Share

211. Sadar Status

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 23:25:32

Suci berdiri mematung di depan tangga, menatap punggung Alex yang memeluk kedua anaknya. Izzam masih menggenggam erat tangan ayahnya, sementara Intan berlari kecil dari dapur untuk bergabung. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang hangat—tanpa dirinya.

"Papa..." Intan memanggil dengan suara manja sambil mengulurkan tangan kecilnya, meminta digendong. Alex merendah dan meraih tubuh mungil itu, membawanya ke pelukan. Bibirnya tersenyum tipis, meski kelelahan jelas terlukis di wajahnya.

"Maafkan kalau Papa sering lembur ya."

"Iya, Pa, gak papa. Di rumah ada bibik sama tante."

Suci mengalihkan pandangannya. Dadanya bergemuruh, marah bercampur sedih. Kata-kata Alex tadi masih menggema di benaknya. Tamu? Aku hanya tamu di rumah ini? Padahal aku yang menjaga anak-anak ini, aku yang memastikan semuanya berjalan seperti semestinya.

Ia menggeretakkan gigi. Matanya basah, tapi ia menahan diri untuk tidak menangis di depan Alex. Ia menegakkan bahu, mencoba mempertahankan sisa-sisa martabat y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Ernie Gibran
mana sambungan nya kok nggak ada ...‍...️
goodnovel comment avatar
nop
ini si alex cepet juga ya udh kerja lg, perasaan kmren dipecat ...
goodnovel comment avatar
Elly Harun
kasian juga Suci mengharap jd istri satu2nya , eh malah disia sia..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   212. I Love You, Istri Orang

    Pagi itu, udara dingin masih terasa menyelimuti kota Bandung. Sisa hujan semalam masih ada. Aroma air hujan yang bertemu tanah, aspal, menimbulkan aroma khasnya. Alex berdiri di depan gedung apartemen Dhuha, matanya menatap pintu masuk dengan keraguan. Dia tahu apa yang dilakukannya mungkin tak akan mudah, tapi ia sudah bulat untuk mencoba sekali lagi. Setelah menarik napas panjang, ia masuk ke dalam lobi dan menaiki lift menuju lantai tempat Aini tinggal.Ayo, Alex, kamu harus tahu Aini tidak bisa dipaksa. Semakin dipaksa, semakin jauh ia pergi. Langkahnya terasa berat ketika ia berdiri di depan pintu. Dia mengetuk perlahan, memastikan suara ketukannya tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian penghuni lain. Ia tahu Dhuha pasti sudah berangkat kerja, sesuai informasi yang ia dapatkan. Ketika pintu terbuka, wajah Aini muncul dari celah pintu. Wanita itu terlihat terkejut, matanya membelalak saat melihat siapa yang berdiri di depannya."Alex? Apa yang kamu lakukan di sini?" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   213. Kamu Harus Pergi dari Sini!

    “Apa kabar, Anton?” suara Aini terdengar lembut dan ceria. Wanita itu memang sengaja menghubungi Anton karena diminta oleh Hakim. Anton menghela napas panjang sebelum menjawab, “Aku baik, Aini. Tapi ya, begitulah. Besok aku sidang kedua.”“Sidang kedua?” suara Aini berubah penuh perhatian. “Akhirnya ya... sudah sejauh itu. Bagaimana rasanya?”“Rasanya biasa saja. Sebagai formalitas karena aku dan Luna benar-benar selesai.” Anton menjawab jujur. “Di satu sisi aku lega, di sisi lain, ada bagian dari diriku yang masih bertanya-tanya... apa benar semua ini jalan yang terbaik, terutama untuk Aris," lanjutnya lagi. Aini terdiam sejenak. Suaranya terdengar lebih pelan saat ia berkata, “Aku paham, Ton. Besok aku juga sidang cerai kedua. Kita sama-sama bercerai dengan pasangan masing-masing."Anton tertegun. “Kamu serius? Aku nggak tahu ini sampai ke titik itu. Kukira kalian masih mencoba memperbaiki semuanya. Kamu dan Alex. Bukannya waktu itu kamu ikut pulang ke rumah Alex?"“Aku sudah ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   214. Apa Mau Dua Istri?

    Hari-hari berlalu dengan lambat sejak percakapan pagi itu. Luna tetap di rumah Anton, menjalani rutinitasnya yang kini seperti ritme yang terprogram. Ia bangun lebih awal, menata meja makan, membersihkan rumah, dan memastikan semua keperluan Anton dan Aris berjalan lancar. Ia berlakon layaknya ibu dan istri yang baik. "Assalamu'alaikum, Bu Luna.""Wa'alaykumussalam." Luna menutup kotak bekal Aris dengan cepat, lalu melihat siapa tamunya. Amel pun baru saja membuka sedikit pintu kamarnya. "Eh, Bu Arman, ada apa, Bu?" "Ini, buat Bu Luna dan Aris. Saya bikin banyak bubur sumsum." Wajah Luna semringah. "Saya senang Mbak Luna dan Mas Anton baik-baik saja sekarang. Aris juga udah jarang terdengar rewel. Alhamdulillah, akhirnya kalian rujuk juga." Wajah Luna nampak bingung. "M-maksud Ibu?""Sudah, gak usah dipikirkan. Anggap saja masa lalu itu, sebuah pelajaran. Sekarang hidup baik-baik dengan Anton dan Aris ya. Kasih adik lagi buat Aris. Biar rame rumahnya. Bisa dua atau tiga anak lagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   215. Sebenarnya Siapa yang Selingkuh?

    “Aini, kamu sudah siap? Kita harus segera ke pengadilan,” tanya Dhuha sambil melirik arlojinya. Ia duduk di ruang tamu rumah kontrakan Aini, menunggu dengan sabar meski pikirannya penuh pertanyaan.Aini muncul dari kamar dengan kemeja biru muda yang serasi dengan rok hitam selututnya polosnya. Ia tampak ragu-ragu, tetapi wajahnya mencoba terlihat tenang. “Siap, Bos. Maaf membuatmu menunggu.”Dhuha berdiri dan tersenyum tipis. “Kamu nggak usah minta maaf. Hari ini pasti berat buatmu. Aku cuma ingin memastikan kamu nggak sendirian.”Aini mengangguk pelan, lalu menarik napas panjang. “Aku hanya ingin semuanya segera selesai.”“Dan itu akan selesai, Aini. Tinggal sedikit lagi. Ayo, kita pergi sekarang.”"Aku gak kayak sales kan?" Dhuha tertawa mendengar pertanyaan Aini. "Ya, bisa dibilang mirip, sih. Sales perumahan ha ha ha... Aduh, duh, sakit, Ai!" Dhuha mengusap kasar lengannya yang dicubit gemas Aini. Mereka meninggalkan unit apartemen dengan senyuman. Terutama Dhuha yang sudah tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   216. Peringatan dari Alex

    Matahari pagi menembus jendela kamar Aini, menandai awal hari baru. Ia bangun dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pertama ia memulai rencana yang disarankan Dhuha: mencari kursus yang sesuai.Dhuha, seperti biasa, sudah menunggu di ruang tamu makan apartemen dengan secangkir kopi di tangannya. "Pagi, Aini," sapa Dhuha dengan senyuman manisnya. "Pagi, Dhuha. Tumben pagi-pagi udah ngopi." Aini menarik kursi persis di seberang Dhuha. "Aku tadi bangun jam empat subuh, bikin mi goreng. Makan roti, sekarang tiba-tiba pengen ngopi.""Bibik gak datang hari ini, jadi gak masak sarapan.""Gak papa, Dhuha, ada roti kan, aku bisa sarapan roti bakar. Sebentar." Aini bangun dari duduknya dan langsung berjalan menuju meja dapur yang masih satu ruangan dengan ruang makan. "Aku sudah cek beberapa tempat kursus. Ada yang dekat sini. Kita bisa survei hari ini kalau kamu mau."Aini tersenyum kecil sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. "Terima kasih, Dhuha. Aku nggak tahu apakah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   217. Pasangan Kumpul Kebo(Tinggal Bersama Tanpa Menikah)

    “Selamat siang, Pak Alex, maaf kalau saya mengganggu.” Suara lembut Bu Hilda terdengar di seberang telepon. Ia adalah wali kelas Intan di sekolah.Alex yang sedang menatap laptop di meja kerjanya segera menghentikan aktivitasnya. “Tidak apa-apa, Bu Hilda. Ada apa ya?”“Begini, Pak. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu. Untuk kegiatan besok, Intan diharuskan membawa tampah untuk prakarya di sekolah. Saya sudah WA Bapak dua hari lalu, tapi belum Bapak buka sepertinya.""Oh, iya, ya ampun, maaf, Bu, mungkin chat-nya ketimbun. Untung Ibu ingatkan. Baik, saya akan minta tolong orang rumah mencari tampah untuk Intan. Apa ada lagi yang harus saya bawa besok, Bu?""Oh, tidak ada, Pak. Hanya itu saja. Oh, iya, beberapa hari ini, Intan tampak sangat senang. Dia bilang ibunya, Bu Aini, datang ke sekolah. Mereka mengobrol sebentar di taman depan kelas, Pak, ” kata Bu Hilda pelan.Jantung Alex serasa berhenti sesaat. “Ibu bilang... siapa yang datang ke sekolah?”“Ibunya Intan, Pak. Maaf, saya kir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   218. Cemburu

    Sore hari, sepulang dari mengunjungi beberapa sekolah di pagi harinya, Alex langsung menuju kamar Intan. Ia menemukan gadis kecil itu sedang asyik menggambar di atas meja kecilnya. Intan tampak fokus, menggambar sesuatu dengan pensil warna.“Cantik Papa,” panggil Alex lembut, lalu duduk di kursi di samping putrinya.Intan menoleh, wajahnya cerah. “Iya, Pa? Lihat, ini gambar Intan sama Ibu,” katanya sambil menunjukkan hasil gambarnya. Di atas kertas putih itu, ada dua orang digambar dengan sederhana. Seorang wanita dengan rambut panjang sedang memegang tangan seorang anak kecil. Itu jelas Aini dan Intan.Alex terdiam sejenak, menatap gambar itu dengan perasaan campur aduk. “Gambarmu bagus sekali, Cantik,” ujarnya, berusaha tersenyum. “Tapi Papa mau ngomong sesuatu sama Intan.”Intan hanya menatap Alex dengan wajah bingung. Alex menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Papa mau pindahkan Intan dan Kak Izzam ke sekolah yang baru. Sekolahnya lebih bagus, lebih besar, dan Intan pasti suk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   219. Pilih Aku atau Dia

    Hakim menyandarkan tubuhnya di kursi ruang keluarga dengan raut wajah lelah. Di hadapannya, Viona duduk sambil memainkan ujung kerudungnya, gelisah. Budi, ayahnya, diam di sudut ruangan, memandang ke luar jendela dengan ekspresi tegang. Suasana ruangan dipenuhi kecemasan yang belum terungkap sepenuhnya."Hakim," suara Viona akhirnya memecah keheningan, terdengar pelan namun penuh tekanan. "Kamu sudah dengar kan tentang Amel dan Anton?"Hakim mengangguk perlahan. "Iya, Ma. Amel sudah cerita. Tapi aku pikir ini cuma hubungan biasa, enggak sampai serius." Padahal ia tahu kalau adiknya serius. Viona mendesah panjang, menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Hakim, ini bukan sekadar hubungan biasa. Amel sudah tinggal di rumah Anton. Kamu tahu itu? Dia tinggal di rumah pria yang masih dalam proses cerai, Hakim!"Hakim tidak terlalu terkejut. Ia sudah tahu hal itu dan pernah menasihati Amel perihal ini, tapi adiknya tetap saja keras kepala. "Iya, Ma, Hakim sudah pernah bilang kalau itu gak b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   326. Buah Kesabaran

    Hari itu, matahari bersinar lembut, seolah ikut merayakan kebahagiaan yang memenuhi hati Aini dan Dhuha. Kabar kehamilan Aini menjadi hadiah yang tidak pernah mereka sangka akan datang secepat ini. Setelah bertahun-tahun penantian dan berbagai ujian, akhirnya doa mereka terjawab.Setelah meninggalkan klinik, Dhuha tidak henti-hentinya menggenggam tangan Aini. Tatapan matanya penuh dengan cinta dan rasa syukur.“Aku masih tidak percaya, Sayang,” gumamnya sambil mencuri pandang ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya di dalam mobil.Aini tersenyum, meski air matanya belum benar-benar kering. “Aku juga, Mas. Sepertinya Allah benar-benar ingin menguji kesabaran kita sebelum akhirnya memberikan anugerah ini.”Dhuha mengangguk. “Dan kamu lulus ujian itu dengan begitu sabar dan tulus.”Aini menatap suaminya. “Bukan cuma aku. Kita berdua.”Sesampainya di rumah, Dhuha langsung menghubungi keluarganya. Maria awalnya tidak percaya, tapi saat Dhuha menunjukkan foto USG Aini, maka wanita paruh b

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   325. Kejutan dari Ria

    Ria berdiri tidak jauh dari meja mereka, mengenakan blouse berwarna pastel dan rok panjang yang anggun. Wajahnya tampak terkejut, tetapi segera berubah menjadi senyum hangat saat ia mendekat."Aku tidak menyangka akan bertemu kalian di sini," katanya sambil menarik kursi kosong di samping Aini.Dhuha hanya mengangguk kecil. Ia masih merasa canggung setiap kali bertemu Ria, mengingat alasan keberadaan wanita itu dalam hidup mereka. Sementara itu, Aini mencoba tersenyum, meski di dalam hatinya ada perasaan tak nyaman yang berputar."Kak Aini, bagaimana kabarmu?" tanya Ria, nada suaranya lembut dan penuh perhatian."Baik, meskipun sedikit tidak enak badan hari ini," jawab Aini sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.Dhuha menatap istrinya dengan cemas. "Kalau masih merasa pusing, kita pulang saja, Sayang. Istirahat lebih penting."Aini menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Mas. Aku justru senang bertemu Ria di sini."Mata Ria menatap Dhuha dan Aini bergantian. Ia bisa merasakan ketegangan yan

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   324. Ucapan Maria

    Sore itu, langit menguning keemasan, memberi nuansa hangat yang kontras dengan perasaan Dhuha yang penuh beban. Ia melangkah menuju rumah besar yang sudah sejak kecil ia tinggali, rumah tempat ibunya, Maria, menunggunya dengan segudang pertanyaan yang selalu ia hindari."Duduklah, Nak," Maria mempersilakan putranya duduk di kursi teras yang nyaman. Di hadapannya, teh melati mengepul, menebar aroma menenangkan. Namun, Dhuha tahu, pembicaraan kali ini tidak akan senyaman teh itu."Apa kabar, Ma?" tanya Dhuha, mencoba mencairkan suasana. Pria itu membuka sepatunya, sekaligus melepas dua kancing kemeja abu-abunya paling atas. "Mama sehat, kamu minum dulu!" Dhuha mengangguk. Mengambil teh melati yang aromanya sangat sedap itu. "Mama bikin pisang goreng?" "Bukan, bibik yang masak. Kamu cuci tangan dulu sana, kalau mau makan pisang goreng." Dhuha mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah. Ia mencuci tangan di wastafel ruang tengah. "Keliatannya Mama sehat, ada apa Mama panggil aku ke

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   323. Bertemu Izzam dan Intan

    Aini meraih tangan Alex dan menjabatnya pelan. Kesepakatan ini mungkin bukan yang terbaik baginya, tapi setidaknya ini adalah langkah awal untuk bisa kembali dekat dengan anak-anaknya."Terima kasih, Mas," ucapnya dengan suara nyaris berbisik.Alex mengangguk tanpa ekspresi, sementara Zita masih menampilkan senyum ramahnya. Dhuha yang duduk di samping Aini tetap tenang, meskipun tatapannya sesekali bergeser pada Zita, menilai bagaimana wanita itu bersikap."Kapan aku bisa mulai bertemu mereka?" tanya Aini hati-hati.Alex menatap Zita sejenak, seolah meminta pendapatnya."Bagaimana kalau akhir pekan ini? Hari Sabtu setelah makan siang? Kita bisa bertemu di taman dekat rumah," usul Zita."Anak-anak pasti senang sekali," tambahnya masih dengan senyum yang sama. Aini tersenyum lega. "Baik, aku akan datang."Percakapan pun berlanjut dengan membahas hal-hal ringan mengenai kegiatan anak-anak. Zita dengan santai bercerita bagaimana Intan kini semakin menyukai menggambar dan Izzam mulai tert

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   322. Berdamai dengan Takdir

    Mobil sedan hitam itu berhenti di halaman rumah besar dengan taman yang tertata rapi. Anton menatap bangunan megah itu dengan napas berat. Sudah lebih dari sebulan Amel tinggal di sini, di rumah orang tuanya, meninggalkan rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat membangun kebahagiaan bersama.Anton turun dari mobil, mengetuk pintu dengan sedikit ragu. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu.“Masuklah, Mas. Mbak Amel ada di ruang tamu,” katanya dengan sopan.Anton melangkah masuk, mendapati Amel duduk di sofa, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Sejujurnya, ia sudah mengira istrinya akan bereaksi seperti ini.“Assalamualaykum, Amel…” Anton membuka suara, suaranya bergetar. Kakinya melangkah pelan, sesekali melirik ruang tengah yang besar itu teramat sepi. Amel duduk di depan televisi dengan tatapan kosong. "Amel," panggil Anton lagi. Amel menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya tanpa minat. “Ada perlu apa datang ke sini?” tanya wanita itu sinis. Anton m

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   321. Bertemu Alex

    Pagi harinya, Aini bangun dengan tubuh lebih segar, meski pikirannya masih penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Setelah menunaikan salat subuh berjamaah dengan Dhuha, ia menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan omelet.Dhuha duduk di meja makan sambil menggulir layar ponselnya. Sesekali ia menatap Aini sambil tersenyum. "Aku selalu senang kalau lihat rambut kamu basah." Aini yang sedang mengangkat roti dari panggangan, langsung menoleh ke belakang. "Dih, dingin tahu!" balasnya sambil tersipu malu. Malu bila ingat kejadian semalam, ia yang terlalu bersemangat sampai mereka berdua jatuh dari ranjang. Suara tawa Dhuha menggema. "Tapi aku suka sama yang semalam. Boleh diulang dia hari lagi ha ha ha.... ""Emmoh!" Aini menaruh piring yang sudah ada roti panggang coklat di depan suaminya. "Diulang gerakannya, bukan jatohnya, ha ha ha... huk! huk!""Makanya jangan iseng, jadinya tersedak!" Aini memberikan air putih pada suaminya. "Maaf, Sayang, kenapa sih, aku selal

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   320. Siapa Wanita Itu?

    Aini menghapus air matanya dengan ujung jari, berusaha menenangkan diri. Dhuha masih menggenggam tangannya erat, memberikan kehangatan di tengah gemuruh emosinya. Dari kejauhan, ia memperhatikan Intan dan Izzam berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah, sesekali menoleh ke belakang untuk melambaikan tangan pada wanita yang mengantar mereka.Siapa dia? Wanita itu tersenyum hangat, begitu akrab dengan Intan dan Izzam. Aini menelan ludah. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya—perasaan kehilangan yang semakin nyata. Wanita yang sama persis dengan yang ada di media sosial Alex tempo hari. Apa wanita itu sudah menjadi istri Alex? "Mas, aku ingin tahu siapa dia," gumamnya pelan, hampir seperti bisikan.Dhuha menoleh ke arahnya, menatap dengan mata penuh pengertian. "Kalau kamu penasaran, kita bisa cari tahu. Tapi kamu harus siap dengan jawabannya."Aini menarik napas panjang. Apakah ia benar-benar siap? Ia tidak tahu. Namun, melihat bagaimana anak-anaknya terlihat nyaman dengan wanita it

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   319. Rindu Intan dan Izzam

    Maria menatap Miranti lekat-lekat, memastikan bahwa gadis itu benar-benar yakin dengan keputusannya. Sejak awal, ia tidak pernah membayangkan akan ada seseorang yang begitu rela mengorbankan dirinya seperti ini.“Tante akan bicara dengan Dhuha dan Aini,” ulang Maria, memastikan Miranti tidak berubah pikiran.Miranti mengangguk. “Terima kasih, Tante. Saya siap menghadapi mereka kapan pun. Kami hanya perlu bicara dari hati ke hati. Apapun nanti jawaban Aini dan Dhuha, saya juga gak keberatan."Maria menyandarkan punggungnya ke kursi. Pikirannya mulai mencari cara terbaik untuk menyampaikan hal ini kepada putranya dan menantunya. Aini mungkin masih belum sepenuhnya terbuka terhadap gagasan ini, meskipun ia sendiri yang mengusulkannya. Dhuha? Maria yakin putranya masih berada dalam fase menolak.Namun, waktu terus berjalan.Setelah makan siang mereka selesai, Maria dan Miranti berpisah. Namun, bagi Maria, ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan yang lebih rumit. Apa Dhuha akan set

  • Malam Pertama dengan Janda Anak 2   318.

    Aini terdiam mendengar syarat yang diajukan Dhuha. Matanya menatap suaminya, mencari keyakinan di balik permintaannya."Satu tahun, Mas?" ulangnya pelan.Dhuha mengangguk. "Iya, Ai. Kita sudah menunggu sejauh ini. Aku ingin kita memberi waktu untuk pernikahan kita lebih matang sebelum kita mengambil keputusan sebesar ini. Lagipula, dokter bilang kamu masih punya peluang hamil secara alami. Kenapa kita tidak mencoba lebih lama? Kamu bukan tidak bisa hamil, tapi memang belum waktunya. Sayang, aku ingin kita benar-benar yakin akan langkah yang ke depannya kita tempuh ini. Termasuk segala hal berkaitan dengan dampaknya, terutama mama."Aini menggigit bibirnya. Ia tahu suaminya tidak sepenuhnya setuju dengan usulannya, tapi setidaknya Dhuha tidak langsung menolaknya mentah-mentah. Ini sudah lebih baik daripada tidak ada kompromi sama sekali.Ria, yang sejak tadi memperhatikan mereka, akhirnya ikut angkat bicara. "Menurut saya, keputusan Mas Dhuha masuk akal, Kak Aini. Ini bukan hal kecil.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status