Share

Makan Malam Bersama

Penulis: Cleo Voltra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 13:14:11

Perjalanan malam itu terasa panjang. Aku dan Mas Dewangga duduk berdampingan di kursi pesawat yang cukup nyaman. Kursiku berada di dekat jendela, dan ketika pesawat lepas landas, aku memberanikan diri untuk melihat ke luar.

Cahaya lampu kota dari ketinggian terlihat seperti bintang-bintang yang terhampar di bumi. Awalnya aku terkagum-kagum, tetapi lama-kelamaan perasaan aneh merayap di tubuhku.

Aku merinding melihat pemandangan yang begitu luas dan kosong di balik jendela. Rasanya seperti berada di dunia lain.

"Kenapa, Sayang?" tanya Mas Dewangga lembut sambil melirik ke arahku.

Aku menggeleng pelan, mencoba tersenyum. "Tidak apa-apa, hanya sedikit ngeri saja saat melihat pemandangan di luar."

Dia tersenyum tipis, lalu menyentuh tanganku. "Kalau begitu, jangan dipaksa. Istirahat saja, agar besok pagi kita sampai dengan segar."

Aku mengangguk. Mas Dewangga membantu merendahkan sandaran kursiku, lalu menarik selimut kecil yang disediakan. "Tidur, ya. Aku di sini."

Dengan bimbingan tang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Awal dari Malam Spesial

    Selesai makan malam romantis yang penuh kehangatan, Mas Dewangga mendekatkan tubuhnya ke arahku. Dia memiringkan kepala, menatapku dengan tatapan tajam yang khas, sambil berbisik pelan, "Ayo kita mandi bersama sebelum 'bermain'." Suaranya begitu berat, seperti ada tekanan yang tak bisa kutolak.Tentu saja aku langsung menggeleng pelan sambil tersenyum canggung. "Bagaimana kalau besok saja, Mas?"Namun, Mas Dewangga tak menyerah begitu saja. Senyum tipisnya berkembang menjadi seringai penuh arti, dan dia menyandarkan tubuhnya di kursi, seolah bersiap untuk memainkan senjatanya. "Kamu lupa, ya, Sayang? Kemarin kamu bilang kita bisa main sepuasnya kalau sudah di Paris. Sekarang waktunya."Aku hampir saja terbatuk mendengar ucapannya. Benar juga, kemarin aku memang mengatakan itu. Namun, aku tidak menyangka dia akan menjadikannya senjata untuk menyudutkanku. Rasanya ingin sekali menggigit lidahku sendiri karena terlalu ceroboh saat bicara."Mandi bersama itu ide bagus, kan?" godanya la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Malam Panjang Bersamamu

    Saat Mas Dewangga perlahan membuka lingerie-ku, aku merasa wajahku memanas. Aku tahu ini adalah momen yang tepat untuk mengucapkan kalimat yang Kak El ajarkan. Tanganku bergerak menyentuh pergelangan tangan Mas Dewangga dengan lembut, gerakan yang kubuat lebih menggoda dari biasanya.Aku menatap matanya dengan penuh keberanian yang kutemukan entah dari mana, lalu berkata pelan, "Daddy, I'm yours tonight." Suaraku lirih, sedikit bergetar, tetapi penuh makna.Mas Dewangga menghentikan gerakannya seketika. Tatapannya berubah dari lembut menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih menguasai. Dia terdiam, seolah memastikan apa yang baru saja dia dengar. Aku bisa merasakan atmosfer di antara kami berubah, napasnya terdengar sedikit lebih berat.Dia tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, Mas Dewangga menarikku lebih dekat, dan gerakan serta tatapannya kini penuh intensitas. Tangannya menyentuh wajahku, lalu dia mengecup bibirku sebelum melanjutkan apa yang sebelumnya terhenti.Malam itu, segalan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Sebuah Permintaan

    Tatapan Mas Dewangga yang menggoda itu membuatku akhirnya menyerah. Aku mengangguk pelan, dan senyum penuh kemenangan segera terpampang di wajah suamiku."Ya sudah, ayo," katanya sambil menggendong tubuhku ala bridal style ke kamar mandi.Air hangat yang mengalir dari pancuran membuat tubuhku yang sempat kaku menjadi lebih rileks. Awalnya, kami benar-benar hanya mandi. Namun, seperti yang sudah kuduga. Tak butuh waktu lama, Mas Dewangga mulai menggoda dan bermain-main seperti biasanya.Aku hanya bisa tersenyum kecil, membalasnya dengan beberapa sentuhan manja hingga akhirnya permainan kami berakhir dengan tawa yang menggema di kamar mandi.Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian bersih, aku memutuskan untuk berbaring di ranjang. Tubuhku masih terasa lelah, dan aku berpikir untuk memejamkan mata sejenak. Namun, ponselku tiba-tiba berdering, membuyarkan niatku untuk tidur.Aku meraih ponsel di meja samping ranjang dan melihat nama "Ibu" tertera di layar. Dengan cepat, aku duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Kembali Pulang

    Malam itu, seperti yang telah disepakati, aku dan Mas Dewangga kembali 'bermain'. Kali ini, dia benar-benar menepati janjinya untuk 'bermain' hanya sebentar. Meski begitu, kehangatan yang dia berikan tetap terasa, membuatku merasa begitu dicintai. Setelah selesai, kami saling mendekap di bawah selimut tebal, menikmati kehangatan tubuh masing-masing sebelum akhirnya tertidur lelap.Keesokan paginya, rutinitas kami hampir sama seperti sebelumnya. Mas Dewangga kembali mengajakku mandi bersama, seperti kesepakatan kami. Kali ini, aku merasa lebih relaks, seolah semua kelelahan sebelumnya sudah terhapus oleh waktu berkualitas yang kami habiskan bersama.Hari itu, kami memutuskan untuk mulai berkeliling Paris lagi.Tak lupa kami mampir ke beberapa toko untuk membeli buah tangan. Aku memilih beragam oleh-oleh untuk keluargaku di rumah, serta keluarga Kak El yang sudah seperti saudara dan juga banyak membantuku.Mas Dewangga juga membantuku memilih beberapa barang unik yang khas Paris, mula

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Pertemuan Baru, Ilmu Baru

    Keesokan harinya, Mas Dewangga mengajakku bertemu seorang konsultan bisnis. Katanya, ini langkah awal untuk mempersiapkan toko kue yang ingin kubangun. Aku pikir kami akan bertemu di kantor formal yang kaku, tetapi ternyata Mas Dewangga memilih tempat yang berbeda, sebuah kafe kecil dengan ruangan privat di lantai dua. Suasananya tenang, dihiasi tanaman hijau di setiap sudut."Kafe ini cukup nyaman untuk diskusi, kan?" tanyanya sambil menarikkan kursi untukku.Aku mengangguk sambil tersenyum. "Iya, terlihat nyaman sekali tempatnya. Aku tidak menyangka akan bertemu konsultan di sini."Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan kemeja rapi masuk ke ruangan. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Pak Bram. Dengan ramah, dia langsung membuka pembicaraan tentang rencana bisnisku."Jadi, Bu Zoya," ucapnya formal, "hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah lokasi. Kalau boleh tahu, sudah ada gambaran mau membuka toko kue ini di mana?"Aku menggeleng. "Belum, Pak. Aku masih bingung,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Mencoba Membuat Sendiri

    Hari ini, Mas Dewangga mulai kembali masuk ke perusahaan setelah beberapa hari meluangkan waktu bersamaku. Meski begitu, dia masih menyempatkan diri menemaniku bertemu Pak Bram untuk diskusi lanjutan tentang toko kue impianku.Di meja diskusi, Pak Bram mulai memaparkan ide-ide baru sambil menunjukkan beberapa diagram di laptopnya. Aku menyimak dengan penuh antusias, mencatat setiap poin penting di buku kecilku. Sesekali aku melirik Mas Dewangga yang duduk di sebelahku, matanya fokus pada layar laptop yang dia bawa."Mas," panggilku pelan saat Pak Bram sedang membenahi file di laptopnya."Hmm?" Mas Dewangga menoleh."Kamu yakin tidak apa-apa? Aku bisa kok sendiri. Kamu tidak harus selalu menemaniku, apalagi sambil membawa-bawa kerjaan begini," kataku ragu.Mas Dewangga tersenyum tipis, menggeser sedikit laptopnya sejenak, lalu menatapku lekat. "Zoya, aku tidak mau kamu merasa sendirian di awal perjalanan ini. Aku tahu kamu bisa, tapi aku tetap ingin ada di sini untuk kamu."Aku terdia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Kue Pertamaku

    Dua hari setelah percakapan kami, Mas Dewangga menepati janjinya untuk mempertemukanku dengan seorang baker profesional bernama Bu Angel. Kali ini, kami tidak pergi ke kafe, melainkan ke sebuah studio baking milik Bu Angel. Tempat ini terlihat menawan, dengan jendela besar yang memamerkan berbagai kue cantik dan papan nama elegan di depan.Begitu masuk, aroma mentega dan cokelat langsung menyambutku. Aku terpukau melihat studio yang begitu rapi dengan meja-meja panjang, oven modern, dan rak penuh bahan-bahan baking. Bu Angel, seorang wanita berwibawa dengan senyum hangat, menyambut kami di pintu masuk."Selamat datang, Bu Zoya. Pak Dewangga sudah bercerita banyak tentang rencana Anda membuka toko kue," katanya ramah.Aku tersenyum canggung. "Masih banyak yang harus saya pelajari, Bu.""Itu bagus. Belajar memang kunci suksesnya. Hari ini, kita akan mulai dari dasar, ya."Mas Dewangga menyentuh bahuku lembut. "Aku pamit dulu, ya, Sayang. Kalau ada apa-apa, langsung kabari aku, ya."Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Asisten Baru Untukku

    Esok paginya, suasana cerah menyambutku saat aku dan Mas Dewangga tiba di studio baking milik Bu Angel. Mas Dewangga turun bersama denganku, lalu membuka pintu studio. Wangi adonan manis langsung menyapa kami."Semangat, ya," ucap Mas Dewangga sambil tersenyum.Aku mengangguk. "Tentu, Mas."Namun, saat kami melangkah masuk, ponsel Mas Dewangga berdering. Dia meraih ponselnya dari saku jas, memeriksa layar sejenak, lalu menatapku. "Zoya, aku ada telepon. Aku keluar sebentar, ya?""Iya, Mas," balasku sambil tersenyum.Mas Dewangga meninggalkanku, sementara Bu Angel sudah menunggu di meja kerja dengan bahan-bahan yang sudah tertata rapi."Pagi, Bu Angel," sapaku ramah."Pagi juga, Bu Zoya. Siap belajar lagi?" tanyanya."Tentu!" jawabku penuh semangat.Hari ini, Bu Angel mengajarkanku teknik menghias kue tart dengan frosting dan penggunaan piping bag. Aku mulai memahami pentingnya konsistensi adonan buttercream dan bagaimana mengatur tekanan tangan saat menghias kue.Namun, saat Bu Ange

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24

Bab terbaru

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Aku Tidak Bermaksud Menyakitimu

    Aku segera menoleh, dan pandanganku bertemu dengan sosok yang tak pernah kusangka akan kutemui di sini."Mas?" Suaraku lirih, nyaris berbisik. Ketidakpercayaan menguasai pikiranku.Aku bisa menangkap tatapan dingin suamiku mengarah pada Alex yang berdiri di dekatku. Meski tanpa mengatakan apa pun, ekspresinya sudah cukup untuk menunjukkan perasaannya.Tanpa banyak basa-basi, Mas Dewangga menggenggam pergelangan tanganku dan menarikku menjauh dari sana.Langkahnya cepat dan mantap, sementara aku berusaha mengimbanginya dengan susah payah. Cengkeramannya tak menyakitkan, tetapi cukup untuk membuatku sulit menghentikan langkahku."Mas, bisa pelan sedikit jalannya?" pintaku sambil setengah berlari mengikutinya. Namun, dia tetap melangkah seperti tak mendengar apa pun.Kami terus berjalan hingga sampai di parkiran. Mas Dewangga membuka pintu mobil dan menatapku sejenak. "Masuk," katanya singkat.Aku menurut tanpa berani membantah. Setelah aku duduk dan Mas Dewangga juga masuk, dia memban

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Pelarian ke Toko Kue

    Beberapa menit setelah Mas Dewangga keluar dari kamar, aku memutuskan untuk berendam di bathtub. Kata itu selalu terdengar elegan, meskipun kenyataannya aku hanya ingin menenggelamkan diri dalam air hangat untuk mengusir beban pikiran. Suara gemericik air yang mengisi bathtub membuat suasana kamar mandi terasa damai. Aku menambahkan beberapa tetes minyak esensial dengan aroma lavender, berharap wangi itu bisa menenangkan pikiranku yang masih gelisah.Sambil berendam, aku menyusun rencana untuk pergi ke tokoku hari ini. Sudah cukup aku menuruti larangan Mas Dewangga selama beberapa hari terakhir. Dia mungkin berpikir itu untuk kebaikanku, tetapi aku butuh ruang sendiri. Kali ini, aku memutuskan untuk melakukannya tanpa izin darinya.Setelah selesai bersiap-siap, aku melirik jam dinding, tepat pukul sembilan pagi.Dengan langkah mantap, aku meminta sopir untuk mengantarku ke toko kue. Dalam perjalanan, aku membayangkan aroma manis dan suasana hangat yang selalu kurindukan dari tokok

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Banyak Pikiran

    Keesokan harinya, sikap Mas Dewangga tidak berubah. Aku mencoba mencari celah untuk berbicara dengannya, tetapi sepertinya dia sengaja menjaga jarak. Setiap kali aku mendekat, ada saja alasannya untuk menghindar.Hari itu, aku duduk di sofa ruang tamu, memainkan remote TV tanpa benar-benar menonton. Pikiran tentang Mas Dewangga terus menggangguku. Beberapa hari terakhir, dia seperti orang lain—dingin dan seolah menghindariku."Apa benar karena parfum Alex?" gumamku pelan.Aku tahu seharusnya aku bertanya langsung, tetapi rasanya tidak mudah ketika dia terlihat begitu ... jauh.Akhirnya aku kembali ke kamar untuk menunggunya pulang.Saat Mas Dewangga akhirnya pulang, aku mencoba menyapanya seperti biasa."Mas, sudah makan? Mau aku buatkan sup kesukaanmu?" tanyaku dengan nada yang kubuat sehangat mungkin.Dia hanya mengangguk singkat, berjalan melewatiku tanpa sepatah kata pun."Mas, aku sedang bicara, lho!" tegurku, mencoba menahan emosi yang tiba-tiba naik."Hmm," gumamnya, tanpa men

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Jarak yang Mulai Terasa

    Aku duduk di tepi ranjang, menunggu Mas Dewangga selesai mandi. Suara air dari kamar mandi terdengar samar, tetapi cukup untuk membuat pikiranku semakin bising. Aku memainkan ujung pakaian yang kupakai, menggulung-gulung kainnya dengan gelisah.Tadi, aku sempat merasa yakin kalau Mas Dewangga tidak akan mencium aroma itu. Namun, setelah melihat sikap Mas Dewangga yang berubah dingin, aku mulai meragukan semuanya.Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan Mas Dewangga keluar. Rambutnya masih sedikit basah, sementara handuk tergantung di bahunya. Namun, kali ini dia bahkan tidak menoleh ke arahku.Biasanya, meski sekilas, dia akan melirikku atau memberikan senyum kecil, tetapi sekarang dia bersikap seolah aku tidak ada. Dadaku terasa sesak melihatnya."Apa dia mencium aroma parfum Alex di pakaianku?" gumamku pelan. Pikiran itu terus berputar, menambah beban di benakku. Aku ingin bertanya, ingin memastikan. Namun, ketika melihat wajahnya yang datar tanpa ekspresi, niat itu

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Dekapan yang Tak Terduga

    Aku segera membalikkan badan, memunggunginya, berusaha agar tidak dikenali oleh sosok itu. Dengan langkah pelan, aku bergeser ke arah rak yang berisi tumpukan barang agar tubuhku terlindungi dari pandangan Alex. "Jika saja aku tidak tahu apa yang pernah terjadi antara Alex dan Mas Dewangga di masa lalu, mungkin aku akan menyapanya dengan santai," batinku.Beberapa saat kemudian Mirna akhirnya datang dengan keranjang belanja. Aku langsung memasukkan buah yang sudah kupilih ke dalam keranjang. "Ayo, kita lihat-lihat ke sana," bisikku sambil melangkah dengan cepat.Kami sampai di rak yang penuh dengan barang kebutuhan sehari-hari. Mataku langsung tertuju pada satu produk di rak atas, yang kebetulan aku butuhkan. Sayangnya, posisinya terlalu tinggi. Aku mencoba menjangkau, tetapi jari-jariku masih jauh dari produk itu."Mirna, bisa bantu aku?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya.Mirna hanya tertawa kecil. "Saya lebih pendek dari Nyonya. Bagaimana kalau saya panggilan staff tokonya?""I

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Dalam Sunyi Malam

    Aku memutuskan menunggu Mas Dewangga selesai menelepon. Sambil menunggu, aku merebahkan diri di ranjang. Namun, sudah sepuluh menit berlalu dan suamiku tak kunjung kembali.Perasaan tak menentu mulai merambat. Aku bangkit dan melangkah menuju pintu kamar, lalu mengintip keluar. Koridor sepi, hanya suara detak jam dinding yang memecah keheningan. Aku melangkah keluar, mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri. Namun, sosok yang kucari tidak ada.Ada sedikit kecemasan yang menyelinap di hatiku, tetapi segera kutepis jauh-jauh. Aku mencoba berpikir rasional. "Kira-kira Mas Dewangga akan pergi ke mana di saat-saat begini?" batinku sembari berpikir keras.Bayangan sebuah tempat langsung melintas dalam pikiranku, sebuah taman di dalam ruangan!Dulu, dia pernah menunjukkan tempat itu padaku. Katanya, taman itu adalah tempat favoritnya sejak kecil. Tempat di mana dia merasa damai dan bebas dari segala beban dunia. Mungkin saja dia ada di sana.Langkahku terarah menuju taman itu hingga akhirn

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Ancaman Untuk Nara

    "Nara, ingat ini baik-baik. Istriku harus pulang jam dua belas siang. Jika lewat dari itu, kamu akan saya pecat. Mengerti?" kata Mas Dewangga dengan tegas.Wajah Nara seketika memucat. "Ba-bapak tenang saja. Saya pastikan Bu Zoya pulang tepat waktu."Aku menahan tawa melihat ekspresi Nara yang panik. Setelah memberikan pesan itu, Mas Dewangga kembali ke mobil, memastikan aku baik-baik saja sebelum akhirnya pergi ke kantor.Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh dan menggeleng sambil tersenyum kecil. Di balik sikap tegasnya, aku tahu dia hanya khawatir. Sungguh, memiliki suami seperti Mas Dewangga adalah anugerah sekaligus tantangan tersendiri.Hari ini, aku kembali beraktivitas seperti biasa di toko. Menata barang di rak, mencatat stok, dan sesekali melayani pelanggan yang datang. Semua terasa normal, kecuali satu hal: Nara, asistenku, jadi lebih cerewet dari biasanya."Bu, jangan lupa ya, jam dua belas harus pulang. Jangan sampai terlewat. Ah, iya, Ibu juga jangan terlalu ban

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Keluarga yang Menjaga

    "Mama!" seru Abiyan sambil berlari kecil ke arahku. Dia memelukku erat, seolah tidak bertemu berhari-hari."Abiyan, kamu sudah pulang? Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanyaku sambil membelai rambutnya yang sedikit berantakan."Asyik, Ma. Tadi aku dapat nilai bagus di pelajaran Matematika," jawabnya penuh semangat."Hebat sekali anak Mama. Sudah makan belum? Ayo kita makan bersama," ajakku sambil menggandeng tangannya ke meja makan.Aku meminta pelayan untuk menyiapkan makanan juga untuk Abiyan. Kami duduk bersama, menunggu hidangan selesai disiapkan. Tidak lama kemudian, Ibu datang dan ikut bergabung di meja makan."Bagaimana sekolahmu hari ini, Abiyan?" tanya Ibu sambil tersenyum."Bagus, Nek. Abiyan dapat nilai bagus," jawabnya dengan bangga.Ibu mengangguk puas, lalu menatapku dan Abiyan bergantian. Kemudian, dengan nada serius namun penuh kasih, Ibu berkata kepada Abiyan, "Abiyan, mulai sekarang kamu harus menjaga Mama, ya. Mama sedang butuh banyak istirahat."Kata-kata Ibu membu

  • Suami Tukang Parkirku Ternyata Tajir Melintir   Kabar Bahagia yang Tidak Terduga

    Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lambat. Udara pagi yang sejuk seharusnya membuatku merasa lebih baik, tetapi pusing dan mual ini membuatku lemas. Mas Dewangga, yang duduk di belakang kemudi, sesekali melirikku dengan wajah khawatir.Aku melirik jam di dashboard mobil. Baru pukul delapan pagi. Biasanya, aku sudah bersiap-siap ke toko, tetapi hari ini, dengan kondisiku seperti ini, kemungkinan besar Mas Dewangga tidak akan mengizinkanku pergi."Mas, kalau aku tetap pergi ke toko hari ini, boleh tidak?" tanyaku pelan, mencoba mencari celah."Lebih baik kamu istirahat saja setelah kita pulang dari rumah sakit. Kamu sudah terlalu banyak bekerja akhir-akhir ini, Sayang," jawabnya lembut, tetapi tegas.Sudah kuduga. Sambil menahan pusing, aku meraih ponsel dan menghubungi Nara, asistenku yang selalu bisa diandalkan.Begitu panggilan tersambung, aku segera berkata, "Nara, sepertinya hari ini aku tidak bisa berangkat ke toko. Aku dalam perjalanan ke rumah sakit."["Bu Zoya tidak e

DMCA.com Protection Status