Home / Romansa / Hati yang Kau Sakiti / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Hati yang Kau Sakiti: Chapter 111 - Chapter 120

125 Chapters

Bab 111 : Bertemu Masa Lalu

Udara siang ini terasa dingin, angin bertiup sepoi-sepoi membawa ketenangan yang samar-samar menusuk hati. Langit sedikit mendung, seolah ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh mereka yang datang ke pemakaman hari ini. Kiran, James, dan Kinanti berjalan perlahan dengan langkah berat, membawa buket bunga masing-masing di tangan mereka. Clarissa yang masih kecil, berjalan di samping Kiran dengan wajah polos, ia belum memahami suasana yang berat di sekelilingnya. Ketika mereka tiba di Indonesia, mereka memutuskan untuk mengunjungi makam Maria, Kiran berhenti sejenak, memandangi batu nisan mantan ibu mertuanya dengan hati yang duka. Kakinya terasa berat, seolah tak sanggup melangkah lebih dekat. Namun, ia menghela napas panjang, mencoba menahan sesak di dadanya, Kiran memberanikan diri untuk melangkah maju, dan perlahan meletakkan bunga di atas pusara Maria. "Ma … maafkan aku, maafkan aku bila aku tidak bisa menjaga Mama." Suaranya terhenti sejenak. Mata Kiran sudah memerah,
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 112 : Cowok Gak Jelas

Kiran dan Arka duduk di sebuah bangku taman, terdiam, mereka tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Suasana di sekitar mereka terasa begitu hening, hanya suara angin yang berhembus dan tawa anak-anak di kejauhan yang memecah kesunyian. Namun, di antara mereka, seakan tak ada yang mampu berbicara. Suara mereka tersendat di tenggorokan, dan lidah mereka terasa kelu. Sudah lima tahun berlalu sejak terakhir kali mereka bertemu. Lima tahun sejak perceraian mereka, dan takdir kini mempertemukan mereka kembali dalam situasi yang tak terduga. Arka melirik Kiran dari sudut matanya. Wanita itu tampak begitu berbeda dari yang ia ingat. Kiran kini lebih anggun dan modis, penampilannya lebih tertata. Pakaian sederhana yang ia kenakan memperlihatkan sosok yang dewasa, dan wajahnya terlihat lebih matang. Namun, juga lebih dingin. Dulu, Kiran selalu ceria, tapi kini ada jarak yang tak terlihat di antara mereka. "Sudah lama kita tidak bertemu." Akhirnya Arka membuka suara. Suaranya terdengar se
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 113 : Gadis Kecil

"Kenapa kamu diam? Apa dia anakmu?" Arka mulai bertanya lagi ketika melihat Kiran hanya diam membisu. Kiran terdiam beberapa detik, sebelum ia menjawab, "Iya, dia anakku." Wajah Arka seketika menjadi pucat pasi. Ia terkejut bukan main mendengar jawaban dari mantan istrinya itu. Gadis itu anak Kiran? Sejak kapan Kiran memiliki anak? Apakah mantan istrinya sudah menikah lagi? Begitu banyak pertanyaan dalam benak Arka, sampai membuat kepalanya seakan ingin pecah. Arka memberanikan diri untuk bertanya lagi. "Kamu ... sudah menikah lagi?" Pertanyaan Arka jelas membuat Kiran diam seribu bahasa. Mana mungkin ia menjawab bila dirinya belum menikah. Pasti Arka akan semakin bertanya-tanya. Kiran menoleh sekilas ke arah Arka. Kenapa lelaki itu begitu kepo? Ia menjadi bingung harus menjawab apa sekarang. "Kenapa memangnya kalau aku sudah menikah lagi?" Arka tampak kebingungan. "Aku hanya ... tidak tahu. Aku pikir ... kamu belum menikah lagi." Kiran mendengkus kecil, ia sedikit me
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 114 : Merasa Kecewa

"Kamu tahu di mana Kiran tinggal sekarang?" Arka menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Kak. Sudah lima tahun kita tidak bertemu, aku tak punya petunjuk soal kehidupannya sekarang." Jawaban itu semakin membuat Arga bingung. Lima tahun tanpa kabar, dan tiba-tiba Kiran sudah menikah lagi? Bagaimana bisa semuanya berubah begitu cepat tanpa sepengetahuannya? Perasaan tak menentu menyelimuti hati Arga. Ia merasa kehilangan sesuatu yang seharusnya tak pernah ia biarkan pergi. Perasaan kesal dan frustrasi mulai merayapi dirinya. Arga segera pergi dari sana, ia hanya tak ingin menunjukkan emosi di depan adiknya. Kaki panjangnya melangkah cepat menuju kamar. Pintu kamarnya segera ditutup rapat, seolah ia ingin mengunci semua perasaannya di dalam. Saat pintu telah tertutup, Arga meremas kedua tangannya dengan kuat. Dadanya terasa sesak, dan napasnya semakin berat. Tanpa berpikir panjang, tinjunya melayang ke dinding kamar dengan kekuatan yang tak terelakan. Bugh! Dinding itu bergetar,
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 115 : Kebohongan Arga

Kiran hanya mengangguk pelan, menahan perasaannya yang hancur. Ia tak tahu lagi harus berkata apa. Hatinya terasa dicabik-cabik, dua kali dikhianati, dua kali ditinggalkan, dan dua kali pula ia harus kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Pertama Arka, yang meninggalkannya karena Lita, dan kini Arga, lelaki yang ia kira akan berbeda. Ia pikir Arga adalah orang yang tulus mencintainya. Namun kenyataan yang ia hadapi sama saja. Semua lelaki hanya membawa luka, pikirnya dengan getir. Kiran berusaha tetap tegar di depan Vanya dan Arga, meskipun hatinya terasa begitu hancur. Tepat pada saat itu, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari nomor yang sangat dikenalnya—nomor Clarissa, putrinya. "Mommy ..." terdengar suara Clarissa dari seberang. "Iya, Sayang," Kiran berusaha menenangkan diri, suaranya terdengar lelah. "Mommy, pulang sekarang. Aku kangen," kata Clarissa dengan manja. "Baiklah." Tanpa memperdulikan Vanya dan Arga lagi, Kiran memutuskan panggilan dan m
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 116 : Di Antara Dua Hati

Merasa frustrasi dengan semua yang terjadi, Kiran memutuskan pergi berjalan-jalan dengan anaknya, di sebuah pusat perbelanjaan. Sembari mendorong troli, tangan kirinya menggenggam ponsel, memeriksa daftar belanjaan yang harus dibelinya. Ia mengitari rak-rak barang. Sesekali mengambil produk yang ia butuhkan dan memasukkannya ke troli tanpa banyak berpikir. "Mom, aku mau beli jajan," suara lembut Clarissa, putrinya, membuyarkan lamunan Kiran. "Baiklah, ambil saja yang kamu mau," jawab Kiran tanpa banyak pikir. Ia mengangguk pada putrinya yang kemudian berlari kecil menuju rak-rak snack yang dipenuhi berbagai camilan. Sementara itu, Kiran terus melangkah menuju rak perlengkapan mandi. Sabun dan sampo sudah hampir habis di rumah, dan ia berencana untuk membeli beberapa barang tersebut. Namun, ketika ia tiba di depan rak sabun, dua orang yang familiar menangkap perhatiannya dari kejauhan. Sosok itu adalah Arka, dan di sebelahnya ada Arga. Mereka sedang memilih barang di rak sebelah
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Ba 117 : Tabrak Lari

"Ayo, sini! Aku akan kenalkan kamu sama kakakku." Cleo tampak sangat bahagia ketika melihat ayahnya datang bersama seorang gadis kecil yang baru ia temui beberapa hari lalu. Wajah Cleo berseri-seri saat menarik tangan Clarissa menuju tempat kakaknya berada. "Kamu punya kakak?" Cleo mengangguk. "Iya, dia sedang main motor-motoran," jawab Cleo sambil menunjuk ke arah Noah yang sedang asyik bermain di arena permainan. Sesampainya di dekat Noah, Cleo langsung berhenti dan memanggilnya, "Kak Noah!" Noah menoleh saat mendengar suara Cleo dari samping. "Ada apa, Dek?" "Lihat, aku bawa siapa!" Cleo tersenyum lebar, seraya menunjuk seorang gadis mungil yang berdiri di sampingnya. Noah segera turun dari permainan dan melihat ke arah gadis kecil itu. "Dia siapa?" "Dia Clarissa, Kak." "Oh, jadi ini Clarissa yang sempat kamu bilang kemarin, ya?" Clarissa melirik ke arah Cleo. "Kamu ngomong apa tentang aku?" "Aku bilang kamu cantik." Perkataan Cleo membuat Clarissa sedikit tersipu malu.
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 118 : Kritis

Aldo menyeringai dari balik kemudi mobilnya ketika melihat sosok wanita yang dikenalnya, Kiran. Wanita yang selama ini ia benci. "Jadi, kamu sudah kembali lagi, Kiran? Baguslah. Sekarang waktunya aku membalas dendam atas kematian Cintya dan juga atas apa yang terjadi pada Lita," gumamnya, sorot matanya menatap Kiran seperti api yang berkobar. Ia masih kesal ketika mengetahui adik sepupunya, Lita, dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan kondisi mentalnya semakin parah. Lima tahun lalu, Lita tertangkap basah oleh Arga ketika sedang mencoba membekap Maria. Tanpa belas kasih, Arka memasukan Lita begitu saja ke Rumah Sakit Jiwa. Sampai mental Lita sudah terlanjur kacau, terkadang dia menangis tanpa sebab, kadang juga tertawa seperti orang yang kehilangan akal. "Sekarang waktunya kamu untuk mati." Aldo berdesis seraya menancap pedal gas begitu kuat. Kiran yang sedang berjongkok di tepi jalan, ia terlalu sibuk memunguti barang belanjaannya yang berjatuhan, sampai ia tidak menyadari ada
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 119 : Donor Mata

"Kita … kita harus segera mencari donor, Dok. Apa pun yang bisa dilakukan, kami akan lakukan. Tolong selamatkan Kiran." James berharap putrinya akan mendapatkan donor mata secepat mungkin, ia tak bisa membayangkan bila Kiran tak bisa melihat. Dokter mengangguk. "Kami akan berusaha sebaik mungkin, Pak. Kami juga akan mulai mencari donor yang cocok untuk segera dilakukan transplantasi mata," katanya sebelum kembali masuk ke dalam ruang gawat darurat. James dan Kinanti berdiri di depan pintu ruang perawatan dengan perasaan yang bercampur aduk, berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkan penglihatan putri mereka. Tubuh James terasa lemas saat mendengar kondisi Kiran yang begitu kritis. Kakinya hampir tak kuat menopang tubuhnya, dan ia terpaksa bersandar pada dinding untuk menahan beban emosinya. Ia berharap putri semata wayangnya akan baik-baik saja, meski situasinya tampak begitu sulit. Di dalam hatinya, James terus berdoa agar ada keajaiban yang bisa menyelamatkan Kiran. Clari
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 120 : Batu Nisan

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Kiran dan keluarganya. Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya dokter akan melepas perban di mata Kiran. Mereka semua menanti hasil dari operasi transplantasi yang menentukan penglihatan Kiran kembali. Dokter masuk sambil tersenyum ramah. "Baiklah, Kiran. Kita akan mulai melepas perbanmu sekarang. Cobalah untuk rileks, ya." Kiran mengangguk. Akan tetapi tubuhnya sudah bergetar, ia takut bila semuanya akan sia-sia, tapi ia juga berharap bila penglihatannya kembali normal lagi. Clarissa yang berdiri di samping tempat tidur, menggenggam tangan ibunya dengan erat. Sementara James dan Kinanti berdiri di belakang mereka, wajah mereka begitu gelisah, hanya berharap bila semuanya akan baik-baik saja, dan putrinya kembali bisa melihat. Perban perlahan dilepas, lapis demi lapis, hingga akhirnya dokter berhenti dan menatap Kiran serius. "Coba perlahan buka matamu, Kiran. Jangan khawatir, cahaya mungkin akan terasa sedikit menyilaukan di awal.
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status