All Chapters of Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi : Chapter 71 - Chapter 80

145 Chapters

Chapter 71 Benci

Tak mau berlama-lama, Eva berbalik dan berjalan cepat, menghindari tatapan Henry. Tak ada niat untuk mendekat ke mejanya. Dia memilih menghindar, sengaja menjauh agar tidak menimbulkan keributan.Hatinya berdebar, tapi dia berusaha menjaga langkahnya tetap terjaga. Tanpa melihat lagi, dia melangkah ke belakang, mencoba untuk tidak terbawa perasaan yang semakin kacau.Setelah sampai di dapur, Eva dengan cepat memberikan order slip kepada staf yang sedang sibuk menyiapkan pesanan. Dia berharap bisa segera kembali ke area depan dan melanjutkan pekerjaannya tanpa gangguan. Namun, dia tampak ragu setelah melihat keberadaan Henry di Restoran itu.Tak biasanya Henry akan datang ke Restoran kecil seperti ini. Eva merasa bahwa Henry memang sengaja datang untuk mengganggu ketenangannya.Eva menarik napas panjang dan berbalik, berniat melanjutkan pekerjaannya. Meski dia tidak ingin berhadapan dengan Henry, tapi dia harus profesional dalam menjalankan pekerjaan.Akan tetapi baru saja ia berbalik
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Chapter 73 Kepedulian yang Tak Diinginkan Lagi

Eva memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri. Namun, kebencian terlanjur memenuhi hatinya. Dia menatap suaminya, dengan tatapan tajam yang penuh pertanyaan dan amarah yang tak bisa disembunyikan.“Apa sih sebenarnya tujuanmu, Henry?” suaranya bergetar, tapi dia mencoba menahannya. “Kenapa kau membeli restoran tempatku bekerja? Apa kau merasa punya kendali atas segalanya, termasuk hidupku?” Eva menarik napas, mencoba mengendalikan diri, tapi tetap saja emosinya keluar begitu saja. “Kau pikir kau bisa mengatur segala hal dalam hidupku, bahkan tempatku bekerja? Apa kau ingin menjadikan semuanya milikmu, termasuk orang-orang yang ada di dalamnya? Tangannya mengepal semakin kuat di bawah meja, menahan diri untuk tidak meledak lebih jauh. “Kenapa? Apa yang sebenarnya kau cari, Hen? Aku tidak habis pikir lagi apa yang ada di pikiranmu itu! Atau ini hanya caramu untuk mengganggu hidupku lebih jauh?" Dengan suara yang lebih rendah tapi penuh emosi, Eva kembali bertanya, “Apa yang s
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Chapter 73 Di Ujung Batas

Henry menarik napas panjang, merasa kesal dengan sikap Eva yang dianggapnya terlalu berlebihan. Dia tidak bisa mengerti kenapa perempuan itu bisa begitu sulit diajak bicara, padahal dia sudah mencoba menunjukkan niat baiknya. Matanya menatap lurus ke jalan, meskipun pikirannya sama sekali tidak fokus pada rute yang diambil saat ini. Tangannya memukul setir mobil dengan sedikit keras. “Memangnya apa salahku kali ini?” katanya frustasi. “Dia tadi merasa kesakitan bukan? Memangnya apa salahku jika aku memerhatikannya?”“Tidak peduli, salah. Peduli, salah. Maunya apa sih?” Sepanjang perjalanan itu Henry tidak henti-hentinya mendumel kesal, merasa apa yang dia lakukan serba salah di mata Eva.Namun di selah-selah rasa kesalnya itu, perasaannya merasa seperti ada yang tidak beres. Akan tetapi dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.Tiba-tiba, dia mengambil keputusan. Gesekan ban mobil terdengar berdecit di aspal, Henry memutar setirnya, berbelok kembali ke arah yang tadi sempat dia tingga
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Chapter 74 Redupnya Dunia Eva

Ryan berdiri di luar gedung apartemen, dengan ponsel Eva di tangannya karena tertinggal di hotel saat pesta, dia menunggu kedatangan sang Nyonya untuk mengembalikannya. Sudah satu jam lebih dia menunggu, berharap Eva segera muncul. Namun, tak ada tanda-tanda kemunculannya. Pikiran Ryan masih dipenuhi dengan pesta kemarin, ditambah lagi dengan sikap Henry yang terlihat tidak suka dengan gaun yang dia pilihkan untuk Eva. “Apa Nyonya masih bekerja sampai hampir larut begini, ya?” gumamnya, berkali-kali memandang ke arah jalan bergantian ke arah apartemen tua itu. “Kasihan sekali.”Wajah cemasnya tidak bisa disembunyikan. Tanpa disadari, Eva kini sedang berada di rumah sakit, jauh dari ponselnya, dia tidak bisa mencari tahu kabarnya. Dia terus menunggu, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.Berbagai alasan yang Eva berikan, akhirnya membuat Dokter Tom menyerah. Dengan raut ragu, dokter itu setuju dia keluar tanpa rawat inap, namun mengingatkan untuk segera datang jika terjadi sesuatu
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Chapter 75 Merasakan Keanehan

“Eva …,” panggilnya, suaranya menunjukkan nada khawatir dan cemas karena tidak ada sahutan dari Eva sama sekali. Dalam hatinya selalu berdoa agar wanita itu baik-baik saja. Samuel dengan sabar menunggu pintu tua itu terbuka. Tak lama terdengar suara knop pintu terbuka, ada sedikit perasaan lega jika Eva ada di apartemen itu.Pintu perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Eva yang berdiri di tengahnya. Wajahnya terlihat sayu, dan matanya yang basah oleh sisa-sisa air mata. Eva menampilkan senyum cerahnya meski bayangan wajah pria di hadapannya itu tidak bisa lagi dia lihat. Dia mencoba untuk bersikap seperti biasanya, dan semoga Samuel tidak menyadari kondisi matanya. “Samuel?” Samuel bertanya, “Kau baik-baik saja?” Nada suaranya terdengar cemas. Eva terdiam sejenak, senyumnya sedikit memudar. Namun, dia segera mengangguk pelan, seolah ingin meyakinkan Samuel. “Aku baik-baik saja.”Samuel menatapnya dengan ragu, memperhatikan setiap gerak tubuh Eva. Dia merasakan ada sesuatu yang d
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Chapter 76 Penolakan

Harrison Realty Partners.Julia melangkah penuh percaya diri menuju ruangan Henry dengan setumpuk berkas di tangannya. Pekerjaannya sebagai sekertaris tentu memudahkannya untuk keluar masuk ke ruangan itu.Hari itu, seperti biasa suasana kantor terlihat sibuk. Semua mondar-mandir dengan pekerjaan masing-masing. Namun semua pekerjaan itu terasa enteng untuk Julia.Kaki jenjangnya mulai memasuki ruangan Henry, dengan bibir yang membentuk lengkungan ke atas. Dengan lembut dia meletakkan berkas itu di meja Henry.“Ini rangkuman berkas di minggu kemarin, Henry,” suarany dibuat selembut mungkin.Henry mengangguk pelan, kedua matanya menatap layar komputer tanpa menunjukkan minat pada kehadiran Julia. “Ya, terima kasih,” nada suaranya terdengar singkat dan cuek.Senyumnya yang dulu ramah seakan menghilang begitu saja, digantikan oleh sikap yang semakin cuek. Julia yang melihat itu mengepalkan tangan di samping tubuhnya.Apa yang terjadi dengan Henry? Kenapa setelah pesta itu, dia terlihat m
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Chapter 77 Kelewat Unik

Di dalam kafe yang ramai, Henry duduk dengan sedikit gaya angkuhnya. Di meja seberang terdapat Samuel yang duduk tenang tidak terpengaruh dengan sikap Henry, dia sudah terbiasa dengan sikap sepupunya yang memang tidak pernah berubah. Mereka saling pandang, namun tidak ada senyum, tidak ada kata-kata yang terucap, hanya keheningan yang terasa berat menyelimuti mereka. Pada akhirnya, suara Samuel memecah keheningan, “Apa yang ingin kau katakan? Aku tidak punya banyak waktu.”Henry menatap Samuel dengan tajam, rasa kesal mulai berkecamuk di dalam dadanya. Mencemooh sikap sepupunya yang merasa sombong dan paling penting. Henry menyilangkan kedua tangannya di depan dada, lalu menjawab dengan nada sinisnya, “Memangnya seberapa penting dirimu?” Terlihat senyum mengejek menghiasi wajahnya. Samuel memutar kedua matanya malas, seakan bosan dengan sikap sepupunya yang suka memancing keributan. “Kalau kau hanya memancing gara-gara, cari saja orang lain!”Henry berdecih remeh, “Sombong sekali
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Chapter 78 Syok

Hari-hari berlalu dengan cepat, di kantor, Samuel terlihat dengan kesibukan yang terus menerus membuatnya hampir tak sempat memikirkan sekitarnya. Namun, meskipun dia berusaha fokus pada pekerjaan, bayangan Eva tetap menghantuinya.Dia begitu khawatir melihat kondisi terakhir Eva yang tampak tidak baik-baik saja. Meskipun begitu, dia tetap melanjutkan tugasnya dengan penuh dedikasi, menyelesaikan berbagai urusan bisnis yang tidak pernah ada habisnya.Suatu pagi, saat Samuel tengah menyelesaikan pemeriksaan laporan keuangan dan analisis portofolio di mejanya, pintu ruangannya diketuk dengan pelan. Tanpa menunggu jawaban, Dave masuk dengan langkah cepat. Wajahnya tampak serius, seperti ada sesuatu penting ingin dia sampaikan.Dave menghela napas sejenak, kemudian berkata, “Ada informasi mengenai Nyonya Eva, Tuan.”Samuel tiba-tiba menegakkan posisi duduknya, bersiap menerima laporan dari Dave. Beberapa hari setelah dia dari apartemen Eva, dia meminta Dave untuk mengawasi pergerakan Eva.
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Chapter 79

Eva duduk di tepi kasur, meraba meja yang ada di sampingnya dengan hati-hati. Di kamar yang sunyi itu hanya terdengar napas dan detak jam dinding yang menghiasi ruangannya. Beberapa hari ini, Eva merasakan tantangan kecil, seperti menemukan dan mengenali barang-barang yang tersebar di sekitar tempat tidur atau mencari pakaian yang tersimpan di dalam lemari. Meski mengalami kesulitan, dia tidak ingin terlihat lemah dan menyerah begitu saja. Sudah berkali-kali kakinya terbentur benda-benda di sekitarnya. Pagi itu, Eva berjalan dengan menuju dapur kecilnya, dengan meraba-raba benda di sekitar. Namun tak sengaja kakinya kembali terbentur kursi yang ada di dekatnya. Dia masih belum hapal tata letak setiap benda di ruangan kecilnya. Hingga membuat kakinya memar. Di tengah-tengah rasa berjuangnya Eva dalam kesulitan, Samuel segera melajukan mobil mewahnya dengan kecepatan penuh. Tangannya tak berhenti membunyikan klarkson di tengah padatnya lalu lintas. Terlihat jelas kedua matanya
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Chapter 80 Samuel?

Samuel yang menunduk sedih berkesiap saat Rosie kembali keluar dan menutup pintu rapat-rapat. Tak ada seorangpun yang menyadari keberadaannya di sana. Samuel mengusap air matanya dengan cepat, menyembunyikan kelemahannya meski tidak ada seorangpun yang melihat. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri di tengah gejolak perasaannya yang membuncah. Setelah itu, akhirnya dia melangkah pasti ke arah pintu apartemen Eva. Di depan pintu, Samuel terdiam, dia sedikit ragu untuk mengetuk pintu. Setelah berpikir, tangannya terangkat mengetuk pintu tersebut. Sementara di dalam sana, Eva bertanya-tanya, siapa yang mengetuk pintunya. “Apa itu Nyonya Rosie? Kenapa kembali dengan cepat, ya? Mungkin ada yang tertinggal,” gumamnya pelan, kemudian berjalan perlahan ke arah pintu, khawatir jika itu adalah Rosie. Suara ketukan pintu masih terdengar, tapi tidak ada suara seseorang yang memanggil namanya.“Ah, ya … sebentar. Kenapa Anda tidak membukanya saja, Nyonya,” sahut Eva. Dia sedikit me
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status