Beranda / Pendekar / Giok Langit / Bab 30 : Keterkejutan

Share

Bab 30 : Keterkejutan

Penulis: Adidan Ari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 17:58:32

Ada rasa girang menghampiri Long Wei. Desa Cin Wu yang cukup besar ini telah kedatangan tamu-tamu orang sakti. Pertama adalah rombongan dari Taring Naga, lalu kakek dengan rambut tipis yang amat disayangkan telah tumbang, kemudian lelaki berbaju biru tua itu. Long Wei hampir tertawa membayangkan wajah Zhu Ren ketika sadar keadaannya amat terancam. Tentu saja mereka mengincar Zhu Ren atas kelakuannya yang semena-mena, memangnya apa lagi? Demikian pikir Long Wei.

Long Wei memutuskan untuk mengikuti lelaki berpakaian serba biru itu dari jauh. Karena lelaki itu bergerak cepat dan buru-buru, Long Wei pikir lebih baik menguntit saja daripada menyapa.

Sosok itu menuju sebelah komplek Zhu Ren yang berupa hutan. Setelah menengok ke kanan dan kiri, dia melompat tinggi melewati pagar tembok, tampak mudah sekali. Long Wei melakukan aksi yang sama.

Sampai di atas tembok, sejenak Long Wei terbelalak melihat kemegahan komplek ini. Bangunan-bangunan mewah tersebar ke segenap penjuru. Tidak ada satu p
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Giok Langit   Bab 31 : Hutang Budi

    “Ah, maaf.” Cang Er mundur selangkah, wajahnya merah padam.Long Wei mengalihkan pandangan, dia pun merasa malu ketika tiba-tiba dipeluk oleh seorang gadis.Keadaan canggung pun datang tanpa diundang.“Yah ... intinya aku datang ke sini untuk menyelamatkanmu. Nanti aku ceritakan bagaimana aku bisa sampai sini kalau kau memang penasaran,” ujar Long Wei memecah kecanggung. Pemuda itu menunjuk ke atas, tempat atap tadi sudah berlubang. “Ayo lewat sana.”“Kakak Long.” Panggilan ini segera mengalihkan perhatian Long Wei.“Ya?”Cang Er menunjuk kakinya, terlihat rantai besi di sana yang mengikat kedua kaki gadis itu. Ujung rantai tersebut tertanam di dinding kuat sekali, membuat Cang Er mampu bergerak bebas tapi hanya dalam ruangan ini, tak bisa pergi ke luar. Gadis itu menggeleng lemah.“Aku tidak bisa keluar,” katanya murung.Long Wei baru menyadari rantai tersebut. “Mereka memperlakukanmu seperti ini?”Cang Er hanya menunduk.“Maaf kalau aku tidak sopan, aku mendengar kalau Zhu Ren akan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Giok Langit   Bab 32 : Penyusup

    Keterkejutan yang menghantam diri Long Wei kali ini benar-benar terlalu keras. Sesaat ia seperti kehilangan keseimbangan diri, kakinya seolah melayang dan itu membuatnya terkejut lagi. Karena rasa kaget yang saling bertumpuk ini membuat kaki Long Wei terpeleset di genteng itu walau keadaannya masih duduk. Kakinya menggesek genteng terlalu keras—terlalu keras bagi telinga tajam Pek Sian.Gesekan kecil itu sudah cukup bagi Pek Sian untuk melompat keluar melalui jendela dan menerjang atap.“Penguntit!”Terdengar dentuman teredam sebelum salah satu bayangan terlontar ke taman gelap. Itu adalah tubuh Pek Sian sendiri.“Siapa kau?” Pek Sian memandang ke puncak pondok yang masih menjadi tempat berdiri Long Wei. Perlahan dia mengeluarkan senjatanya yaitu sebuah pedang.Cang Er melompat keluar pula, berdiri saling berhadapan dengan Pek Sian di taman tersebut.“Bagaimana?” tanya Long Wei yang sudah siap dengan tongkat bambunya. “Bereskan dia?”Cang Er menggelengkan kepala ke arahnya sebelum men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Giok Langit   Bab 33 : Pertempuran Malam

    Satu hal yang mengejutkan mereka yaitu ikut bergabungnya orang-orang penghuni komplek selir Zhu Ren. Para wanita yang datang berjumlah satu lusin. Long Wei yakin itu bukan jumlah total, tapi dia tak bisa menutupi rasa kagum karena di antara para selir banyak juga yang ahli silat.“Cu Lim, kau urus lelaki itu, biar aku menghukum Nona Lu yang mencoba melarikan diri.”Cang Er menatap sinis kepada Pek Sian yang baru saja mengatakan itu. Di sisi lain Long Wei segera memusatkan perhatian kepada lelaki serba biru yang tadi dipanggil Cu Lim. Orang itu telah bersiap dengan pedangnya.“Cang Er bagianku. Urusanku dengannya belum selesai,” ujar Shi tak terima.Gadis itu bersikap waspada karena menjadi incaran dua orang.Pengepungan makin rapat, mereka sudah mencabut senjata masing-masing yang berbagai bentuk. Pedang, tombak, golok, ruyung, kapak, semua telah siap meminum darah lawan.“Haaaahhh!”Teriakan Cu Lim ini seolah menjadi pembuka pertempuran. Berbareng dengan itu, pedang yang tadi tergeng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Giok Langit   Bab 34 : Runtuh

    Waktu Long Wei sedang sibuk menghindari tusukan-tusukan pasak Shi saat Cu Lim menebasnya dari jauh. Pemuda itu merundukkan badan dengan kaki kiri ditekuk sedangkan kaki kanan diluruskan, secara bersamaan tusukan Shi dan tebasan Cu Lim luput.Shi menusuk ke bawah mengarah ubun-ubun. Namun, Long Wei yang sudah dapat menduga gerakan itu mampu mengatasinya dengan tangkapan menggunakan tangan kiri. Ia mengerahkan hawa Im yang kuat sekali sehingga tubuh Shi menggigil.Long Wei menotok ulu hati sebagai serangan susulan. Shi tak mau meremehkan serangan itu dan dia memilih untuk melompat mundur. Tiga orang ini lantas saling pandang dengan napas yang sama-sama memburu.“Murid siapa kau?” Cu Lim memicingkan mata. Sejenak diliriknya sang kekasih dan beberapa wanita lain yang duduk kesakitan. Satu dua orang sudah ada yang rebah dengan napas kesusahan, hampir mati. “Kuakui kau sungguh luar biasa. Bergabunglah dengan kami.”“Murid siapa aku tidak penting. Untuk tawaranmu, maaf aku menolak. Aku punya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Giok Langit   Bab 35 : Kenangan Pagi Itu

    Mereka menguburkan para mayat anak buah Zhu Ren dibantu oleh para warga pagi hari berikutnya. Mereka dengan suka cita melakukan itu karena kini sudah terbebas dari belenggu Zhu Ren yang kejam. Beberapa hari kemudian, semua orang sepakat kalau Hartawan Tung yang menjadi kepala desa Cin Wu karena orang itu yang selama ini selalu bersikap baik di tengah tirani seorang Zhu Ren.Beruntung ada murid-murid Taring Naga. Bagi orang-orang yang tidak mati dalam pertempuran, mereka lepaskan dengan janji tak akan mengulangi perbuatan sesat lagi atau seluruh anak keturunan dan leluhur akan terkutuk. Karena kehadiran murid Taring Naga pula, tak ada orang yang berani bersikap buruk kepada para mayat itu seberapa pun mereka ingin.“Sayang sekali dia mati.” Siauw Ki memandang mayat Hartawan Cia yang digotong oleh empat orang lelaki dewasa.Long Wei yang mendengar itu mengerutkan kening. “Ada apa dengan orang itu?”Siauw Ki menggeleng. “Dia orangnya pemerintah.”“Apa?”“Karena keberadaan orang itu pula,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Giok Langit   Bab 36 : Permusuhan

    Tujuan Long Wei berikutnya adalah mencari keberadaan Tangan Maut untuk masalah yang sama seperti Zhu Ren, membereskan urusan lama. Sembari melangkah, Long Wei juga mencari informasi ke setiap tempat yang memungkinkan baik itu kota atau desa bahkan warung-warung pinggir jalan. Semua informasi itu mengarahkan kakinya terus ke barat.Semakin dekat ke barat, banyak sekali orang-orang membicarakan tentang satu perkumpulan yang katanya paling anti pemerintah. Mereka adalah para pejuang rakyat yang bergerak dari balik bayangan, menggempur pemerintahan lalim yang mengabaikan rakyat sendiri karena terlalu sibuk dengan Giok Langit dan perang melawan suku-suku di utara. Nama perkumpulan ini adalah Perkumpulan Singa Emas.Long Wei terus-terusan merasa kagum atas sepak terjang perkumpulan itu yang ia dengar dari mulut banyak orang. Mereka selalu menggambarkannya bagai sosok pahlawan yang dengan gagah berani menentang kejahatan. Diam-diam Long Wei ingin sekali bertemu mereka.Malam itu Long Wei har

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Giok Langit   Bab 37 : Putri Xu Liangchen

    Long Wei sudah bersiap untuk melakukan sesuatu apa pun yang diperlukan seandainya lima orang Singa Emas itu menyerang. Namun, mereka justru bersembunyi makin jauh ke dalam bayangan ketika kereta kuda yang dinaiki gadis cantik itu keluar dari pintu gerbang belakang.Tiga orang dari Pedang Api ikut mengawal menggunakan kuda masing-masing sedangkan kusir dari kereta kuda tersebut bukan lain adalah Ceng Tok sendiri.Lima orang dari perkumpulan Singa Emas itu mengikuti dari jauh. Long Wei pun melakukan hal yang sama. Dia yakin sekali kalau malam ini akan menemukan rahasia mengenai pertikaian mereka, atau setidaknya mendapat sedikit informasi apa pun itu.Kereta kuda keluar dari kota Shengyin menuju hutan belantara. Salah satu penunggang kuda menyalakan obor sebagai penerangan. Mereka bergerak cepat menembus kegelapan hutan.Lima orang dari Singa Emas tersebut mempercepat langkah, begitu pula dengan Long Wei.Akan tetapi, Long Wei kaget sekali ketika rombongan pembawa kereta kuda itu sampai

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Giok Langit   Bab 38 : Xu Qinghe

    Xu Qinghe melompat ke tempat Long Wei rebah. “Kau sungguh kurang ajar, apa kau tak tahu sedang berhadapan dengan siapa?”Lagi-lagi kejengkelan Long Wei bangkit. Pemuda ini langsung mendudukkan diri dengan wajah kurang ramah. “Xu Qinghe, putri tunggal kepala pengiriman barang Pedang Api, Xu Liangchen,” ucap Long Wei mengulangi perkataan gadis itu sendiri beberapa saat lalu.Xu Qinghe menunjukkan wajah marah. “Kalau sudah tahu, kenapa kau tak punya sopan santun sama sekali? Apa kau tidak bisa melihat tingginya gunung yang sedang berdiri di hadapanmu?”Kini Long Wei melompat bangun. “Hei Nona marga Xu, kutanya padamu, kereta kuda itu milik siapa?”“Milik Pedang Api.”“Kuda itu milik siapa?”“Milik kami.”“Lalu yang namanya Nona Xu Qinghe milik siapa?”“Putri kepala pengiriman barang Pedang Api, milik Pedang Api pula.”“Itu semua milik Pedang Api, apa hubungannya dengan aku? Kau bisa bawa sendiri kereta itu pulang sampai ke rumahmu dan ceritakan semuanya. Tenang saja, kau tak perlu menyeb

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14

Bab terbaru

  • Giok Langit   Bab 49 : Perburuan

    Orang yang kurus tadi tertawa terbahak-bahak. “Lihat, kan? Sebentar lagi kita bisa pergi dari sini dan jadi kaya raya.”Kekehan si tinggi besar bersenjata golok terdengar memuakkan telinga. “Kita harus bisa menangkap Dewi Teratai Merah.”Pria kurus itu mengangguk-angguk membenarkan. Ia kembali memandang ke arah Cang Er dan Liang Kun. “Jadi, siapa anak muda ini?”Liang Kun melintangkan pedang di depan dada dan spontan maju selangkah di hadapan Cang Er. “Aku Liang Kun, kakak seperguruannya.”“Pasti lebih kuat,” komentar si tinggi besar.“Kalian siapa dan mau apa? Lalu apa maksudnya Dewi Teratai Merah?” Liang Kun memandang tajam penuh kecurigaan.“Hahaha, bahkan kakak seperguruannya sendiri tidak tahu kalau adiknya sudah terkenal di kalangan kita!” si kurus berkata kepada si besar.“Benar-benar menggelikan.” Si tinggi besar tertawa sampai perutnya bergerak naik turun.Cang Er merapatkan tubuh ke belakang Liang Kun. “Kakak, aku sama sekali tidak mengenal mereka dan tidak tahu apa maksud d

  • Giok Langit   Bab 48 : Perasaan

    Setelah pergi cukup jauh dari Danau Yueya, mereka berdua memperlambat laju kuda masing-masing. Jalanan memang lebar, tapi mereka memilih untuk tidak terlalu buru-buru untuk menikmati keadaan alam sekitar sekaligus beristirahat dari lelahnya tugas yang baru saja dijalankan.“Cang Er, apakah kau yakin baik-baik saja,” tanya Liang Kun yang sudah menjajari kuda Cang Er.Gadis itu tersentak dari lamunannya. Memang tadi dia sedang melamun tentang segala kejadian di Desa Cin Wu baru-baru ini. “Kenapa?”“Wajahmu selalu tampak murung.”Kembali Cang Er menunduk dan merenungkan semuanya. “Sebenarnya, ada satu hal yang sedang kupikirkan dan kusesali.”“Apakah yang kauceritakan kepada Gak Tai Ciangkun tadi itu bohong?” tanya Liang Kun penuh selidik.Gadis itu cepat-cepat menggeleng. “Tidak sama sekali. Semua itu benar. Hanya saja ada beberapa bagian yang aku rahasiakan.”Liang Kun mengembuskan napas panjang. “Sudah kuduga,” ucapnya yakin. “Aku memang merasa ada yang janggal dengan dirimu sejak tad

  • Giok Langit   Bab 47 : Jenderal Gak

    Perjalanan ke barat kali ini sedikit jauh. Menaiki kuda tunggangannya, ia menyusuri jalan-jalan setapak sempit sepanjang hutan untuk sampai ke tempat tujuan. Tentu saja, dalam hutan-hutan yang lebat ini terdapat banyak para bandit beserta segala macam orang jahat. Di tengah jalan ini Cang Er banyak bertarung untuk menumpas mereka. Kadang ada yang dibunuh, kadang ada yang dibiarkan lolos dengan membuat mereka setengah cacat atau sumpah paksaan.Setelah beberapa hari ke arah barat, Cang Er sedikit membelok. Kini ia menuju barat daya. Tujuannya adalah Danau Yueya yang terkenal dengan keindahan sekaligus keunikan tempat tersebut. Pasalnya, danau itu memiliki ciri khas tersendiri dalam bentuknya yang melengkung seperti bulan sabit raksasa. Jika dipandang dari bukit terdekat ketika sore hari, maka airnya akan berwarna merah terang. Ketika dipandang saat malam hari, maka Danau Yueya memantulkan gambar bintang dan bulan dari langit.Tiga hari berikutnya, Cang Er tiba di danau tersebut saat so

  • Giok Langit   Bab 46 : Api

    Gerakan Long Wei lebih cepat. Dia menangkis tusukan itu dengan cara menekan pedang ke bawah. Sebelum Zhen Yu mampu berekasi, Xu Qinghe melancarkan serangan berupa bacokan yang langsung ditangkis oleh pemuda itu dengan tangan kiri. Suara beradu dua logam terdengar, ternyata tangan kiri Zhen Yu juga dilapisi sarung tangan besi.Long Wei tak bisa membantu lebih jauh lagi karena ia merasakan bahaya dari belakang. Begitu berbalik, ternyata sudah ada lima orang yang menyerang. Begitu pula dengan Ceng Tok, ia sudah sibuk menghadapi mengeroyokan para Singa Emas.Xu Qinghe berteriak keras, menyerang dengan dua kali tebasan ke leher dan dada. Zhen Yu mampu menangkis sekaligus menghindar. Pemuda itu melakukan serangan balik berupa tusukan tangan kiri yang seolah bisa mengambil jantung Xu Qinghe jika tangan itu berhasil menembus dada.Trang ....“Kau kurang kuat!” seru Zhen Yu.Trang ... Trang ....“Kau masih takut!”Trang ... Sraat ....Darah keluar dari luka gores di pipi Zhen Yu.“Kau lengah!”

  • Giok Langit   Bab 45 : Hujan

    Tiba-tiba hujan turun deras. Tanah yang tadi kering kini benar-benar basah dalam waktu amat singkat. Genangan air tercipta di sudut-sudut yang biasanya tak terlalu diperhatikan, atau bahkan di kumpulan rumput taman atau halaman depan.Long Wei memandangi beberapa genangan kecil yang ada di sekelilingnya dan dia bertanya-tanya dalam hati. Setelah lewat malam ini, apakah genangan air itu masih keruh karena tercampur tanah? Atakaukah akan berubah warna? Merah, mungkin?Suitan nyaring terdengar. Long Wei tahu itu suara Ceng Tok yang bersuit dari atas gerbang depan. Suitan tanda bahaya yang seolah menarik siapa saja dari pelukan mimpi indah. Berturut-turut pintu kamar terbuka lebar, semuanya berlari keluar.Terjangan air hujan besar-besar tak mereka pedulikan. Mereka semua tahu ini pasti ada hubungannya dengan pertempuran di kaki bukit beberapa hari lalu. Mereka semua siap mempertaruhkan nyawa.“Singa Emas datang menyerang!” teriak Ceng Tok dan tahu-tahu di tembok tinggi yang mengelilingi

  • Giok Langit   Bab 44 : Orang Kepercayaan

    Dia merasa bingung sendiri, kenapa tadi ia begitu teropsesi dengan Giok Langit sampai mengabaikan Xu Liangchen. Dia terlalu fokus kepada Lin Dong untuk mengejar Han Rui yang telah membawa cincin itu. Dia terlalu fokus pada Giok Langit.Long Wei memandang Xu Qinghe yang memangku kepala ayahnya sambil mengucurkan air mata. Dua Raja Singa yang tersisa memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri. Long Wei sama sekali tak menghiraukan mereka.Dia lebih memikirkan dirinya sendiri.Apa yang terjadi padaku? batinnya. Perasaan apa itu tadi?Jerit Xu Qinghe yang semakin keras mengalihkan perhatian pemuda itu. Ia cepat mendekat untuk melihat luka-luka yang diderita Xu Liangchen. Beberapa saat kemudian, Long Wei menggelengkan kepalanya lemah. Racun itu sudah menyebar terlalu jauh. Mungkin hanya Setan Sakti yang mampu menangani ini.Agaknya Xu Liangchen tadi terlalu gegabah sehingga terlalu banyak menangkis serangan para musuh sehingga racun itu berhasil masuk.“Aku tahu aku tak akan selamat,

  • Giok Langit   Bab 43 : Perebutan Giok

    Xu Qinghe menangkis dan terpental, jatuh bergulingan. Pedang beronce merahnya terlempar jauh setelah menerima hantaman pedang milik Han Rui. Wanita dengan jubah serba merah itu lantas menerjang lagi, menusuk dada.“Setan betina!” pekik Xu Liangchen.Han Rui sedikit terkejut lalu menarik kembali serangan. Dia mampu melihat sinar berkelebat yang hampir menggorok lehernya. Ternyata itu adalah pedang berkilau yang entah sejak kapan sudah berada di tangan Xu Liangchen.Tak lama kemudian, datang pula seorang lelaki berjubah serba hitam. Ia memiliki wajah tegas, alis tebal dan kepala botak. Di tangannya membawa rantai panjang yang di ujungnya terdapat bola besi berduri.“Oh ... pertemuan yang kurang menyenangkan, menurutku.” Han Rui terkekeh menatap Xu Liangchen. “Apa kabarmu, orang tua?”Satu Raja Singa terpental tepat di depan muka Han Rui saat Long Wei dengan murka menyepaknya keras. Wanita itu buru-buru memandang untuk menemukan muka Long Wei yang membayangkan kemurkaan luar biasa.“Bagu

  • Giok Langit   Bab 42 : Jebakan

    Xu Qinghe memerintahkan selusin orang yang ia rasa memiliki kepandaian tinggi. Saat itu juga, bersama Long Wei, mereka pergi menyusul Xu Liangchen yang pasti sudah cukup jauh dari Kota Shengyin. Dengan naik kuda-kuda berkualitas baik, mereka membelah jalanan kota dan berhasil mengejutkan para warga.Di tengah perjalanan, Long Wei hanya menjelaskan kalau mungkin Xu Liangchen dalam bahaya. Entah mendapat serangan atau apa pun.“Kalau Ular Darah sengaja melakukan ini untuk merebut perhiasan itu.” Long Wei sengaja menyebut perhiasan karena saat ini mereka tidak sendiri. “Apakah kau tidak berpikir kalau mungkin sekali kekacauan antara Pedang Api dan Singa Emas adalah siasat mereka pula untuk merebut perhiasan?”Napas Xu Qinghe berhenti sejenak. “Itu ... itu masuk akal juga.”“Aku khawatir ayahmu di perjalanan mendapat serangan,” ucap Long Wei. “Entah dari Singa Emas atau dari Ular Darah atau dari keduanya.”“Kita harus cepat!”Keadaan memang gawat sekali. Ini adalah masalah pelik yang mung

  • Giok Langit   Bab 41 : Perhiasan

    Long Wei mencoba menyamai langkah kaki Xu Qinghe yang melintasi lorong entah menuju ke mana. Gadis itu sama sekali tidak menjawab ketika terus didesak Long Wei. Hingga ketika Xu Qinghe berbelok, ternyata mereka sampai di taman belakang yang lumayan luas.Xu Qinghe berhenti tiba-tiba dan membalikkan tubuh dengan sebal. “Kau kenapa mengikutiku terus? Apa tak ada yang perlu kaulakukan?”“Tidak, kalau kau bertanya,” jawab Long Wei cepat. “Yang pasti, kau harus menjelaskan kenapa kalian menerima permintaan itu? Apa kalian tidak tahu siapa itu Ular Darah?”Xu Qinghe menggembungkan pipi sebelum berbalik dan pergi. Beberapa saat kemudian, dia berhenti lagi lalu mengempaskan diri ke kursi taman yang berada di bawah naungan pohon besar.Long Wei menyusul. “Jawab aku!”Xu Qinghe masih memasang muka jengkel.Long Wei ingin mendesak lagi, tapi gadis itu sudah mendahuluinya dengan bentakan. “Kau di sini diminta untuk menjagaku, bukan menanyaiku macam-macam apalagi urusan Pedang Api!”Tangan pemuda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status