Home / Pendekar / Giok Langit / Bab 31 : Hutang Budi

Share

Bab 31 : Hutang Budi

Author: Adidan Ari
last update Last Updated: 2025-02-09 14:47:34

“Ah, maaf.” Cang Er mundur selangkah, wajahnya merah padam.

Long Wei mengalihkan pandangan, dia pun merasa malu ketika tiba-tiba dipeluk oleh seorang gadis.

Keadaan canggung pun datang tanpa diundang.

“Yah ... intinya aku datang ke sini untuk menyelamatkanmu. Nanti aku ceritakan bagaimana aku bisa sampai sini kalau kau memang penasaran,” ujar Long Wei memecah kecanggung. Pemuda itu menunjuk ke atas, tempat atap tadi sudah berlubang. “Ayo lewat sana.”

“Kakak Long.” Panggilan ini segera mengalihkan perhatian Long Wei.

“Ya?”

Cang Er menunjuk kakinya, terlihat rantai besi di sana yang mengikat kedua kaki gadis itu. Ujung rantai tersebut tertanam di dinding kuat sekali, membuat Cang Er mampu bergerak bebas tapi hanya dalam ruangan ini, tak bisa pergi ke luar. Gadis itu menggeleng lemah.

“Aku tidak bisa keluar,” katanya murung.

Long Wei baru menyadari rantai tersebut. “Mereka memperlakukanmu seperti ini?”

Cang Er hanya menunduk.

“Maaf kalau aku tidak sopan, aku mendengar kalau Zhu Ren akan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Giok Langit   Bab 32 : Penyusup

    Keterkejutan yang menghantam diri Long Wei kali ini benar-benar terlalu keras. Sesaat ia seperti kehilangan keseimbangan diri, kakinya seolah melayang dan itu membuatnya terkejut lagi. Karena rasa kaget yang saling bertumpuk ini membuat kaki Long Wei terpeleset di genteng itu walau keadaannya masih duduk. Kakinya menggesek genteng terlalu keras—terlalu keras bagi telinga tajam Pek Sian.Gesekan kecil itu sudah cukup bagi Pek Sian untuk melompat keluar melalui jendela dan menerjang atap.“Penguntit!”Terdengar dentuman teredam sebelum salah satu bayangan terlontar ke taman gelap. Itu adalah tubuh Pek Sian sendiri.“Siapa kau?” Pek Sian memandang ke puncak pondok yang masih menjadi tempat berdiri Long Wei. Perlahan dia mengeluarkan senjatanya yaitu sebuah pedang.Cang Er melompat keluar pula, berdiri saling berhadapan dengan Pek Sian di taman tersebut.“Bagaimana?” tanya Long Wei yang sudah siap dengan tongkat bambunya. “Bereskan dia?”Cang Er menggelengkan kepala ke arahnya sebelum men

    Last Updated : 2025-02-09
  • Giok Langit   Bab 33 : Pertempuran Malam

    Satu hal yang mengejutkan mereka yaitu ikut bergabungnya orang-orang penghuni komplek selir Zhu Ren. Para wanita yang datang berjumlah satu lusin. Long Wei yakin itu bukan jumlah total, tapi dia tak bisa menutupi rasa kagum karena di antara para selir banyak juga yang ahli silat.“Cu Lim, kau urus lelaki itu, biar aku menghukum Nona Lu yang mencoba melarikan diri.”Cang Er menatap sinis kepada Pek Sian yang baru saja mengatakan itu. Di sisi lain Long Wei segera memusatkan perhatian kepada lelaki serba biru yang tadi dipanggil Cu Lim. Orang itu telah bersiap dengan pedangnya.“Cang Er bagianku. Urusanku dengannya belum selesai,” ujar Shi tak terima.Gadis itu bersikap waspada karena menjadi incaran dua orang.Pengepungan makin rapat, mereka sudah mencabut senjata masing-masing yang berbagai bentuk. Pedang, tombak, golok, ruyung, kapak, semua telah siap meminum darah lawan.“Haaaahhh!”Teriakan Cu Lim ini seolah menjadi pembuka pertempuran. Berbareng dengan itu, pedang yang tadi tergeng

    Last Updated : 2025-02-10
  • Giok Langit   Bab 34 : Runtuh

    Waktu Long Wei sedang sibuk menghindari tusukan-tusukan pasak Shi saat Cu Lim menebasnya dari jauh. Pemuda itu merundukkan badan dengan kaki kiri ditekuk sedangkan kaki kanan diluruskan, secara bersamaan tusukan Shi dan tebasan Cu Lim luput.Shi menusuk ke bawah mengarah ubun-ubun. Namun, Long Wei yang sudah dapat menduga gerakan itu mampu mengatasinya dengan tangkapan menggunakan tangan kiri. Ia mengerahkan hawa Im yang kuat sekali sehingga tubuh Shi menggigil.Long Wei menotok ulu hati sebagai serangan susulan. Shi tak mau meremehkan serangan itu dan dia memilih untuk melompat mundur. Tiga orang ini lantas saling pandang dengan napas yang sama-sama memburu.“Murid siapa kau?” Cu Lim memicingkan mata. Sejenak diliriknya sang kekasih dan beberapa wanita lain yang duduk kesakitan. Satu dua orang sudah ada yang rebah dengan napas kesusahan, hampir mati. “Kuakui kau sungguh luar biasa. Bergabunglah dengan kami.”“Murid siapa aku tidak penting. Untuk tawaranmu, maaf aku menolak. Aku punya

    Last Updated : 2025-02-10
  • Giok Langit   Bab 35 : Kenangan Pagi Itu

    Mereka menguburkan para mayat anak buah Zhu Ren dibantu oleh para warga pagi hari berikutnya. Mereka dengan suka cita melakukan itu karena kini sudah terbebas dari belenggu Zhu Ren yang kejam. Beberapa hari kemudian, semua orang sepakat kalau Hartawan Tung yang menjadi kepala desa Cin Wu karena orang itu yang selama ini selalu bersikap baik di tengah tirani seorang Zhu Ren.Beruntung ada murid-murid Taring Naga. Bagi orang-orang yang tidak mati dalam pertempuran, mereka lepaskan dengan janji tak akan mengulangi perbuatan sesat lagi atau seluruh anak keturunan dan leluhur akan terkutuk. Karena kehadiran murid Taring Naga pula, tak ada orang yang berani bersikap buruk kepada para mayat itu seberapa pun mereka ingin.“Sayang sekali dia mati.” Siauw Ki memandang mayat Hartawan Cia yang digotong oleh empat orang lelaki dewasa.Long Wei yang mendengar itu mengerutkan kening. “Ada apa dengan orang itu?”Siauw Ki menggeleng. “Dia orangnya pemerintah.”“Apa?”“Karena keberadaan orang itu pula,

    Last Updated : 2025-02-11
  • Giok Langit   Bab 36 : Permusuhan

    Tujuan Long Wei berikutnya adalah mencari keberadaan Tangan Maut untuk masalah yang sama seperti Zhu Ren, membereskan urusan lama. Sembari melangkah, Long Wei juga mencari informasi ke setiap tempat yang memungkinkan baik itu kota atau desa bahkan warung-warung pinggir jalan. Semua informasi itu mengarahkan kakinya terus ke barat.Semakin dekat ke barat, banyak sekali orang-orang membicarakan tentang satu perkumpulan yang katanya paling anti pemerintah. Mereka adalah para pejuang rakyat yang bergerak dari balik bayangan, menggempur pemerintahan lalim yang mengabaikan rakyat sendiri karena terlalu sibuk dengan Giok Langit dan perang melawan suku-suku di utara. Nama perkumpulan ini adalah Perkumpulan Singa Emas.Long Wei terus-terusan merasa kagum atas sepak terjang perkumpulan itu yang ia dengar dari mulut banyak orang. Mereka selalu menggambarkannya bagai sosok pahlawan yang dengan gagah berani menentang kejahatan. Diam-diam Long Wei ingin sekali bertemu mereka.Malam itu Long Wei har

    Last Updated : 2025-02-13
  • Giok Langit   Bab 37 : Putri Xu Liangchen

    Long Wei sudah bersiap untuk melakukan sesuatu apa pun yang diperlukan seandainya lima orang Singa Emas itu menyerang. Namun, mereka justru bersembunyi makin jauh ke dalam bayangan ketika kereta kuda yang dinaiki gadis cantik itu keluar dari pintu gerbang belakang.Tiga orang dari Pedang Api ikut mengawal menggunakan kuda masing-masing sedangkan kusir dari kereta kuda tersebut bukan lain adalah Ceng Tok sendiri.Lima orang dari perkumpulan Singa Emas itu mengikuti dari jauh. Long Wei pun melakukan hal yang sama. Dia yakin sekali kalau malam ini akan menemukan rahasia mengenai pertikaian mereka, atau setidaknya mendapat sedikit informasi apa pun itu.Kereta kuda keluar dari kota Shengyin menuju hutan belantara. Salah satu penunggang kuda menyalakan obor sebagai penerangan. Mereka bergerak cepat menembus kegelapan hutan.Lima orang dari Singa Emas tersebut mempercepat langkah, begitu pula dengan Long Wei.Akan tetapi, Long Wei kaget sekali ketika rombongan pembawa kereta kuda itu sampai

    Last Updated : 2025-02-13
  • Giok Langit   Bab 38 : Xu Qinghe

    Xu Qinghe melompat ke tempat Long Wei rebah. “Kau sungguh kurang ajar, apa kau tak tahu sedang berhadapan dengan siapa?”Lagi-lagi kejengkelan Long Wei bangkit. Pemuda ini langsung mendudukkan diri dengan wajah kurang ramah. “Xu Qinghe, putri tunggal kepala pengiriman barang Pedang Api, Xu Liangchen,” ucap Long Wei mengulangi perkataan gadis itu sendiri beberapa saat lalu.Xu Qinghe menunjukkan wajah marah. “Kalau sudah tahu, kenapa kau tak punya sopan santun sama sekali? Apa kau tidak bisa melihat tingginya gunung yang sedang berdiri di hadapanmu?”Kini Long Wei melompat bangun. “Hei Nona marga Xu, kutanya padamu, kereta kuda itu milik siapa?”“Milik Pedang Api.”“Kuda itu milik siapa?”“Milik kami.”“Lalu yang namanya Nona Xu Qinghe milik siapa?”“Putri kepala pengiriman barang Pedang Api, milik Pedang Api pula.”“Itu semua milik Pedang Api, apa hubungannya dengan aku? Kau bisa bawa sendiri kereta itu pulang sampai ke rumahmu dan ceritakan semuanya. Tenang saja, kau tak perlu menyeb

    Last Updated : 2025-02-14
  • Giok Langit   Bab 39 : Sombong

    “Serbu!”Mereka berdiri mengelilingi Long Wei dan Xu Qinghe. Kemudian, mereka berlari-larian mengitari tubuh mereka berdua seraya mengeluarkan suara bentakan-bentakan aneh sperti auman.Xu Qinghe lekas mencabut pedangnya. “Inikah formasi Singa Pemburu yang terkenal itu?”Longa Wei tiba-tiba bergerak cepat melompat tinggi karena dari arah belakang datang serangan mendadak. Saat di atas ini, ia menggerakkan tongkat untuk menotok punggung lawan.Gerakan tongkatnya berhenti karena datang orang lain yang sudah mencengkeram tongkat itu kuat-kuat. Sebelum tubuh Long Wei turun, orang pertama tadi sudah membalikkan tubuh dan berniat merobek dada Long Wei.Pemuda itu tak tinggal diam, ia meluruskan tangan kiri dengan pengerahan hawa Im yang kuat sekali. Kedua telapak tangan beradu dan orang Singa Emas itu langsung terhuyung kedinginan.Orang yang tadi memegang tongkat Long Wei pun segera dilepaskan dan kembali ke formasi, belarian mengitari mereka.“Tidak buruk,” ucap Xu Qinghe dengan nada seol

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Giok Langit   Bab 62 : Kabur

    “Satu.”“Apa tidak terlalu sedikit?”“Terlalu banyak justru berbahaya. Ini istana, tak bisa kita samakan dengan yang lain-lain.” Zhen Yu memberi penjelasan dengan ekspresi yakin. “Kelemahannya juga satu, kalau ketahuan selesai sudah.”Kakek Raja Perahu yang sejak tadi diam kini ikut bersuara. “Kalian memang seperti singa, berani sekali. Menyusupkan orang ke istana hanya satu orang?”“Harus kukatakan lagi?”Menurut penjelasan Zhen Yu, Singa Emas sudah sejak lama menanam orang di istana dan jumlahnya hanya satu. Pemuda itu menjamin kalau kepandaian orang itu sangat lihai dalam hal penyamaran dan penyusupan. Kali ini jika ada orang yang menyelamatkan mereka, pastilah si penyusup itu.“Atau dengan tambahan orang dari luar,” tambah Zhen Yu setelah berpikir sebentar. “Untuk menyelamatkanku, kalau hanya satu orang kupikir terlalu sedikit.”Di tengah pembicaraan mereka yang dilakukan setengah berbisik, samar-samar mereka mendengar suara gaduh dari atas. Tak ada yang merasa heran dengan itu ka

  • Giok Langit   Bab 61 : Penjara

    Ketika Long Wei terbangun, dia mendapati dirinya sedang berada di sebuah ruangan remang-remang tanpa cahaya. Matanya mampu melihat wujud ruangan batu di sekelilingnya hanya karena cahaya obor dari luar yang terbawa masuk sekalian. Di depannya terdapat jeruji besi yang tampak tebal dan kuat, sekali pandang saja ia sudah mengerti bahwa ini ada di penjara.Ia menekan lantai batu dingin di bawah menggunakan dua tangan dalam usahanya bangkit mendudukkan diri. Terasa sakit di seluruh badan, tapi semua luka yang diakibatkan dari pertempuran melawan Shi dan lain-lain sudah mengering.Long Wei menyandarkan diri di dinding batu belakangnya lantas menghela napas panjang. Dia tidak mau berpikir pendek dan langsung menyerah putus asa. Dia akan mencari jalan keluar bagaimanapun caranya, tugas besar yang ia emban belum selesai. Tangan Maut dan Pertapa Putih masih berkeliaran, urusan antara Pedang Api dan Singa Emas belum selesai sedangkan dia sudah berjanji kepada Xu Qinghe untuk memperbaikinya, Gio

  • Giok Langit   Bab : 60 - Keretakan

    Ruangan luas dengan segala perabotan mewah itu membuat siapa saja yang melangkah masuk merasa dirinya kecil bagai debu terbawa angin. Jauh di depan sana, puluhan langkah dari pintu masuk yang besar dan berat, terdapat kursi megah nan agung. Sebuah kursi yang jika siapa pun melihat dalam sekali pandang akan langsung tahu kalau yang pantas menghuni kursi itu pastilah orang penting.Kursi besar itu letaknya sedikit naik dari batu pualam di ruang tersebut, ada beberapa undak tangga yang harus dilewati sebelum mencapai tubuh kursi. Di sebelah kanan dan kiri tangga terdapat pilar besar warna merah dengan hiasan patung naga yang melingkarinya, seolah naga-naga itu menjadi penjaga bagi kursi besar tersebut. Lalu di depan pilar, ada meja kecil tinggi yang di atasnya terdapat hilo berukir indah yang menguarkan bau harum semerbak.Di depan tangga itu banyak meja-meja kecil yang saling berhadapan. Satu deretan meja yang lurus dengan pilar sebelah kiri, satu lagi deretan yang lurus dengan pilar se

  • Giok Langit   Bab : 59 - Tumbang

    Entah dibawa lari ke mana, yang jelas Xu Qinghe merasa tubuhnya bagai terbang menunggang angin. Bahkan untuk berteriak pun dia kesusahan, sehingga hanya mampu diam dan pasrah saat Setan Sakti membawanya dalam kecepatan gila.Di sebuah hutan yang ia rasa letaknya cukup jauh dari tempat Long Wei tadi, tiba-tiba Setan Sakti berhenti berlari. “Sudah aman,” katanya yang tak dimengerti Xu Qinghe.Perlahan Setan Sakti menurunkan tubuh itu. “Nah, kau sudah aman,” katanya lagi. “Kau bisa tenang.”Walau itu Xu Qinghe yang memiliki kepandaian tinggi, tapi dibawa dengan cara dan kecepatan seperti itu membuatnya agak pening juga. Akan tetapi hanya sebentar sebelum kepalanya ringan kembali dan keningnya berkerut.“Aman? Apa maksud Anda? Aman dari siapa?”Setan Sakti menatapnya sedikit tidak percaya, kemudian perlahan-lahan matanya menyipit. “Kau tidak tahu tentang Long Wei? Atau dia yang tak pernah menceritakannya?”Rasa heran Xu Qinghe semakin hebat. “Memangnya ada apa dengan dia? Yang kutahu dia

  • Giok Langit   Bab 58 : Pengurungan

    Xu Qinghe masih menundukkan muka dengan takut-takut. Sesekali ia melirik Long Wei yang ada di sebelahnya, tapi ketika dia melirik Setan Sakti tentu langsung dialihkannya lagi.Kakek itu sendiri tak mau melepas pandangan dari diri Xu Qinghe, entah apa maksudnya.Long Wei berdeham tiga kali untuk mencairkan suasana dan berkata. “Jadi, kau sudah sembuh total.”Kepala Xu Qinghe benar-benar terangkat sekarang, memandang Long Wei. “Benarkah? Aku memang sudah tak merasa sakit lagi di kaki.”“Tapi bekasnya masih ada,” potong Setan Sakti.Spontan Xu Qinghe melirik kakinya, tampak di sana sebuah area hitam di kaki sebelah kanannya. Warna kehitaman yang ada di sekeliling luka gigitan ular. Xu Qinghe tersenyum pahit, sebagai seorang wanita sedikit banyak dia juga mementingkan penampilan dan kondisi kakinya saat ini memang sangat mengganggu.“Warna hitam itu bukan berarti masih ada racun yang tertinggal, tapi karena dagingmu sudah membusuk.” Kakek itu melanjutkan.Xu Qinghe tersentak. “Busuk?”Set

  • Giok Langit   Bab 57 : Obat

    Dengan panik, Long Wei terus mengguncang tubuh itu. Xu Qinghe terus bungkam dengan apa pun yang Long Wei lakukan. Pemuda itu sudah menggoyang-goyangkan pundak, menampar pipi, menggoncang lagi, tapi ia sama sekali tak mau membuka mata.Kemudian Long Wei mengamati luka Xu Qinghe di kaki sebelah kanan. Celananya sudah robek sedikit terkena gigitan ular. Dia melihat kaki gadis itu berlumuran darah merah gelap yang terus mengucur. Makin banyak mengucur, warnanya berubah semakin hitam. Luka itu berupa dua lubang hitam.“Sial!” Memeras segala ingatannya, Long Wei mencoba memaksa darah itu keluar menggunakan tenaga dalam. Cara ini pernah diajarkan Yang Feng beberapa tahun lalu, tapi tidak sering dan karena itu ada bagian-bagian yang Long Wei agak terlupa.Ia menotok jalan-jalan darah di sekitar luka sampai darah yang mengucur itu melambat, kemudian menggunakan tangan kanan ia mengurut kaki di sekitar luka sambil mengerahkan tenaga dalam perlahan. Lambat laun, darah hitam pun keluar. Long Wei

  • Giok Langit   Bab 56 : Hidup dan Mati

    Bagi seorang ahli silat tingkat tinggi, yang menyerang lebih dulu justru akan membuka satu lowongan dan itu berbahaya sekali karena dapat dimanfaatkan oleh musuh. Begitu pula yang ada dalam pikiran mereka berdua.Sudah kurang lebih sepeminuman teh mereka hanya berdiri saling diam dan saling pandang dengan kuda-kuda siap tempur. Tak ada yang berniat memberi serangan lebih dulu karena di kepala masing-masing sudah memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi jika salah langkah. Dari semua kemungkinan, tak ada yang tidak berbahaya.Tangan Maut yang jauh lebih kosen pun agaknya waspada mengingat guru Long Wei. Demikian pula Long Wei yang tak mau sembrono menghadapi tokoh tua berpengalaman ini.Setelah dua peminuman teh berlalu, Tangan Maut tertawa mengejek dan berkata. “Apakah si tua Yang Feng hanya mengajarimu cara berdiri?”“Ya,” balas Long Wei tanpa ragu. “Guru mengajariku cara berdiri yang benar dengan dua kaki.”Merah muka kakek itu mendapat balasan yang tak terduga ini. Mema

  • Giok Langit   Bab 55 : tangan Maut

    “Lompat!” Tiba-tiba Xu Qinghe berseru.Tubuh gadis itu melayang ke salah satu pohon sembari menyambit dua senjata rahasia berupa pisau tipis terbakar. Dua kepala ular yang ada di pohon itu langsung berlubang dan mereka tumbang seketika dalam keadaan tak bernyawa.Long Wei tahu gadis itu memilih melompat karena di atas pohon jumlah ular yang ada lebih sedikit. Apalagi dengan kepandaian mereka, mereka bisa pergi dengan cara berlompatan dari pohon ke pohon. Namun sebelum ia sendiri melompat mengikuti apa yang Xu Qinghe lakukan, selusin ular sudah mematuknya.Tongkat Long Wei bergerak cepat menyabet ke kanan dan kiri, menciptakan gulungan sinar kuning gelap yang langsung menewaskan banyak ekor ular.Dari atas Xu Qinghe melihat kesusahan pemuda itu dan tanpa ragu lagi ia menyambit enam senjata rahasia pisau terbakar.Ketika pisau-pisau itu menancap tanah, api segera menyebar membakar rerumputan dan daun-daun kering.“Gila kau!” Long Wei melambung tinggi lantas bergelantungan di salah satu d

  • Giok Langit   Bab 54 : Ular

    “Maaf selalu merepotkanmu.”“Bagus kalau kau sadar.”Xu Qinghe berhenti mendadak dan menatap Long Wei dengan tatapan tajam. “Kau bahkan tak coba menyangkal?”“Bohong itu kurang baik,” kata pemuda itu, “maksudku, jujur lebih baik.”Ia memalingkan wajah dengan muka gemas, membanting kaki kanannya sekali lalu berjalan pergi dengan langkah dihentak-hentakkan.Long Wei menatap punggung gadis itu. Perasaan geli timbul dan membuatnya menahan tawa. Memang Xu Qinghe adalah gadis yang angkuh luar biasa, walau memang diimbangi dengan kepandaian tinggi. Namun setelah kejadian malam itu, Long Wei merasakan perubahan besar dalam sikapnya. Keangkuhannya berkurang jauh dan keberaniannya meningkat pesat. Tak hanya sekali ia menggelengkan kepala karena kagum.Beberapa hari lalu, mereka mendengar kabar kalau di jalur ini siapa pun yang lewat akan terkena penyakit lalu meninggal. Awalnya mereka tak percaya dan memutuskan untuk lewat sini dalam upaya membuktikan hal tersebut.Betapa kaget hati mereka keti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status