Beranda / Pendekar / Giok Langit / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Giok Langit: Bab 31 - Bab 40

49 Bab

Bab 31 : Hutang Budi

“Ah, maaf.” Cang Er mundur selangkah, wajahnya merah padam.Long Wei mengalihkan pandangan, dia pun merasa malu ketika tiba-tiba dipeluk oleh seorang gadis.Keadaan canggung pun datang tanpa diundang.“Yah ... intinya aku datang ke sini untuk menyelamatkanmu. Nanti aku ceritakan bagaimana aku bisa sampai sini kalau kau memang penasaran,” ujar Long Wei memecah kecanggung. Pemuda itu menunjuk ke atas, tempat atap tadi sudah berlubang. “Ayo lewat sana.”“Kakak Long.” Panggilan ini segera mengalihkan perhatian Long Wei.“Ya?”Cang Er menunjuk kakinya, terlihat rantai besi di sana yang mengikat kedua kaki gadis itu. Ujung rantai tersebut tertanam di dinding kuat sekali, membuat Cang Er mampu bergerak bebas tapi hanya dalam ruangan ini, tak bisa pergi ke luar. Gadis itu menggeleng lemah.“Aku tidak bisa keluar,” katanya murung.Long Wei baru menyadari rantai tersebut. “Mereka memperlakukanmu seperti ini?”Cang Er hanya menunduk.“Maaf kalau aku tidak sopan, aku mendengar kalau Zhu Ren akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 32 : Penyusup

Keterkejutan yang menghantam diri Long Wei kali ini benar-benar terlalu keras. Sesaat ia seperti kehilangan keseimbangan diri, kakinya seolah melayang dan itu membuatnya terkejut lagi. Karena rasa kaget yang saling bertumpuk ini membuat kaki Long Wei terpeleset di genteng itu walau keadaannya masih duduk. Kakinya menggesek genteng terlalu keras—terlalu keras bagi telinga tajam Pek Sian.Gesekan kecil itu sudah cukup bagi Pek Sian untuk melompat keluar melalui jendela dan menerjang atap.“Penguntit!”Terdengar dentuman teredam sebelum salah satu bayangan terlontar ke taman gelap. Itu adalah tubuh Pek Sian sendiri.“Siapa kau?” Pek Sian memandang ke puncak pondok yang masih menjadi tempat berdiri Long Wei. Perlahan dia mengeluarkan senjatanya yaitu sebuah pedang.Cang Er melompat keluar pula, berdiri saling berhadapan dengan Pek Sian di taman tersebut.“Bagaimana?” tanya Long Wei yang sudah siap dengan tongkat bambunya. “Bereskan dia?”Cang Er menggelengkan kepala ke arahnya sebelum men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 33 : Pertempuran Malam

Satu hal yang mengejutkan mereka yaitu ikut bergabungnya orang-orang penghuni komplek selir Zhu Ren. Para wanita yang datang berjumlah satu lusin. Long Wei yakin itu bukan jumlah total, tapi dia tak bisa menutupi rasa kagum karena di antara para selir banyak juga yang ahli silat.“Cu Lim, kau urus lelaki itu, biar aku menghukum Nona Lu yang mencoba melarikan diri.”Cang Er menatap sinis kepada Pek Sian yang baru saja mengatakan itu. Di sisi lain Long Wei segera memusatkan perhatian kepada lelaki serba biru yang tadi dipanggil Cu Lim. Orang itu telah bersiap dengan pedangnya.“Cang Er bagianku. Urusanku dengannya belum selesai,” ujar Shi tak terima.Gadis itu bersikap waspada karena menjadi incaran dua orang.Pengepungan makin rapat, mereka sudah mencabut senjata masing-masing yang berbagai bentuk. Pedang, tombak, golok, ruyung, kapak, semua telah siap meminum darah lawan.“Haaaahhh!”Teriakan Cu Lim ini seolah menjadi pembuka pertempuran. Berbareng dengan itu, pedang yang tadi tergeng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 34 : Runtuh

Waktu Long Wei sedang sibuk menghindari tusukan-tusukan pasak Shi saat Cu Lim menebasnya dari jauh. Pemuda itu merundukkan badan dengan kaki kiri ditekuk sedangkan kaki kanan diluruskan, secara bersamaan tusukan Shi dan tebasan Cu Lim luput.Shi menusuk ke bawah mengarah ubun-ubun. Namun, Long Wei yang sudah dapat menduga gerakan itu mampu mengatasinya dengan tangkapan menggunakan tangan kiri. Ia mengerahkan hawa Im yang kuat sekali sehingga tubuh Shi menggigil.Long Wei menotok ulu hati sebagai serangan susulan. Shi tak mau meremehkan serangan itu dan dia memilih untuk melompat mundur. Tiga orang ini lantas saling pandang dengan napas yang sama-sama memburu.“Murid siapa kau?” Cu Lim memicingkan mata. Sejenak diliriknya sang kekasih dan beberapa wanita lain yang duduk kesakitan. Satu dua orang sudah ada yang rebah dengan napas kesusahan, hampir mati. “Kuakui kau sungguh luar biasa. Bergabunglah dengan kami.”“Murid siapa aku tidak penting. Untuk tawaranmu, maaf aku menolak. Aku punya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 35 : Kenangan Pagi Itu

Mereka menguburkan para mayat anak buah Zhu Ren dibantu oleh para warga pagi hari berikutnya. Mereka dengan suka cita melakukan itu karena kini sudah terbebas dari belenggu Zhu Ren yang kejam. Beberapa hari kemudian, semua orang sepakat kalau Hartawan Tung yang menjadi kepala desa Cin Wu karena orang itu yang selama ini selalu bersikap baik di tengah tirani seorang Zhu Ren.Beruntung ada murid-murid Taring Naga. Bagi orang-orang yang tidak mati dalam pertempuran, mereka lepaskan dengan janji tak akan mengulangi perbuatan sesat lagi atau seluruh anak keturunan dan leluhur akan terkutuk. Karena kehadiran murid Taring Naga pula, tak ada orang yang berani bersikap buruk kepada para mayat itu seberapa pun mereka ingin.“Sayang sekali dia mati.” Siauw Ki memandang mayat Hartawan Cia yang digotong oleh empat orang lelaki dewasa.Long Wei yang mendengar itu mengerutkan kening. “Ada apa dengan orang itu?”Siauw Ki menggeleng. “Dia orangnya pemerintah.”“Apa?”“Karena keberadaan orang itu pula,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 36 : Permusuhan

Tujuan Long Wei berikutnya adalah mencari keberadaan Tangan Maut untuk masalah yang sama seperti Zhu Ren, membereskan urusan lama. Sembari melangkah, Long Wei juga mencari informasi ke setiap tempat yang memungkinkan baik itu kota atau desa bahkan warung-warung pinggir jalan. Semua informasi itu mengarahkan kakinya terus ke barat.Semakin dekat ke barat, banyak sekali orang-orang membicarakan tentang satu perkumpulan yang katanya paling anti pemerintah. Mereka adalah para pejuang rakyat yang bergerak dari balik bayangan, menggempur pemerintahan lalim yang mengabaikan rakyat sendiri karena terlalu sibuk dengan Giok Langit dan perang melawan suku-suku di utara. Nama perkumpulan ini adalah Perkumpulan Singa Emas.Long Wei terus-terusan merasa kagum atas sepak terjang perkumpulan itu yang ia dengar dari mulut banyak orang. Mereka selalu menggambarkannya bagai sosok pahlawan yang dengan gagah berani menentang kejahatan. Diam-diam Long Wei ingin sekali bertemu mereka.Malam itu Long Wei har
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 37 : Putri Xu Liangchen

Long Wei sudah bersiap untuk melakukan sesuatu apa pun yang diperlukan seandainya lima orang Singa Emas itu menyerang. Namun, mereka justru bersembunyi makin jauh ke dalam bayangan ketika kereta kuda yang dinaiki gadis cantik itu keluar dari pintu gerbang belakang.Tiga orang dari Pedang Api ikut mengawal menggunakan kuda masing-masing sedangkan kusir dari kereta kuda tersebut bukan lain adalah Ceng Tok sendiri.Lima orang dari perkumpulan Singa Emas itu mengikuti dari jauh. Long Wei pun melakukan hal yang sama. Dia yakin sekali kalau malam ini akan menemukan rahasia mengenai pertikaian mereka, atau setidaknya mendapat sedikit informasi apa pun itu.Kereta kuda keluar dari kota Shengyin menuju hutan belantara. Salah satu penunggang kuda menyalakan obor sebagai penerangan. Mereka bergerak cepat menembus kegelapan hutan.Lima orang dari Singa Emas tersebut mempercepat langkah, begitu pula dengan Long Wei.Akan tetapi, Long Wei kaget sekali ketika rombongan pembawa kereta kuda itu sampai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 38 : Xu Qinghe

Xu Qinghe melompat ke tempat Long Wei rebah. “Kau sungguh kurang ajar, apa kau tak tahu sedang berhadapan dengan siapa?”Lagi-lagi kejengkelan Long Wei bangkit. Pemuda ini langsung mendudukkan diri dengan wajah kurang ramah. “Xu Qinghe, putri tunggal kepala pengiriman barang Pedang Api, Xu Liangchen,” ucap Long Wei mengulangi perkataan gadis itu sendiri beberapa saat lalu.Xu Qinghe menunjukkan wajah marah. “Kalau sudah tahu, kenapa kau tak punya sopan santun sama sekali? Apa kau tidak bisa melihat tingginya gunung yang sedang berdiri di hadapanmu?”Kini Long Wei melompat bangun. “Hei Nona marga Xu, kutanya padamu, kereta kuda itu milik siapa?”“Milik Pedang Api.”“Kuda itu milik siapa?”“Milik kami.”“Lalu yang namanya Nona Xu Qinghe milik siapa?”“Putri kepala pengiriman barang Pedang Api, milik Pedang Api pula.”“Itu semua milik Pedang Api, apa hubungannya dengan aku? Kau bisa bawa sendiri kereta itu pulang sampai ke rumahmu dan ceritakan semuanya. Tenang saja, kau tak perlu menyeb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 39 : Sombong

“Serbu!”Mereka berdiri mengelilingi Long Wei dan Xu Qinghe. Kemudian, mereka berlari-larian mengitari tubuh mereka berdua seraya mengeluarkan suara bentakan-bentakan aneh sperti auman.Xu Qinghe lekas mencabut pedangnya. “Inikah formasi Singa Pemburu yang terkenal itu?”Longa Wei tiba-tiba bergerak cepat melompat tinggi karena dari arah belakang datang serangan mendadak. Saat di atas ini, ia menggerakkan tongkat untuk menotok punggung lawan.Gerakan tongkatnya berhenti karena datang orang lain yang sudah mencengkeram tongkat itu kuat-kuat. Sebelum tubuh Long Wei turun, orang pertama tadi sudah membalikkan tubuh dan berniat merobek dada Long Wei.Pemuda itu tak tinggal diam, ia meluruskan tangan kiri dengan pengerahan hawa Im yang kuat sekali. Kedua telapak tangan beradu dan orang Singa Emas itu langsung terhuyung kedinginan.Orang yang tadi memegang tongkat Long Wei pun segera dilepaskan dan kembali ke formasi, belarian mengitari mereka.“Tidak buruk,” ucap Xu Qinghe dengan nada seol
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 40 : Tawanan

Xu Liangchen melarang Long Wei meninggalkan tempat ini sampai dia sendiri yang memerintahkan. Pembicaraan dengan Xu Qinghe telah usai dan mereka berdua sudah meninggalkan ruangan. Kini dalam ruangan tersebut hanya menyisakan Long Wei dan Ceng Tok yang tubuhnya dibalut perban karena luka-lukanya.Long Wei tanpa sungkan lagi menarik kursi yang tadi diduduki Xu Liangchen dan duduk di sana. “Sebenarnya ada apa sih antara Pedang Api dan Singa Emas?”Ceng Tok duduk di kursi yang tadi diduduki Xu Qinghe. “Ini masalah pertunangan antara Nona Muda dan putra dari pemimpin Perkumpulan Singa Emas.”“Siapa orang itu?”“Zhen Yu, yang kaulawan tadi malam.”Long Wei mengangguk sembari menanamkan nama itu dalam kepala. Dia belum tahu seberapa pandai si Zhen Yu itu.“Memangnya pertunangan itu ada masalah apa sampai kedua belah pihak harus saling gempur?”Ceng Tok menarik napas panjang dengan sedih. “Beberapa bulan lalu, Nona Muda dilamar oleh Perguruan Singa Emas, mereka ingin menjodohkan Zhen Yu denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status