Semua Bab Misteri Janin Di Rahim Istriku: Bab 71 - Bab 80

91 Bab

Ch 71 ART Baru

Sesampainya di rumah, suasana di rumah terasa hangat. Sean langsung menggendong Hania masuk ke kamar, membaringkannya dengan lembut di atas tempat tidur.Pandangannya sesekali melirik Hania yang terlihat mulai mengantuk, wajahnya masih pucat, tetapi sudah tidak separah sebelumnya. "Istirahatlah, Sayang," bisik Sean, menyelimuti tubuh Hania dengan selimut yang lembut. Ia mencium kening Hania dengan penuh kasih sayang. "Jangan khawatir soal apa pun. Aku akan mengurus semuanya."Hania memejamkan mata, merasakan kelegaan dan ketenangan yang menyelubungi dirinya. Sentuhan lembut Sean dan kata-kata penyemangatnya memberikan kekuatan dan rasa aman.Dengan tenang, Hania tertidur pulas, melepas semua rasa lelah yang selama ini membebaninya. Sean duduk di samping tempat tidur, menatap wajah istrinya yang sedang tertidur lelap. “Aku berjanji, akan selalu menjagamu dan calon anak kita. Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk menimpamu,” gumamnya dengan terus membelai lembut wajah sang istri
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Ch 72 Perasaan Apa Itu?

“Mbak Anggi, saya minta tolong antar map ini ke Mas Sean ya, dia nunggu di halaman depan,” ucap Hania menyodorkan sebuah map berwarna biru di hadapan Anggi, ART barunya. “Baik, Nyonya, permisi.” Anggi pun beranjak melangkah menemui Sean. Anggi melangkah dengan cepat, tetapi langkahnya seketika memelan kala ia memandang Sean berdiri gagah di dekat mobilnya, aura kepemimpinan terpancar dari dirinya. Betapa berwibawanya majikan laki-lakinya itu. Dengan penampilan kantorannya Sean terlihat begitu berdamage. Pandangan Anggi tak berkedip memperhatikannya, langkahnya nyaris terhenti. “Ya Tuhan, Tuan Sean tampan sekali,” gumamnya dalam hati, Anggi terpesona. Anggi terpaku sejenak, terpesona oleh ketampanan Sean. Namun, ia segera tersadar dan menguatkan diri. Ia harus profesional, ia hanya seorang ART. Anggi pun melangkah maju, hatinya berdebar kencang. "Tuan Sean," sapa Anggi, suaranya sedikit bergetar, "Nyonya Hania menyuruh saya mengantar map ini." Sean menerima map itu dengan senyuman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Ch 73 Kandungan Lemah Lagi

Hania dan Anggi kembali melangkah, senyum mengembang di wajah Hania, pandangannya terus memperhatikan sekitar hendak mencari-cari apa yang ingin ia beli. Namun, senyum itu sirna seketika. Hania terhenti, tangannya meraih perut yang terasa nyeri."Aduh," desah Hania, wajahnya mengerut menahan rasa sakit.Anggi yang berjalan di sampingnya sontak tersentak. Ia menoleh ke arah Hania dengan raut wajah panik. "Nyonya, apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar."Perut saya sakit, Mbak," jawab Hania, suaranya terdengar lemah. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin mulai membasahi keningnya.Anggi terdiam sejenak, pikirannya kalut. Ia tak tahu harus berbuat apa. Segera, ia meraih ponselnya dan menghubungi Pak Dadang, sopir yang mengantar mereka tadi."Pak Dadang, mohon bantuannya. Nyonya Hania tiba-tiba sakit perut. Mohon jemput kami di dalam," ucap Anggi, suaranya terdengar sedikit terengah-engah.Pak Dadang yang mendengar kabar itu langsung bergegas masuk. Anggi, dengan sigap, mera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Ch 74 Perasaan Bersalah Anggi

“Saya ingin berpesan kepada kamu Mbak Anggi, tolong pantau Hania jangan biarkan dia menyentuh pekerjaan apa pun, jika ada sesuatu yang dia mau hubungi saya, saya yang akan mencarinya,” ucap Sean pagi itu saat ia berada di ruang makan. Anggi mengangguk sopan, “Baik, Tuan,” jawabnya lembut. Dalam hatinya berkata betapa beruntungnya menjadi Hania dapat memiliki suami seperti Sean yang tampak begitu mencintainya. “Terima kasih, Mbak Anggi. Kalau begitu saya berangkat dulu,” tambahnya yang kemudian melangkah pergi. Mobilnya meluncur pergi, meninggalkan jejak debu di jalan setapak. Anggi masih menatap kepergiannya, pandangannya tak lepas hingga mobil Sean lenyap di balik tikungan, meninggalkan kesunyian yang tiba-tiba terasa mencekam. Bayangan Sean, sosok yang semakin hari semakin memikat hatinya, terpatri jelas di benaknya.Sebuah desah pelan lolos dari bibir Anggi. "Tuan Sean ... pesonanya semakin tak tertahankan," gumamnya lirih, ucapan tak sengaja yang terlontar dari lubuk hatinya y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Ch 75 Anggi Mulai Berniat

"Silakan, Tuan," ucap Anggi, ART Sean, seraya menyodorkan segelas susu putih di hadapannya. Suaranya lembut, hampir tak terdengar."Terima kasih, Mbak Anggi," jawab Sean.Anggi tersenyum tipis, kemudian beranjak meninggalkan ruangan. Sejak Hania, terbaring lemah di ranjang. Kehamilannya yang memasuki trimester kedua diiringi komplikasi yang membuat dokter menyarankan istirahat total. Sean selalu sarapan seorang diri. Arum, ibu Sean, tak bisa selalu menemaninya karena sering bepergian ke luar negeri bersama suaminya, Vin.Sean menikmati sarapannya perlahan. Gayanya yang tenang dan berwibawa membuat Anggi terpaku memperhatikannya dari balik pintu. Perasaannya semakin hari semakin kuat, terpesona oleh sosok majikannya yang menawan.Setiap pagi, Anggi selalu menyaksikan Sean menikmati sarapannya dengan tenang, seolah tak terbebani oleh beban hidup. Namun, di balik ketenangan itu, Anggi merasakan kesedihan yang terpancar dari mata Sean. Dia tahu, Sean merindukan Hania, istrinya yang sedan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Ch 76 Awal Tugas Anggi Mengurus Sean

Pagi itu, suasana rumah Sean terasa hening, seperti sebuah gambaran yang menyiratkan ketegangan yang tak terucapkan. Hania terbaring lemah di tempat tidur, tubuhnya masih terlihat sangat rentan setelah kejadian kemarin yang hampir mengguncang dunia mereka. Meskipun cairan infus sudah membantu tubuhnya pulih sedikit demi sedikit, rasa sakit yang mendalam dan kelelahan membuat Hania sulit untuk benar-benar tenang. Setiap kali napasnya terasa lebih ringan, ketegangan di dada Sean kembali datang, mengingatkan dia pada kenyataan bahwa istrinya masih sangat rapuh. Sean duduk di tepi ranjang, memandangi wajah Hania yang terlelap dalam tidur. Seperti biasa, wajahnya yang lembut dan penuh kasih itu menenangkan hati Sean, tetapi bayang-bayang kekhawatiran tetap menghantui setiap detik yang berlalu. Setiap gerakan Hania, setiap tarikan napasnya, menjadi pusat perhatian Sean. Matanya tak pernah lepas dari istrinya yang sedang terlelap, meskipun tubuhnya terasa sangat lelah.Hania membuka matanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Ch 77 Kecurigaan Arum

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Meskipun matahari sudah mulai meninggi, sinar hangatnya tampak tertahan oleh awan mendung yang menggantung rendah di langit. Rumah besar milik keluarga Sean terasa hening, seolah-olah semua penghuni di dalamnya tengah terperangkap dalam ruang waktu yang penuh ketegangan. Hania, yang masih terbaring lemah, tak banyak beraktivitas. Sejak kejadian kemarin, ia lebih banyak tidur, berusaha memulihkan tubuhnya yang sangat lelah.Sean, meskipun berusaha tampak tenang, tidak bisa mengabaikan rasa cemas yang terus menggelayuti hatinya. Setiap kali ia melihat Hania, hatinya mencemaskan setiap perubahan kecil dalam keadaan istrinya. Begitu pula dengan Anggi yang, mulai menunjukkan perhatian yang lebih besar dari yang seharusnya. Tak jarang, Sean mendapati dirinya terperangkap dalam pandangan mata Anggi yang penuh harap, yang meskipun disembunyikan, tetap tidak bisa ia abaikan begitu saja.Pagi itu, saat Sean sedang sibuk menyantap sarapan untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Ch 78 Perilaku Anggi Semakin Mencolok

Arum sungkan untuk melanjutkan ucapannya. Dan terdiam menyambut kemunculan Anggi. ***Pagi itu, Angin berhembus pelan melalui jendela yang sedikit terbuka, menggerakkan tirai dengan lembut, seolah menyambut datangnya hari baru. Di meja makan, Sean sedang duduk, memandangi secangkir kopi yang ada di depannya, tetapi matanya kosong, seolah memikirkan hal-hal yang lebih dalam.Hania, yang duduk di sampingnya, mengamati setiap gerak-geriknya dengan hati-hati. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, dia mulai merasa ada yang aneh, meskipun Sean berusaha tetap terlihat tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran yang berlebihan.Anggi, pembantu rumah tangga mereka, baru saja masuk ke ruang makan. Ia membawa sebuah piring kecil berisi roti bakar yang terlihat lebih cantik dari biasanya, dihias dengan selai stroberi yang melimpah.Senyum Anggi saat menaruhnya di depan Sean tidak lagi sekadar senyum profesional, melainkan lebih terasa seperti senyum pribadi, senyum yang penuh dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Ch 79 Konfrontasi Hania dan Anggi

Akan tetapi, sebelum ia sempat berkata apa-apa, pintu kamar terbuka perlahan. Anggi muncul dengan membawa nampan kosong, senyum yang terukir di wajahnya seperti biasanya, tetapi matanya ... matanya terlihat berbeda. "Maaf, Nyonya, Tuan, saya hanya ingin mengambil piring kosong ini," ucapnya melirik piring, mangkuk, dan gelas bekas Hania makan. Hania dan Sean hanya mengangguk. Membiarkan Anggi bergerak seperti biasa. *** Hati Hania terasa berat. Setelah beberapa hari merasa gelisah, kecurigaannya terhadap Anggi semakin menguat. Dia merasa ada yang tak beres, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sesuatu yang mengusik ketenangannya. Namun, dia juga sadar, selama ini dia hanya berdiam diri, membiarkan perasaannya berkembang tanpa mencari kepastian. Di ruang makan, Sebelum melakukan aktifitas sehari-harinya, Sean lebih dulu sarapan dengan tenang, seperti biasa. Meskipun wajahnya terlihat cerah, Hania tahu bahwa di dalam hatinya masih ada beban berat. Kehamilan y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Ch 80 Kelahiran Bayi Hania

Beberapa bulan kemudian. Kamar rumah sakit itu tercium harum dari bunga-bunga segar yang dikirimkan teman-teman Sean dan Hania. Ada kebahagiaan yang menggantung di udara, meski sedikit teredam oleh rasa lelah yang menghinggap di tubuh Hania. Dia baru saja melalui proses kelahiran yang panjang, dan meski tubuhnya merasa rapuh, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang tak terlukiskan.Di samping ranjang, Sean duduk dengan tangan menggenggam tangan Hania, wajahnya dipenuhi dengan senyum bahagia, meskipun ada garis-garis kelelahan yang mulai tampak di bawah matanya. Mereka telah menanti momen ini selama sembilan bulan, dan kini bayi perempuan mereka, yang diberi nama Ayla Vincent Smith, akhirnya ada di dunia.Bayi itu tampak begitu cantik, dengan pipi bulat, mata kecil yang terpejam, dan tangan yang digenggam erat oleh Hania. "Dia cantik sekali, kan?" Hania berbisik, matanya yang lelah menyapu wajah kecil putrinya.Sean menatap bayinya dengan mata yang penuh cinta. "Cantik sekali seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status