All Chapters of Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir: Chapter 71 - Chapter 80

107 Chapters

Merengek Minta Maaf

Mas Dewangga mendorongku hingga tubuhku jatuh telentang di ranjang. Tubuhnya bergerak mendekat, dan sebelum sempat aku berkata apa-apa, bibirnya sudah menyentuh bibirku. Ciumannya lembut, begitu penuh perasaan, hingga membuatku tak mampu melawan. Awalnya aku mencoba menolak dengan meronta kecil, tetapi pelukan hangatnya membuat semua tenagaku luruh. Aku akhirnya menyerah, membiarkan diriku larut dalam ciuman dan pelukan suamiku.Namun, saat suasana mulai memanas, dering ponsel mendadak memecah keheningan. Aku langsung terlonjak dan mendorong tubuh Mas Dewangga dengan gugup. Dia menghela napas kasar, tampak sangat terganggu."Siapa sih yang menelepon pagi-pagi begini?" gumamnya setengah kesal.Aku justru diam-diam bersyukur pada dering ponsel itu. Dengan cepat aku meraih ponsel di meja samping ranjang. Nama Kak El tertera di layar. Aku segera mengangkat panggilan itu."Halo, Kak?" sapaku sambil melirik ke arah Mas Dewangga yang kini kembali bersandar di ranjang sambil menatapku denga
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Shopping Bersama Kak El

"Ini, ambillah. Gunakan sesuka hatimu," kata Mas Dewangga seraya menyerahkan benda pipih berwarna hitam itu ke arahku. Aku menatapnya dengan pandangan campuran antara terkejut dan kagum. Sebuah kartu dengan desain elegan yang selama ini hanya kulihat di internet kini ada tepat di depan mataku. Blackcard.Astagaaa.Melihatku mematung tanpa reaksi, Mas Dewangga meraih tanganku dan dengan lembut meletakkan kartu itu di sana."Jika dengan belanja bisa mengurangi amarahmu padaku, maka belanjalah sepuasnya," katanya lembut, suaranya penuh keyakinan. "Tidak usah lihat harga. Ambil apa yang kamu suka. Uangnya tidak akan habis, tenang saja."Aku hanya bisa memandangnya dengan ekspresi setengah bingung, setengah terpukau. Suamiku yang satu ini memang benar-benar penuh kejutan. Rasa kesal yang tadi begitu mendominasi perlahan-lahan mulai memudar. Meski begitu, sisa-sisa kekesalan masih ada—walaupun tidak sebesar sebelumnya."Baiklah," jawabku singkat, mencoba tetap terlihat tenang. Aku kemudi
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Setelah Pulang Berbelanja

Begitu kami melangkah masuk ke dalam toko parfum, mataku langsung terpana melihat deretan botol parfum yang berjajar rapi di atas rak kaca. Botol-botol itu hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari yang kecil mungil berbentuk bulat, hingga yang tinggi ramping dengan desain modern. Lampu-lampu kecil di sekitar rak memantulkan kilauan cahaya, menciptakan suasana yang elegan dan mewah.Aroma manis yang lembut segera menyapa indra penciumanku. Wangi campuran bunga, kayu manis, dan sentuhan citrus memenuhi ruangan, membuatku merasa seperti berada di taman penuh bunga yang segar.Kak El berjalan lebih dulu, tampak percaya diri menyusuri lorong di antara rak-rak itu. Sementara itu, aku masih sibuk menoleh ke sana kemari, terpesona oleh suasana toko yang begitu mewah.Beberapa saat kemudian, mataku menangkap sosok Kak El yang tengah berbincang dengan seorang staff toko. Karena penasaran, aku segera menghampirinya."Kak El, sedang apa?" tanyaku pelan, mencoba mendengar apa yang mereka bic
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Tidak Sabar Untuk Besok

Meski masih sedikit kesal dengan Mas Dewangga, aku akhirnya setuju untuk ikut dengannya. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menggenggam pergelangan tanganku dan menuntunku berjalan. Aku sempat ingin bertanya ke mana dia akan membawaku, tetapi aku memilih untuk diam. Masih ada sisa kekesalan di dalam hati, terutama karena kejadian tadi pagi yang hampir membuatku terlambat bertemu Kak El. Kami berjalan melewati lorong-lorong mansion ini, menyusuri jalan yang jarang kulewati. Langkah kaki kami terdengar bergema di antara dinding yang sunyi. Aku meliriknya, berusaha mencari petunjuk dari ekspresinya, tetapi dia hanya tersenyum kecil tanpa berkata apa-apa.Setelah beberapa menit berjalan, kami berhenti di depan sebuah pintu kayu besar dengan ukiran yang rumit. "Ini ruangan apa?" tanyaku pelan, memecah keheningan.Dia tidak menjawab, hanya menoleh padaku dengan senyuman penuh rahasia. Tanpa banyak bicara, Mas Dewangga membuka pintu itu perlahan.Ketika pintu terbuka, aku tertegun melih
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Kejutan Untuk Abiyan

Setelah beberapa saat menghabiskan waktu di ruangan itu, aku memutuskan untuk mengajak Mas Dewangga ke kamar untuk mempersiapkan pakaian yang akan dibawa besok. Semalam aku tidak sempat merapikan barang-barang karena Mas Dewangga tiba-tiba mengajakku 'bermain', yang membuat kami berdua sibuk hingga larut malam.Tak lupa aku membawa paper bag yang sudah kusiapkan untuk Ayah, Ibu, dan Abiyan ke kamar agar tak tertinggal. Aku berencana memberikannya nanti setelah mereka pulang. Setibanya di kamar, kami langsung memilah pakaian dan memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper.Mas Dewangga yang berada di sisi tempat tidur tiba-tiba bertanya, "Belanja apa saja tadi dengan Kak El?"Aku menoleh padanya, agak terkejut dengan pertanyaannya yang terdengar begitu biasa. "Aku belanja pakaian dan sepatu saja," jawabku, mencoba terdengar santai, meskipun aku tahu dia pasti penasaran.Aku tidak bisa memberitahunya tentang lingerie dan pakaian dalam yang kubeli. Itu terasa terlalu pribadi, dan aku m
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Berangkat ke Tempat Tujuan

"Abiyan ingin punya adik lima!" seru Abiyan dengan penuh semangat sembari mengangkat tangan mungilnya sambil memamerkan lima jarinya. Tatapan polosnya membuatku terkekeh kecil meski merasa tak habis pikir.Aku mengusap wajah, mencoba menahan tawa. "Lima? Aduh, Abiyan. Satu saja sudah repot, apalagi lima." Aku melirik Mas Dewangga, berharap dia menanggapi. Namun, suamiku malah tertawa lepas sambil mengacak-acak rambut Abiyan."Hebat, Abiyan! Papa setuju, asal Mama kuat, ya," godanya. Aku melotot, pura-pura kesal, tetapi dalam hati ikut tertawa melihat kebahagiaan di wajah mereka berdua.Setelahnya, kami berbincang ringan di taman hingga matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Langit berubah oranye keemasan, tanda hari menjelang senja. Aku pun mengajak mereka masuk ke dalam mansion."Abiyan, cepat mandi, ya. Mama punya sesuatu untuk Abiyan," ujarku sambil menyuruhnya ke kamar mandi. Anakku langsung melonjak gembira dan berlari masuk ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, dia keluar
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Makan Malam Bersama

Perjalanan malam itu terasa panjang. Aku dan Mas Dewangga duduk berdampingan di kursi pesawat yang cukup nyaman. Kursiku berada di dekat jendela, dan ketika pesawat lepas landas, aku memberanikan diri untuk melihat ke luar.Cahaya lampu kota dari ketinggian terlihat seperti bintang-bintang yang terhampar di bumi. Awalnya aku terkagum-kagum, tetapi lama-kelamaan perasaan aneh merayap di tubuhku. Aku merinding melihat pemandangan yang begitu luas dan kosong di balik jendela. Rasanya seperti berada di dunia lain."Kenapa, Sayang?" tanya Mas Dewangga lembut sambil melirik ke arahku.Aku menggeleng pelan, mencoba tersenyum. "Tidak apa-apa, hanya sedikit ngeri saja saat melihat pemandangan di luar."Dia tersenyum tipis, lalu menyentuh tanganku. "Kalau begitu, jangan dipaksa. Istirahat saja, agar besok pagi kita sampai dengan segar."Aku mengangguk. Mas Dewangga membantu merendahkan sandaran kursiku, lalu menarik selimut kecil yang disediakan. "Tidur, ya. Aku di sini."Dengan bimbingan tang
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Awal dari Malam Spesial

Selesai makan malam romantis yang penuh kehangatan, Mas Dewangga mendekatkan tubuhnya ke arahku. Dia memiringkan kepala, menatapku dengan tatapan tajam yang khas, sambil berbisik pelan, "Ayo kita mandi bersama sebelum 'bermain'." Suaranya begitu berat, seperti ada tekanan yang tak bisa kutolak.Tentu saja aku langsung menggeleng pelan sambil tersenyum canggung. "Bagaimana kalau besok saja, Mas?"Namun, Mas Dewangga tak menyerah begitu saja. Senyum tipisnya berkembang menjadi seringai penuh arti, dan dia menyandarkan tubuhnya di kursi, seolah bersiap untuk memainkan senjatanya. "Kamu lupa, ya, Sayang? Kemarin kamu bilang kita bisa main sepuasnya kalau sudah di Paris. Sekarang waktunya."Aku hampir saja terbatuk mendengar ucapannya. Benar juga, kemarin aku memang mengatakan itu. Namun, aku tidak menyangka dia akan menjadikannya senjata untuk menyudutkanku. Rasanya ingin sekali menggigit lidahku sendiri karena terlalu ceroboh saat bicara."Mandi bersama itu ide bagus, kan?" godanya la
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Malam Panjang Bersamamu

Saat Mas Dewangga perlahan membuka lingerie-ku, aku merasa wajahku memanas. Aku tahu ini adalah momen yang tepat untuk mengucapkan kalimat yang Kak El ajarkan. Tanganku bergerak menyentuh pergelangan tangan Mas Dewangga dengan lembut, gerakan yang kubuat lebih menggoda dari biasanya.Aku menatap matanya dengan penuh keberanian yang kutemukan entah dari mana, lalu berkata pelan, "Daddy, I'm yours tonight." Suaraku lirih, sedikit bergetar, tetapi penuh makna.Mas Dewangga menghentikan gerakannya seketika. Tatapannya berubah dari lembut menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih menguasai. Dia terdiam, seolah memastikan apa yang baru saja dia dengar. Aku bisa merasakan atmosfer di antara kami berubah, napasnya terdengar sedikit lebih berat.Dia tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, Mas Dewangga menarikku lebih dekat, dan gerakan serta tatapannya kini penuh intensitas. Tangannya menyentuh wajahku, lalu dia mengecup bibirku sebelum melanjutkan apa yang sebelumnya terhenti.Malam itu, segalan
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Sebuah Permintaan

Tatapan Mas Dewangga yang menggoda itu membuatku akhirnya menyerah. Aku mengangguk pelan, dan senyum penuh kemenangan segera terpampang di wajah suamiku."Ya sudah, ayo," katanya sambil menggendong tubuhku ala bridal style ke kamar mandi.Air hangat yang mengalir dari pancuran membuat tubuhku yang sempat kaku menjadi lebih rileks. Awalnya, kami benar-benar hanya mandi. Namun, seperti yang sudah kuduga. Tak butuh waktu lama, Mas Dewangga mulai menggoda dan bermain-main seperti biasanya.Aku hanya bisa tersenyum kecil, membalasnya dengan beberapa sentuhan manja hingga akhirnya permainan kami berakhir dengan tawa yang menggema di kamar mandi.Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian bersih, aku memutuskan untuk berbaring di ranjang. Tubuhku masih terasa lelah, dan aku berpikir untuk memejamkan mata sejenak. Namun, ponselku tiba-tiba berdering, membuyarkan niatku untuk tidur.Aku meraih ponsel di meja samping ranjang dan melihat nama "Ibu" tertera di layar. Dengan cepat, aku duduk
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status