"Di bawah panggung, Afkar menjawab dengan dingin, "Kenapa nggak berani?" Sambil melihat sekeliling, dia bertanya dengan suara tegas, "Di mana anakku?"Rico berseru dengan nada penuh kebencian, "Berlututlah dan minta maaf, lalu putuskan urat tangan dan kakimu sendiri. Ka
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 132

Saat melihat Aldo menelepon, mata Afkar menunjukkan sedikit kegugupan. Dia memperhatikan setiap gerak-geriknya. Bagaimanapun, ini menyangkut keselamatan Shafa. Afkar sama sekali tidak bisa menenangkan diri."Hitar, apa yang terjadi? Kenapa kamu belum balik?" tanya Aldo dengan nada kesal.Namun, yang terdengar di ujung telepon bukan suara Hitar. Orang itu bertanya dengan nada dingin, "Aldo?"Ekspresi Aldo sontak berubah. Dia bertanya karena bingung, "Hmm? Siapa kamu?"Di sisi lain, Fadly menjawab dengan penuh amarah, "Aku Fadly. Aldo, selama ini aku menghormatimu sebagai senior dan menyapamu dengan sebutan Pak Aldo. Tapi, kamu malah beraninya mengusik Kak Afkar dan keponakanku!""Memangnya kenapa?" tanya Aldo sambil tersenyum dingin.Fadly bertanya dengan khawatir, "Kak Afkar ada di tempatmu?"Setelah berhasil menyelamatkan Shafa, Fadly sudah mencoba untuk menghubungi Afkar. Namun, ponselnya tidak dapat dihubungi. Fadly tidak tahu bahwa ponsel Afkar terjatuh di tengah jalan saat bergega
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 133

Para anak buah Aldo yang berbaris rapi dalam balutan pakaian hitam segera menghunuskan senjata mereka. Mereka menatap Afkar dengan tatapan keji.Bersamaan dengan itu, muncul lebih banyak anggota geng Aldo dari segala penjuru vila. Masing-masing dari mereka memegang senjata tajam. Semua orang terlihat ganas dan kejam.Dalam sekejap, tempat itu sudah dipenuhi ratusan orang. Sekilas, itu terlihat seperti lautan hitam yang mengepung Afkar di tengah-tengah.Bahkan, para petarung andalan di belakang Aldo mulai bergerak maju dan memancarkan aura berbahaya. Walaupun kekuatan mereka tidak sekuat King Kong, mereka semua adalah petarung ahli."Afkar, kamu mungkin mampu mengalahkan King Kong. Tapi, orang sebanyak ini pasti bisa mengalahkanmu dengan mudah. Hari ini, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup!" ucap Aldo sambil tersenyum dingin."Bajingan, aku mau kamu mati. Matilah! Haha ...." Situasi ini bahkan membuat Rico tertawa terbahak-bahak.Aldo berucap, "Lihat baik-baik, inilah keku
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 134

Tentu saja Aldo mengenali Daru. Di dunia hitam, mereka memang bisa bertindak sewenang-wenang.Namun, mereka tetap harus tahu siapa yang bisa mereka lawan dan siapa yang tidak boleh mereka usik agar bisa bertahan lama.Sebagai sosok penting garnisun Kota Nubes, Daru jelas berada dalam daftar orang yang tidak boleh diusik.Saat melihat Daru memimpin pasukan untuk menyerbu ke dalam vila pribadinya tadi, Aldo benar-benar ketakutan.Segera setelah itu, Aldo sontak merasa lega ketika melihat Daru menyingkirkan orang-orang di sekeliling dan berjalan cepat ke arah Afkar.Rupanya bukan dirinya yang menjadi sasaran Daru, melainkan ... Afkar. Aldo memang tidak pernah menyinggung Daru juga sebelumnya."Dik Afkar, kamu baik-baik saja? Nggak terluka, 'kan?" tanya Daru dengan penuh perhatian.Afkar pun terlihat bingung. Dia sudah siap untuk bertarung, tetapi tiba-tiba Daru malah datang dengan membawa pasukan garnisun."Pak Daru, kenapa kamu datang?" tanya Afkar dengan tenang.Mendengar Afkar memanggi
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 135

Aldo seharusnya masih bisa terus berkuasa dan menikmati kemewahan. Di sisi lain, Rico hanya bisa menutupi wajahnya dan terdiam. Dia tidak berani mengucapkan sepatah kata pun."Jongkok! Angkat tangan di kepala!" Pada saat itu, beberapa prajurit mendekati Aldo dan Rico sambil menodongkan senjata ke kepala mereka.Aldo yang barusan masih bersikap arogan, kini akhirnya terpaksa patuh. Dia berjongkok sambil mengangkat tangan ke kepala.Daru menoleh, lalu berujar dengan nada cemas, "Dik Afkar, sekarang sudah beres. Apa kamu bisa ikut ke garnisun? Banyak prajurit yang terluka akibat serangan musuh. Nyawa mereka dalam bahaya. Kami sangat membutuhkan bantuanmu!"Afkar pun menaikkan alisnya. Dia akhirnya mengerti maksud kedatangan Daru. Pantas saja dia turun tangan sendiri untuk membantunya menghadapi Aldo. Ternyata dia ingin meminta bantuannya."Maaf, sekarang aku nggak punya waktu," tolak Afkar dengan dingin.Meskipun orang-orang Aldo tidak berhasil menyakiti dirinya, Afkar masih belum melihat
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 136

Ketika Daru melihat ada seorang ahli yang mencoba menyerang Afkar, dia segera menahan serangan itu. Namun, dia justru merasa senang di dalam hatinya.Terlebih lagi, ketika menyadari bahwa lawannya adalah seorang ahli tingkat revolusi, Daru berpura-pura terkejut dan berteriak.Maksud tersembunyinya adalah untuk memberi tahu Afkar bahwa ada seorang ahli tingkat revolusi yang datang untuk membunuhnya.Kalau Daru tidak bantu menahannya, Afkar pasti sudah mati. Dengan begitu, dia pasti tidak akan tega menolak menyelamatkan para prajurit yang terluka lagi.Setelah itu, terjadi pertempuran hebat antara dua ahli tingkat revolusi di dalam Vila Tigardo. Suara pukulan dan tendangan terus terdengar tanpa henti saat Daru dan Pembantai Berdarah saling menyerang.Setiap kali mereka beradu jurus, tanah di sekitar mereka terinjak dengan kekuatan yang sangat besar hingga meninggalkan jejak kaki dalam yang retak seperti jaring laba-laba."Itu ... kekuatan ahli tingkat revolusi? Luar biasa sekali!""Ahli
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bab 137

Saat berikutnya, sebuah adegan yang membuat Daru ternganga terjadi. Telapak tangan Pembantai Berdarah yang berwarna merah membesar seperti kipas raksasa.Dengan jari-jarinya yang melengkung, Pembantai Berdarah siap mencengkeram Afkar. Serangannya terlihat luar biasa mengancam. Di momen yang kritis itu, Afkar tiba-tiba juga mengangkat telapak tangannya dan melepaskan pukulan.Bam!Suara bak guntur terdengar saat telapak tangan Pembantai Berdarah dipukul mundur secara brutal oleh Afkar.Tanpa membuang kesempatan, Afkar mengambil keuntungan dari posisi lawannya yang terbuka, lalu melancarkan satu tamparan keras langsung ke kepala Pembantai Berdarah.Plak!Terdengar suara retakan. Kepala Pembantai Berdarah langsung mengeluarkan semburan darah. Tubuhnya terlempar ke belakang dan menghantam tanah dengan suara berat.Setelah tubuhnya tersentak beberapa kali. Tak lama kemudian, Pembantai Berdarah tidak lagi bernapas.Saat dilihat lebih dekat, di bawah kepalanya sudah terdapat genangan cairan m
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 138

Usai berkata demikian, Afkar menepuk bahu Aldo dengan santai. Kemudian, dia berpindah untuk menepuk dada Rico.Gerakan sederhana ini hampir membuat Aldo dan anaknya kehilangan nyali. Mereka benar-benar takut Afkar akan memukul mereka hingga tewas di tempat. Kalau hanya dipenjara, mungkin mereka masih punya kesempatan untuk keluar suatu hari nanti. Bahkan dengan kekuatan dan pengaruh yang sudah dibangun bertahun-tahun, bisa jadi setelah keluar mereka masih bisa menikmati hidup mewah. Namun kalau mereka tewas karena Afkar, itu benar-benar akhir dari segalanya."Dik Afkar, jangan gegabah!" ucap Daru yang memperingatkan dengan suara tegas. Kemudian, dia memberi isyarat pada para prajurit di sekitarnya, "Cepat, bawa mereka pergi!"Membunuh Pembantai Berdarah bukan masalah besar. Sebab, dalam kondisi menghadapi ancaman besar, membela diri hingga lawan tewas bisa dianggap wajar.Namun, Aldo dan Rico sudah tidak berdaya. Kalau Afkar mengambil tindakan pada mereka sekarang, itu malah bisa mend
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 139

Freya menambahkan, "Kita rujuk lagi ya? Aku janji kali ini kita akan hidup baik-baik. Demi anak kita, kasih aku kesempatan terakhir ya?"Freya menangis tersedu-sedu sembari menambahkan, "Apa pun kesalahan yang kulakukan dulu, kamu selalu memaafkanku.""Sayang, aku tahu kamu masih mencintaiku. Kamu yang paling sayang padaku dan selalu memperlakukanku dengan baik .... Kamu nggak boleh memperlakukanku seperti ini. Jangan biarkan mereka menangkapku. Aku mohon," tambah Freya.Namun, Afkar malah menepis tangannya dengan dingin. Sorot matanya penuh rasa kecewa dan dingin. Dia bertanya, "Nggak boleh ditangkap? Kalau kamu bukan ibu kandung Shafa, aku mungkin sudah menghabisimu dengan tanganku sendiri.""Freya, aku memperlakukanmu dengan baik di masa lalu karena itu pilihanku, bukan kewajibanku. Tapi sekarang, aku sudah nggak mau lagi!" jelas Afkar.Mendengar itu, Freya makin menangis pilu. Dia memandang Afkar dengan tatapan penuh dendam dan kekecewaan, lalu berujar, "Afkar, kamu benar-benar kej
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 140

Afkar merasa curiga dengan kedua orang ini karena pernah terlibat dalam masalah dengan mereka sebelumnya. Itu sebabnya, dia tidak berharap banyak dari mereka.Felicia juga menatap keduanya, lalu bertanya, "Nona Izora, ada perlu apa?"Berhubung masih di wilayah Kota Nubes, Felicia mengenali Izora meskipun mereka bukan teman dekat. Dia adalah putri pemilik Gunawan Jewelry."Kak Felicia, sebenarnya nggak ada masalah besar. Kami cuma mau traktir Pak Afkar makan. Pak Afkar, apa kamu punya waktu?" tanya Izora sambil tersenyum.Afkar menatap mereka dengan ekspresi sedikit aneh, lalu bertanya, "Mau traktir aku makan?"Naufal mengangguk sambil menjawab dengan suara serak, "Ya. Pak Afkar, aku mengundangmu dengan tulus. Tolong kasih aku kesempatan."Dua puluh menit kemudian, mereka sudah berada di sebuah restoran yang menyajikan hidangan khas daerah. Naufal menuangkan segelas minuman untuk Afkar, lalu berucap, "Pak Afkar, aku benar-benar senang melihatmu kembali dengan selamat!"Mendengar itu, A
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
29
DMCA.com Protection Status