Semua Bab Malam Pertama dengan Janda Anak 2: Bab 211 - Bab 220

305 Bab

210. Dikurung di Kamar

Langit Bandung sore itu kelabu, seperti hati yang sedang muram. Hujan turun rintik-rintik, membasahi dedaunan dan jalanan yang masih ramai kendaraan. Udara dingin merayap masuk ke dalam rumah mewah di kawasan Dago, tempat Suci duduk bersandar santai di sofa ruang keluarga. Suara televisi menyala pelan, menayangkan program komedi, tapi perhatiannya setengah saja tertuju ke layar. Di sebelahnya, dua anak kecil, Izzam dan Intan, duduk diam, menikmati cemilan sambil sesekali melirik televisi.Izzam, delapan tahun, mengenakan kaos biru dengan celana pendek. Wajahnya serius, mungkin karena ia tahu bahwa satu gerakan yang salah bisa memancing amarah Suci. Adiknya, Intan, hanya terpaku pada mainan di tangannya, tak banyak bicara.Ini pemandangan yang berbeda dari biasanya. Dua anak itu dulu kerap membuat rumah berantakan—berlarian ke sana kemari, bertengkar, atau berteriak memanggil papa mereka, Alex. Tapi, setelah ancaman serius dari Suci beberapa minggu lalu, semuanya berubah. "Kalau kalia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

211. Sadar Status

Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya."Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya."Maafkan kalau Papa sering lembur ya." "Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

212. I Love You, Istri Orang

Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

213. Kamu Harus Pergi dari Sini!

“Apa kabar, Anton?” suara Aini terdengar lembut dan ceria. Wanita itu memang sengaja menghubungi Anton karena diminta oleh Hakim. Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Aku baik, Aini. Tapi ya, begitulah. Besok aku sidang kedua.”“Sidang kedua?” suara Aini berubah penuh perhatian. “Akhirnya ya... sudah sejauh itu. Bagaimana rasanya?”“Rasanya biasa saja. Sebagai formalitas karena aku dan Luna benar-benar selesai.” Anton menjawab jujur. “Di satu sisi aku lega, di sisi lain, ada bagian dari diriku yang masih bertanya-tanya... apa benar semua ini jalan yang terbaik, terutama untuk Aris," lanjutnya lagi. Aini terdiam sejenak. Suaranya terdengar lebih pelan saat ia berkata, “Aku paham, Ton. Besok aku juga sidang cerai kedua. Kita sama-sama bercerai dengan pasangan masing-masing."Anton tertegun. “Kamu serius? Aku nggak tahu ini sampai ke titik itu. Kukira kalian masih mencoba memperbaiki semuanya. Kamu dan Alex. Bukannya waktu itu kamu ikut pulang ke rumah Alex?"“Aku sudah ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

214. Apa Mau Dua Istri?

Hari-hari berlalu dengan lambat sejak percakapan pagi itu. Luna tetap di rumah Anton, menjalani rutinitasnya yang kini seperti ritme yang terprogram. Ia bangun lebih awal, menata meja makan, membersihkan rumah, dan memastikan semua keperluan Anton dan Aris berjalan lancar. Ia berlakon layaknya ibu dan istri yang baik. "Assalamu'alaikum, Bu Luna.""Wa'alaykumussalam." Luna menutup kotak bekal Aris dengan cepat, lalu melihat siapa tamunya. Amel pun baru saja membuka sedikit pintu kamarnya. "Eh, Bu Arman, ada apa, Bu?" "Ini, buat Bu Luna dan Aris. Saya bikin banyak bubur sumsum." Wajah Luna semringah. "Saya senang Mbak Luna dan Mas Anton baik-baik saja sekarang. Aris juga udah jarang terdengar rewel. Alhamdulillah, akhirnya kalian rujuk juga." Wajah Luna nampak bingung. "M-maksud Ibu?""Sudah, gak usah dipikirkan. Anggap saja masa lalu itu, sebuah pelajaran. Sekarang hidup baik-baik dengan Anton dan Aris ya. Kasih adik lagi buat Aris. Biar rame rumahnya. Bisa dua atau tiga anak lagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

215. Sebenarnya Siapa yang Selingkuh?

“Aini, kamu sudah siap? Kita harus segera ke pengadilan,” tanya Dhuha sambil melirik arlojinya. Ia duduk di ruang tamu rumah kontrakan Aini, menunggu dengan sabar meski pikirannya penuh pertanyaan.Aini muncul dari kamar dengan kemeja biru muda yang serasi dengan rok hitam selututnya polosnya. Ia tampak ragu-ragu, tetapi wajahnya mencoba terlihat tenang. “Siap, Bos. Maaf membuatmu menunggu.”Dhuha berdiri dan tersenyum tipis. “Kamu nggak usah minta maaf. Hari ini pasti berat buatmu. Aku cuma ingin memastikan kamu nggak sendirian.”Aini mengangguk pelan, lalu menarik napas panjang. “Aku hanya ingin semuanya segera selesai.”“Dan itu akan selesai, Aini. Tinggal sedikit lagi. Ayo, kita pergi sekarang.”"Aku gak kayak sales kan?" Dhuha tertawa mendengar pertanyaan Aini. "Ya, bisa dibilang mirip, sih. Sales perumahan ha ha ha... Aduh, duh, sakit, Ai!" Dhuha mengusap kasar lengannya yang dicubit gemas Aini. Mereka meninggalkan unit apartemen dengan senyuman. Terutama Dhuha yang sudah tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

216. Peringatan dari Alex

Matahari pagi menembus jendela kamar Aini, menandai awal hari baru. Ia bangun dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pertama ia memulai rencana yang disarankan Dhuha: mencari kursus yang sesuai.Dhuha, seperti biasa, sudah menunggu di ruang tamu makan apartemen dengan secangkir kopi di tangannya. "Pagi, Aini," sapa Dhuha dengan senyuman manisnya. "Pagi, Dhuha. Tumben pagi-pagi udah ngopi." Aini menarik kursi persis di seberang Dhuha. "Aku tadi bangun jam empat subuh, bikin mi goreng. Makan roti, sekarang tiba-tiba pengen ngopi.""Bibik gak datang hari ini, jadi gak masak sarapan.""Gak papa, Dhuha, ada roti kan, aku bisa sarapan roti bakar. Sebentar." Aini bangun dari duduknya dan langsung berjalan menuju meja dapur yang masih satu ruangan dengan ruang makan. "Aku sudah cek beberapa tempat kursus. Ada yang dekat sini. Kita bisa survei hari ini kalau kamu mau."Aini tersenyum kecil sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. "Terima kasih, Dhuha. Aku nggak tahu apakah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

217. Pasangan Kumpul Kebo(Tinggal Bersama Tanpa Menikah)

“Selamat siang, Pak Alex, maaf kalau saya mengganggu.” Suara lembut Bu Hilda terdengar di seberang telepon. Ia adalah wali kelas Intan di sekolah.Alex yang sedang menatap laptop di meja kerjanya segera menghentikan aktivitasnya. “Tidak apa-apa, Bu Hilda. Ada apa ya?”“Begini, Pak. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu. Untuk kegiatan besok, Intan diharuskan membawa tampah untuk prakarya di sekolah. Saya sudah WA Bapak dua hari lalu, tapi belum Bapak buka sepertinya.""Oh, iya, ya ampun, maaf, Bu, mungkin chat-nya ketimbun. Untung Ibu ingatkan. Baik, saya akan minta tolong orang rumah mencari tampah untuk Intan. Apa ada lagi yang harus saya bawa besok, Bu?""Oh, tidak ada, Pak. Hanya itu saja. Oh, iya, beberapa hari ini, Intan tampak sangat senang. Dia bilang ibunya, Bu Aini, datang ke sekolah. Mereka mengobrol sebentar di taman depan kelas, Pak, ” kata Bu Hilda pelan.Jantung Alex serasa berhenti sesaat. “Ibu bilang... siapa yang datang ke sekolah?”“Ibunya Intan, Pak. Maaf, saya kir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

218. Cemburu

Sore hari, sepulang dari mengunjungi beberapa sekolah di pagi harinya, Alex langsung menuju kamar Intan. Ia menemukan gadis kecil itu sedang asyik menggambar di atas meja kecilnya. Intan tampak fokus, menggambar sesuatu dengan pensil warna.“Cantik Papa,” panggil Alex lembut, lalu duduk di kursi di samping putrinya.Intan menoleh, wajahnya cerah. “Iya, Pa? Lihat, ini gambar Intan sama Ibu,” katanya sambil menunjukkan hasil gambarnya. Di atas kertas putih itu, ada dua orang digambar dengan sederhana. Seorang wanita dengan rambut panjang sedang memegang tangan seorang anak kecil. Itu jelas Aini dan Intan.Alex terdiam sejenak, menatap gambar itu dengan perasaan campur aduk. “Gambarmu bagus sekali, Cantik,” ujarnya, berusaha tersenyum. “Tapi Papa mau ngomong sesuatu sama Intan.”Intan hanya menatap Alex dengan wajah bingung. Alex menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Papa mau pindahkan Intan dan Kak Izzam ke sekolah yang baru. Sekolahnya lebih bagus, lebih besar, dan Intan pasti suk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

219. Pilih Aku atau Dia

Hakim menyandarkan tubuhnya di kursi ruang keluarga dengan raut wajah lelah. Di hadapannya, Viona duduk sambil memainkan ujung kerudungnya, gelisah. Budi, ayahnya, diam di sudut ruangan, memandang ke luar jendela dengan ekspresi tegang. Suasana ruangan dipenuhi kecemasan yang belum terungkap sepenuhnya."Hakim," suara Viona akhirnya memecah keheningan, terdengar pelan namun penuh tekanan. "Kamu sudah dengar kan tentang Amel dan Anton?"Hakim mengangguk perlahan. "Iya, Ma. Amel sudah cerita. Tapi aku pikir ini cuma hubungan biasa, enggak sampai serius." Padahal ia tahu kalau adiknya serius. Viona mendesah panjang, menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Hakim, ini bukan sekadar hubungan biasa. Amel sudah tinggal di rumah Anton. Kamu tahu itu? Dia tinggal di rumah pria yang masih dalam proses cerai, Hakim!"Hakim tidak terlalu terkejut. Ia sudah tahu hal itu dan pernah menasihati Amel perihal ini, tapi adiknya tetap saja keras kepala. "Iya, Ma, Hakim sudah pernah bilang kalau itu gak b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
31
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status