Semua Bab Misteri Janin Di Rahim Istriku: Bab 61 - Bab 70

91 Bab

Ch 61 Keadaan Sean Semakin Memburuk

Hari ini Hania berkunjung ke rumah sang bunda. Setelah semua hak waris Hania yang memegang, Heni tak lagi ikut campur, ia beristirahat total menyambut usia senjanya. Hania melangkah memasuki rumah sang bunda, sebuah rumah mewah yang penuh dengan kenangan masa kecilnya. Heni, sang bunda, duduk di ruang tamu, raut wajahnya tampak menua, tetapi senyumnya masih hangat seperti biasanya. "Bagaimana, Han? Semua berjalan lancar?" tanya Heni, suaranya lembut, penuh perhatian. "Alhamdulillah, Bun. Semua berjalan lancar, Mas Bian yang membantu urusanku," jawab Hania, senyum tipis menghiasi wajahnya. Heni mengangguk, merasa bahagia karena menilai Hania dapat melakukan tugas dengan baik. "Oiya, Han, bagaimana? Apa kamu sudah hamil?" Sebuah pertanyaan yang membuat ekspresi wajah Hania seketika berubah. Rona merah merayap di pipinya, matanya menunduk. Sudah beberapa bulan ia menikah, tapi entahlah mengapa ia tak kunjung hamil? Hania menggeleng, "Belum, Bun. Mungkin Allah belum kasih aku keperca
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-15
Baca selengkapnya

Ch 62 Hania Bersedih

Pintu rumah terbanting keras. Hania terhuyung masuk, tubuhnya lemas. Air mata yang sejak tadi tertahan di pelupuk mata, kini tumpah tak terbendung. Ia terduduk di lantai ruang tamu, tubuhnya meringkuk seperti anak kucing yang ketakutan.Tangisnya pecah, membahana di ruangan yang sunyi. Bayangan Sean terlintas di benaknya, wajahnya pucat pasi, matanya kosong. Hania teringat ucapan Arum, "Puas kamu melihat Sean seperti ini?" Kata-kata itu menusuk hatinya, menggores luka yang tak kunjung sembuh.Hania terisak, "Sean ... aku tak pernah bermaksud melukaimu ... aku tak pernah ingin melihatmu seperti ini ...."Pernikahannya dengan Bian, yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan, justru menjadi petaka bagi Sean. Sean, yang selalu mencintainya, terpuruk dalam depresi. Hati Hania hancur berkeping-keping. Ia merasa bersalah, merasa bertanggung jawab atas penderitaan Sean."Aku tak tahu harus berbuat apa lagi, Sean ...." Hania berbisik, suaranya teredam oleh tangisnya. "Aku ingin menolongmu, tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-16
Baca selengkapnya

Ch 63 Bian Ternyata ....

Di tengah-tengah perjalanan Bian, laju mobilnya memelan kala suara dering ponsel berdering. Nama Bunda Heni tertera dilayar benda pipih itu. Cepat-cepat Bian menjawabnya. “Assalamu'alaikum, Bun.”“Walaikumsalam, Bian. Bian segera ke rumah sakit ya ajak istrimu.”Bian mengerutkan dahi, rumah sakit? Apa yang terjadi pada ibu mertuanya itu? “Memangnya ada apa ya, Bun? Bunda sakit?”“Oh tidak. Ini tadi bunda tidak sengaja bertemu dokter Tari. Beliau menyampaikan pesan jika ingin menyampaikan sesuatu pada kalian. Nah karena bunda pengen nemenin kalian jadi kalian aja yang ke sini sekarang ya,” jawab Heni. Bian mengerti dan mengangguk. “Baik, Bun. Aku dan Hania akan segera ke sana.” Bian pun memutar balik laju mobilnya, kembali ke rumah untuk menjemput Hania. Ia sejenak melupakan permasalahan akan Sean, ada permasalahan yang lebih penting yang harus ia urus terlebih dulu. Dokter Tari adalah seorang dokter kandungan yang diajak konsultasi oleh Hania dan Bian. Sementara hasil tes belum ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Ch 64 Sean Semakin Memburuk

Hania dan Bunda Heni terdiam, matanya mengikuti kepergian Bian. Mereka tak bisa menahan Bian, tak bisa memaksanya untuk tetap berada di sana. Mereka hanya bisa berharap Bian akan kembali, akan mau mendengarkan penjelasan Dokter Tari, akan mau mempertimbangkan solusi yang ditawarkan."Hania, apa yang harus kita lakukan?" Bunda Heni bertanya, suaranya bergetar. Ia merasa tak berdaya melihat Bian yang terpuruk dalam kesedihan.Hania pun tak tahu jawabannya. Ia hanya bisa memeluk Bunda Heni erat, mencari penghiburan di pelukan hangat sang ibu. Mereka berdua sama-sama merasa kehilangan, sama-sama merasa tak berdaya."Kita akan menunggu Mas Bian, Bun," Hania berkata, suaranya bergetar. "Kita akan terus mendukungnya, apa pun yang terjadi."Bunda Heni mengangguk pelan. Entah bagaimana perasaan Heni saat ini, ia telah lama menginginkan seorang cucu, tapi sekarang malah takdir berkata lain. Apakah ia kecewa dengan Bian, menantunya? Hania beranjak, hatinya dipenuhi kekhawatiran. "Mas Bian,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Ch 65 Mengembalikan Hania

Libur sekolah tiba, menghidupkan suasana rumah dengan keceriaan dan tawa. Sagara, anak kecil nan polos, menikmati waktu bermain bersama Hania. Mereka bermain petak umpet, membuat kue bersama, dan bercerita tentang berbagai hal.Tiba-tiba …."Bunda, Saga pengen punya adik," ucap Sagara, matanya berbinar-binar, menatap Hania dengan penuh harap. Ia mencoba meniru ucapan teman-temannya di sekolah yang memiliki adik. Namun, ucapan polos Sagara itu menghentikan tawa Hania. Ekspresi wajahnya berubah, mencerminkan rasa sedih dan kerinduan.Hania terdiam, menatap Sagara dengan tatapan kosong. Ia tak mampu menjawab pertanyaan polos anaknya itu. Hati Hania terasa sesak, dipenuhi rasa sakit dan kekecewaan.Sagara, yang tak mengerti apa yang dirasakan ibunya, menarik tangan Hania, mencoba menarik perhatiannya. "Bunda, Saga pengen punya adik. Teman-teman Saga di sekolah punya adik, mereka seru main bareng."Hania mengelus kepala Sagara, mencoba untuk tersenyum. "Iya, Sayang, Nanti dibuatkan adik y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-17
Baca selengkapnya

Ch 66 Bian Kecelakaan

"Aku... aku mandul. Tidak bisa memberikan Hania keturunan," ucap Bian, suaranya bergetar, membuat Vin dan Arum terpaku. Seolah-olah sebuah bom meledak, menghancurkan ketenangan yang sebelumnya menyelimuti mereka. Hening. Hanya decak napas Bian yang berat dan terengah-engah yang memecah keheningan mencekam itu."Tapi, Bian, saya tidak ingin mengorbankan apa pun demi untuk anak saya. Saya tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan ini," ucap Vin, suaranya bergetar menahan amarah. Bian mengerutkan kening, matanya membulat tak percaya."Kenapa, Om? Saya melakukan ini ikhlas, saya tidak berharap apa pun, saya hanya ingin Hania memiliki keturunan.""Saya tahu, tapi saya tidak akan bahagia jika anak saya berbahagia di atas penderitaan orang lain," jawab Vin, suaranya tegas.Arum, istri Vin, menyaksikan percakapan itu dengan tatapan dingin. Ia merasakan amarah membuncah di dadanya, melihat Bian yang seolah-olah menganggap enteng pengorbanan yang akan dilakukannya. "Ini semua hanya drama," gu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Ch 67 Permintaan Diterima

Setelah kepergian Bian, rumah yang dulunya dipenuhi tawa dan canda kini dipenuhi kesunyian. Hania menjalani hari-harinya dalam kesedihan yang mendalam. Bayangan Bian selalu menghantuinya, mengingatkannya pada kebahagiaan yang telah pergi. Setiap sudut rumah mengingatkannya pada Bian. Sofa tempat mereka berdua menonton film, meja makan tempat mereka berbagi cerita, bahkan kamar tidur mereka yang dulu dipenuhi dengan aroma parfum Bian, semuanya terasa kosong dan hampa. Hania sering terbangun di tengah malam, mencari Bian di sampingnya. Namun, yang ia temukan hanyalah bantal kosong dan selimut yang terlipat rapi. Ia meraba-raba tempat tidur, berharap menemukan Bian di sana. Namun, hanya keheningan yang menjawabnya. Hania terduduk di tepi tempat tidur, memeluk erat bantal Bian. Ia mencium aroma parfum Bian yang masih tertinggal di bantal itu, berharap bisa merasakan kehadiran Bian kembali. "Aku merindukanmu, Mas Bian," lirihnya, air matanya mengalir deras. "Aku sangat merindukanmu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

Ch 68 Sean Bangkit

Hania melangkah dengan hati-hati, memasuki rumah mewah Vin. Arum dan Vin berjalan di sisinya, langkah mereka beriringan menuju ruang kamar Sean. Suasana hening, hanya derap langkah mereka yang memecah kesunyian.“Sean ada di dalam, Han. Dia tak pernah mau keluar dari kamarnya sejak dia tahu kamu telah menikah,” ucap Arum, suaranya sedikit bergetar. Pandangan Hania tertuju pada pintu kamar yang tertutup rapat, seakan menyimpan sebuah misteri kelam.“Sekali dia keluar kamar, dia akan berlari tanpa tujuan,” lanjut Arum, matanya tertuju pada pintu itu, seolah-olah melihat bayangan Sean yang tersiksa.Hania terdiam, memikirkan betapa buruknya kondisi Sean selama ini. Bayangan wajah Sean yang dulu ceria kini tergantikan oleh kesedihan yang mendalam."Bolehkah aku menemuinya?" tanya Hania, suaranya lembut. Vin mengangguk pelan. "Tentu, Han. Masuklah!"Hania menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dengan langkah yang berat, dia mendekati pintu kamar Sean. Jantungnya berdebar k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

Ch 69 Babak Baru (Season Kedua)

Kondisi Sean membaik setiap harinya. Bayangan depresi yang selama ini membayangi mulai sirna, tergantikan oleh kehadiran Hania yang tak pernah lelah menemaninya. Perlahan, tapi pasti, ikatan mereka tumbuh semakin kuat. Dan akhirnya, di bawah langit yang cerah, diiringi suara debur ombak yang menenangkan—metafora sempurna bagi perjalanan panjang mereka—Sean dan Hania mengikat janji suci pernikahan. Janji yang disegel bukan hanya dengan cincin, tetapi dengan ikatan cinta yang telah teruji waktu dan cobaan. Sebuah babak baru dimulai, penuh harapan dan janji akan kebahagiaan yang abadi. Beberapa tahun kemudian. Sebuah kabar bahagia menggema di rumah Sean dan Hania. "Mas, aku hamil!" seru Hania, wajahnya berseri-seri. Sean, awalnya tertegun, kemudian menatap surat hasil pemeriksaan kehamilan yang Hania berikan. Senyum lebar merekah di wajahnya. "Kamu serius?" tanyanya, suaranya bergetar karena haru. Pelukan hangat membungkus Hania, "Alhamdulillah," bisik Sean, "Akhirnya aku akan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Ch 70 Perhatian Sean

Hania menjalani hari-harinya dengan tekun membersihkan rumah, sendirian. Tak jarang Arum, dengan tulusnya, ingin membantu. Namun, Hania selalu menolak, hatinya tak tega melihat orang tua seperti Arum melakukan pekerjaan rumah tangga."Biarkan aku saja, Mi," ujar Hania, senyumnya tulus. Sejak kepergian Mbok Sri sebulan yang lalu, Hania seolah menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Hanya ada tukang taman dan beberapa satpam sebagai pekerja lainnya. Hania meringis, kelelahan mulai menjalarinya. Ia menyeka keringat yang membasahi keningnya, tubuhnya lemas. Pandangannya tertuju pada mainan Sagara yang berserakan di ujung ruangan. Hati Hania mendadak sesak, napasnya tersengal."Sagara! Sagara! Selalu saja seperti ini," gumamnya, suaranya masih terdengar lembut. Dengan tangan gemetar, Hania segera merapikan mainan Sagara. Ia berusaha tegar, meski rasa lelah mulai menggerogoti hatinya. Hania merindukan Mbok Sri, sosok yang selalu ada untuknya dan Sagara. "Kapan Mbok Sri akan kembali?" bati
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status