บททั้งหมดของ Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir: บทที่ 91 - บทที่ 100

108

Hari yang Sibuk

Setelah selesai dengan semua aktivitas hari itu, aku akhirnya punya kesempatan untuk duduk bersama Mas Dewangga di kamar. Aku memulai pembicaraan dengan hati-hati, meski sebenarnya aku sudah tidak sabar."Mas," panggilku, menatap wajahnya yang tengah asyik membaca dokumen di laptopnya.Dia mendongak, lalu tersenyum kecil. "Iya, Sayang. Ada apa?""Aku ingin berdiskusi soal toko kueku," jawabku.Dia mengangguk, menunjukkan ketertarikannya. "Tentu, aku mendengarkan."Aku menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Menurut Mas, lebih baik kita menyewa tempat atau langsung membelinya saja?"Mas Dewangga terdiam sejenak, matanya menyipit seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. "Hmm ... kalau menurutku, beli saja, Sayang. Lebih praktis dan jangka panjangnya juga menguntungkan. Kamu tidak perlu khawatir tentang sewa naik atau harus pindah di masa depan."Aku mengerjapkan mata, sedikit terkejut. "Beli? Tapi ... bukannya itu terlalu mahal, Mas?"Dia tertawa pelan melihat reaksiku. "Saya
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-24
อ่านเพิ่มเติม

Persiapan

Hari ketiga soft opening tiba, dan atmosfer di toko kami semakin ramai. Kali ini, banyak pelanggan baru yang datang karena mendengar ulasan positif dari mereka yang berkunjung di dua hari sebelumnya. Beberapa pelanggan bahkan mulai memesan dalam jumlah besar untuk acara keluarga atau ulang tahun.Dina dan Fika di kasir tampak lebih percaya diri, meskipun antrean mulai mengular. Tim pelayanan juga semakin luwes dalam menangani pelanggan. Tia bahkan mulai membangun hubungan akrab dengan anak-anak yang memilih kue mereka dengan penuh antusias.Di dapur, situasinya tak kalah sibuk. Santi memimpin tim dapur dengan teliti, memastikan setiap pesanan tersaji dengan tepat waktu dan kualitas tetap terjaga. Aku sempat berkeliling dapur untuk memantau, dan meski wajah mereka terlihat lelah, semangat tim tidak kendur sama sekali."Ayo, kita selesaikan pesanan ini secepat mungkin!" kata Santi, menyemangati rekan-rekannya.Di luar dapur, aku sibuk menyambut beberapa pelanggan tetap yang datang un
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-25
อ่านเพิ่มเติม

Grand Opening

Setelah menimbang-nimbang, kami memutuskan untuk mengadakan grand opening selama dua hari. Hari pertama lebih formal, dengan tamu undangan dari kolega Ayah, rekan bisnis Mas Dewangga, teman-teman Ibu, Kak El, dan Nara, serta beberapa relasi dari Pak Bram dan juga Bu Angel. Sedangkan hari kedua akan lebih santai, terbuka untuk umum, dengan berbagai promo menarik dan hiburan untuk pelanggan.Pagi-pagi sekali, toko sudah penuh dengan kesibukan. Balon pastel dan pita emas yang kemarin dipasang tampak berkilauan di bawah cahaya matahari pagi. Sebuah karpet merah dibentangkan dari pintu masuk hingga ke jalan, memberikan kesan mewah."Siap, Bu Zoya?" tanya Nara sambil memeriksa daftar acara di tablet.Aku mengangguk sambil tersenyum, meskipun aku merasa sedikit gugup. "Siap."Mas Dewangga datang bersamaku, kehadirannya langsung menarik perhatian. Kami melangkah masuk dengan percaya diri. Banyak tamu yang langsung menghampirinya untuk berbicara."Kamu terlihat cantik hari ini," bisiknya,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-25
อ่านเพิ่มเติม

Kabar Bahagia

Hari terakhir grand opening tiba dengan suasana yang lebih santai, tetapi tetap penuh semangat. Beberapa pelanggan yang sebelumnya datang tampak kembali, membawa teman atau keluarga mereka. Promosi khusus yang kami tawarkan hari ini menarik perhatian lebih banyak orang, dan suasana toko terasa hangat dan akrab.Aku bahkan sempat berbincang dengan seorang pelanggan muda yang memuji desain interior toko kami. "Toko ini rasanya berbeda, Kak. Estetik, tapi nyaman sekali."Aku tersenyum mendengar pujiannya. "Terima kasih. Kami harap kamu terus betah mampir di sini."Di penghujung hari, setelah semua pelanggan pulang, aku memandangi toko yang kini terasa seperti bagian dari rumahku. Luna Bloom Bakehouse akhirnya resmi menjadi bagian dari hidupku.Setelah membereskan sisa-sisa grand opening, aku pulang ke mansion dengan rasa lelah yang manis. Di ruang keluarga, Mas Dewangga sudah menungguku dengan secangkir teh hangat di meja."Hari ini kamu hebat, Sayang," katanya sambil menarikku untu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-25
อ่านเพิ่มเติม

Tiba-Tiba Berubah

"Jangan ambil tawaran itu," katanya dingin.Setelah mengatakan itu, Mas Dewangga kemudian keluar dari kamar, meninggalkanku yang masih kebingungan dengan sikapnya barusan.Tanganku meraih kartu nama yang telah diremas dan dibuang olehnya. Dengan hati-hati, aku membuka lipatan kertas itu. Nama "Alexander Leonel" masih terbaca jelas, meskipun sudut-sudutnya sudah agak kusut."Siapa orang ini?" gumamku pelan, seolah berharap kartu nama itu bisa menjawab sendiri.Aku tahu, Mas Dewangga bukan tipe pria yang mudah kehilangan kontrol, apalagi menunjukkan emosi seperti tadi. Sikapnya yang tiba-tiba berubah membuat pikiranku penuh tanda tanya. Namun, aku tahu kalau mendesaknya sekarang hanya akan membuat suasana semakin tegang.Dengan hati-hati, aku menyelipkan kartu nama itu ke dalam dompetku. Aku tidak punya niat untuk menerima tawaran dari pria itu, setidaknya untuk saat ini. Namun, aku merasa perlu tahu lebih banyak tentang dia. Ada sesuatu yang Mas Dewangga sembunyikan, dan aku harus me
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-25
อ่านเพิ่มเติม

Kisah Masa Lalu

"Sayang," katanya lembut sambil meraih tanganku.Aku tertegun sejenak, merasakan tatapan hangatnya yang begitu berbeda dari sikap dinginnya kemarin malam. Bibirku mengulas senyum tipis, tetapi kehebohan di sekitar membuatku kembali sadar."Apa dia kekasihnya? Atau suaminya?""Mereka berdua tampak serasi, ya."Bisik-bisik pelanggan mulai masuk ke telingaku, membuat wajahku memanas. Antara malu dan senang, aku tak tahu mana yang lebih dominan. Setidaknya, Mas Dewangga bersikap lebih lembut kali ini."Ada apa, Mas?" tanyaku, mencoba menyembunyikan rasa gugup."Aku ingin bicara denganmu sebentar," jawabnya sambil menatapku penuh harap.Aku mengangguk mengiyakan. "Baiklah. Tia, tolong bawakan kami cokelat panas dan beberapa camilan, ya," kataku kepada salah satu karyawan tokoku.Di tokoku ini, aku memang tidak hanya menjual aneka kue, tetapi juga menyediakan berbagai minuman. Bagiku, tidak lengkap rasanya jika hanya makan kue tanpa minuman yang mendampingi.Aku menarik tangan Mas Dewangg
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-25
อ่านเพิ่มเติม

Acara Amal

Mas Dewangga perlahan melepaskan pelukannya, menatapku dengan senyum hangat yang membuat dadaku terasa lebih tenang."Sudah, jangan dipikirkan, ya. Aku akan selalu melindungimu, bahkan dari jauh," katanya lembut. "Aku juga sudah menempatkan orang-orangku di sekitarmu agar kamu tetap aman."Aku mengernyit, merasa heran. "Orang-orangmu? Maksudnya siapa, Mas?"Sudah beberapa minggu ini, aku memang tidak melihat keberadaan para bodyguard yang biasa menemani kemana pun aku pergi. Itu memang permintaanku sendiri. Aku merasa lebih nyaman tanpa mereka yang terus mengikutiku ke mana pun.Namun, bukannya menjelaskan, Mas Dewangga hanya tersenyum tipis, seolah menikmati kebingunganku. "Itu rahasia," ujarnya singkat.Aku mendengus pelan, kesal dengan sikap misteriusnya. Namun, seperti biasa, aku tidak bisa marah lama padanya.Aku melirik jam tanganku, lalu berdiri. "Mas, tunggu di sini sebentar, ya. Aku mau bantu karyawan beres-beres dulu. Sebentar lagi toko akan tutup."Dia mengangguk, membiar
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-26
อ่านเพิ่มเติม

Cemburu, Janji, dan Sebuah Pertanda

Aku memutuskan untuk tidak langsung menghampiri mereka. Sebelum bertindak gegabah, aku ingin melihat bagaimana Mas Dewangga menghadapi wanita itu."Apa dia mantannya?" pikirku, sambil terus memerhatikan mereka dari kejauhan.Aku bisa melihat ekspresi terkejut di wajah Mas Dewangga saat wanita itu menghampirinya dan dengan santai memegang tangannya. Namun, yang membuatku sedikit lega adalah reaksinya. Mas Dewangga tampak tidak nyaman dan segera berusaha melepaskan tangan wanita itu.Akan tetapi, hatiku sudah terbakar cemburu. Karena tak tahan lagi, aku mulai melangkah cepat ke arahnya. Namun, sebelum aku sampai, seorang pria lain yang tidak kukenal tiba-tiba muncul dan menarik wanita itu menjauh dari Mas Dewangga.Aku mengerutkan dahi, bingung dengan situasi itu. Siapa pria itu? Apa yang sebenarnya terjadi?Saat aku hanya beberapa meter di depan Mas Dewangga, dia langsung menyapaku dengan senyuman yang tampak berusaha menenangkan."Zoya," panggilnya, seperti mencoba meredakan suasana
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-26
อ่านเพิ่มเติม

Kabar Bahagia yang Tidak Terduga

Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lambat. Udara pagi yang sejuk seharusnya membuatku merasa lebih baik, tetapi pusing dan mual ini membuatku lemas. Mas Dewangga, yang duduk di belakang kemudi, sesekali melirikku dengan wajah khawatir.Aku melirik jam di dashboard mobil. Baru pukul delapan pagi. Biasanya, aku sudah bersiap-siap ke toko, tetapi hari ini, dengan kondisiku seperti ini, kemungkinan besar Mas Dewangga tidak akan mengizinkanku pergi."Mas, kalau aku tetap pergi ke toko hari ini, boleh tidak?" tanyaku pelan, mencoba mencari celah."Lebih baik kamu istirahat saja setelah kita pulang dari rumah sakit. Kamu sudah terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini, Sayang," jawabnya lembut, tetapi tegas.Sudah kuduga. Sambil menahan pusing, aku meraih ponsel dan menghubungi Nara, asistenku yang selalu bisa diandalkan.Begitu panggilan tersambung, aku segera berkata, "Nara, sepertinya hari ini aku tidak bisa berangkat ke toko. Aku dalam perjalanan ke rumah sakit."["Bu Zoya tidak e
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-26
อ่านเพิ่มเติม

Keluarga yang Menjaga

"Mama!" seru Abiyan sambil berlari kecil ke arahku. Dia memelukku erat, seolah tidak bertemu berhari-hari."Abiyan, kamu sudah pulang? Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanyaku sambil membelai rambutnya yang sedikit berantakan."Asyik, Ma. Tadi aku dapat nilai bagus di pelajaran Matematika," jawabnya penuh semangat."Hebat sekali anak Mama. Sudah makan belum? Ayo kita makan bersama," ajakku sambil menggandeng tangannya ke meja makan.Aku meminta pelayan untuk menyiapkan makanan juga untuk Abiyan. Kami duduk bersama, menunggu hidangan selesai disiapkan. Tidak lama kemudian, Ibu datang dan ikut bergabung di meja makan."Bagaimana sekolahmu hari ini, Abiyan?" tanya Ibu sambil tersenyum."Bagus, Nek. Abiyan dapat nilai bagus," jawabnya dengan bangga.Ibu mengangguk puas, lalu menatapku dan Abiyan bergantian. Kemudian, dengan nada serius namun penuh kasih, Ibu berkata kepada Abiyan, "Abiyan, mulai sekarang kamu harus menjaga Mama, ya. Mama sedang butuh banyak istirahat."Kata-kata Ibu membu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-26
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
67891011
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status