Home / Pernikahan / Misteri Janin Di Rahim Istriku / Chapter 61 - Chapter 65

All Chapters of Misteri Janin Di Rahim Istriku: Chapter 61 - Chapter 65

65 Chapters

Ch 61 Keadaan Sean Semakin Memburuk

Hari ini Hania berkunjung ke rumah sang bunda. Setelah semua hal waris Hania yang memegang, Heni tak lagi ikut campur, ia beristirahat total menyambut usia senjanya. Hania melangkah memasuki rumah sang bunda, sebuah rumah sederhana yang penuh dengan kenangan masa kecilnya. Heni, sang bunda, duduk di ruang tamu, raut wajahnya tampak menua, tetapi senyumnya masih hangat seperti biasanya."Bagaimana, Han? Semua berjalan lancar?" tanya Heni, suaranya lembut, penuh perhatian."Alhamdulillah, Bun. Semua berjalan lancar, Mas Bian yang membantu urusanku," jawab Hania, senyum tipis menghiasi wajahnya. Heni mengangguk, merasa bahagia karena menilai Hania dapat melakukan tugas dengan baik."Oiya, Han, bagaimana? Apa kamu sudah hamil?" Sebuah pertanyaan yang membuat ekspresi wajah Hania seketika berubah. Rona merah merayap di pipinya, matanya menunduk.Sudah beberapa bulan ia menikah, tapi entahlah mengapa ia tak kunjung hamil? Hania menggeleng, "Belum, Bun. Mungkin Allah belum kasih aku keper
Read more

Ch 62 Hania Bersedih

Pintu rumah terbanting keras. Hania terhuyung masuk, tubuhnya lemas. Air mata yang sejak tadi tertahan di pelupuk mata, kini tumpah tak terbendung. Ia terduduk di lantai ruang tamu, tubuhnya meringkuk seperti anak kucing yang ketakutan.Tangisnya pecah, membahana di ruangan yang sunyi. Bayangan Sean terlintas di benaknya, wajahnya pucat pasi, matanya kosong. Hania teringat ucapan Arum, "Puas kamu melihat Sean seperti ini?" Kata-kata itu menusuk hatinya, menggores luka yang tak kunjung sembuh.Hania terisak, "Sean ... aku tak pernah bermaksud melukaimu ... aku tak pernah ingin melihatmu seperti ini ...."Pernikahannya dengan Bian, yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan, justru menjadi petaka bagi Sean. Sean, yang selalu mencintainya, terpuruk dalam depresi. Hati Hania hancur berkeping-keping. Ia merasa bersalah, merasa bertanggung jawab atas penderitaan Sean."Aku tak tahu harus berbuat apa lagi, Sean ...." Hania berbisik, suaranya teredam oleh tangisnya. "Aku ingin menolongmu, tapi
Read more

Ch 63 Bian Ternyata ....

Di tengah-tengah perjalanan Bian, laju mobilnya memelan kala suara dering ponsel berdering. Nama Bunda Heni tertera dilayar benda pipih itu. Cepat-cepat Bian menjawabnya. “Assalamu'alaikum, Bun.”“Walaikumsalam, Bian. Bian segera ke rumah sakit ya ajak istrimu.”Bian mengerutkan dahi, rumah sakit? Apa yang terjadi pada ibu mertuanya itu? “Memangnya ada apa ya, Bun? Bunda sakit?”“Oh tidak. Ini tadi bunda tidak sengaja bertemu dokter Tari. Beliau menyampaikan pesan jika ingin menyampaikan sesuatu pada kalian. Nah karena bunda pengen nemenin kalian jadi kalian aja yang ke sini sekarang ya,” jawab Heni. Bian mengerti dan mengangguk. “Baik, Bun. Aku dan Hania akan segera ke sana.” Bian pun memutar balik laju mobilnya, kembali ke rumah untuk menjemput Hania. Ia sejenak melupakan permasalahan akan Sean, ada permasalahan yang lebih penting yang harus ia urus terlebih dulu. Dokter Tari adalah seorang dokter kandungan yang diajak konsultasi oleh Hania dan Bian. Sementara hasil tes belum ke
Read more

Ch 64 Sean Semakin Memburuk

Hania dan Bunda Heni terdiam, matanya mengikuti kepergian Bian. Mereka tak bisa menahan Bian, tak bisa memaksanya untuk tetap berada di sana. Mereka hanya bisa berharap Bian akan kembali, akan mau mendengarkan penjelasan Dokter Tari, akan mau mempertimbangkan solusi yang ditawarkan."Hania, apa yang harus kita lakukan?" Bunda Heni bertanya, suaranya bergetar. Ia merasa tak berdaya melihat Bian yang terpuruk dalam kesedihan.Hania pun tak tahu jawabannya. Ia hanya bisa memeluk Bunda Heni erat, mencari penghiburan di pelukan hangat sang ibu. Mereka berdua sama-sama merasa kehilangan, sama-sama merasa tak berdaya."Kita akan menunggu Mas Bian, Bun," Hania berkata, suaranya bergetar. "Kita akan terus mendukungnya, apa pun yang terjadi."Bunda Heni mengangguk pelan. Entah bagaimana perasaan Heni saat ini, ia telah lama menginginkan seorang cucu, tapi sekarang malah takdir berkata lain. Apakah ia kecewa dengan Bian, menantunya? Hania beranjak, hatinya dipenuhi kekhawatiran. "Mas Bian,
Read more

Ch 65 Mengembalikan Hania

Libur sekolah tiba, menghidupkan suasana rumah dengan keceriaan dan tawa. Sagara, anak kecil nan polos, menikmati waktu bermain bersama Hania. Mereka bermain petak umpet, membuat kue bersama, dan bercerita tentang berbagai hal.Tiba-tiba …."Bunda, Saga pengen punya adik," ucap Sagara, matanya berbinar-binar, menatap Hania dengan penuh harap. Ia mencoba meniru ucapan teman-temannya di sekolah yang memiliki adik. Namun, ucapan polos Sagara itu menghentikan tawa Hania. Ekspresi wajahnya berubah, mencerminkan rasa sedih dan kerinduan.Hania terdiam, menatap Sagara dengan tatapan kosong. Ia tak mampu menjawab pertanyaan polos anaknya itu. Hati Hania terasa sesak, dipenuhi rasa sakit dan kekecewaan.Sagara, yang tak mengerti apa yang dirasakan ibunya, menarik tangan Hania, mencoba menarik perhatiannya. "Bunda, Saga pengen punya adik. Teman-teman Saga di sekolah punya adik, mereka seru main bareng."Hania mengelus kepala Sagara, mencoba untuk tersenyum. "Iya, Sayang, Nanti dibuatkan adik y
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status