Home / CEO / Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Presdir, Istri Sahmu Telah Kembali: Chapter 181 - Chapter 190

205 Chapters

181. Wanita Perasa

"Pesanan Anda, Nona. Lemon cake dan teh camomile."Vania tersenyum dan mengangguk. Wanita itu menggeser laptop ke samping agar mudah meletakkan makanan dan minumannya. Saat mendongak untuk mengucapkan terima kasih, Vania terkejut."Lho, Ibu yang antar makanan? Apa ada pegawai yang tidak masuk?" Vania membantu Ibu Irma meletakkan pesanannya."Iya, kebetulan salah satu pegawai izin untuk mengantar orang tuanya ke rumah sakit.""Ya ampun. Baik. Terima kasih, Bu.""Irma. Namaku, Irma.""Salam kenal, Ibu. Aku suka kafe ini. Sangat nyaman.""Terima kasih juga karena telah menjadi salah satu pelanggan setia."Vania terkekeh. Wanita berwajah manis itu berkata, untuk bekerja, ia memerlukan suasana yang tenang. Dan ia menemukannya di tempat ini."Ibu Irma pemilik kafe ini, bukan? Nama kafenya sama dengan nama Ibu.""Sebenarnya kami berdua. Saya juga investasi di kafe ini." Irma menatap sekeliling dengan senyum."Oh begitu. Silahkan duduk, Ibu. Kalau tidak keberatan, kita bisa mengobrol sebentar
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

182. Gagal Move On

“Jadi, selama tiga hari ini Ibu sendirian di rumah? Pulangnya bagaimana?” Sarah mencecar pertanyaan saat Ibu Irma bercerita bahwa Irwan sedang pelatihan di luar kota.“Dulu juga Ibu sering sendirian kok. Tidak apa-apa. Biasanya pulang naik taksi.” Ibu Irma menjawab sambil terkekeh melihat kekhawatiran Sarah.“Dulu, kan, Ibu tinggal di kota kecil yang sebagian besar warganya mengenal Ibu. Di sini, Ibu belum kenal siapa-siapa. Bahaya!” Sarah mengomel sendiri sambil membaca berkas laporan dari manager keuangan kafe.“Ya, terus Ibu harus bagaimana?”“Kenapa tidak kasih tau aku? Aku bisa meminta supir menjemput Ibu.”Segera, Irma menolak. Menurutnya, Sarah berlebihan. Ia juga ingin memiliki waktu sendiri dan mandiri di kota besar.Dengan menghela napas panjang, Sarah akhirnya mengangguk. Ia menutup berkas lalu memberikannya pada manager yang duduk di depannya. Lelaki yang mengurus keuangan kafe itu segera pamit dari ruang kerja Sarah setelah mendiskusikan beberapa keperluan kafe.“Sepertin
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

183. Kram dan Mual

"Oh, tidak. Aku tidak mau jodoh-jodohin orang." Marc menggeleng tegas mendengar permintaan Sarah untuk mengenalkan Irwan dengan salah satu pegawai kantor."Lho, kamu aja dijodohin kok." Sarah balas meledek.Marc menyeringai. "Yaa ... itu sih takdir namanya. Lagipula mak comblangnya orang tua. Kalau gak dituruti kualat."Sarah tergelak mendengar ucapan suaminya. Mereka sedang bekerja di ruang kerja pribadi Marc di rumah. Sejak Sarah selesai dengan proyek di kantor lama, ia memang kerap membantu memeriksa keuangan perusahaan Marc.Sambil menatap layar laptop, Sarah bercerita ketika ia bertemu Vania. Juga bagaimana Ibu Irma berbincang dengan wanita yang mengaku sebagai ibu kandung Arzan."Sebenarnya aku penasaran. Vania terlihat sayang pada Arzan. Kenapa dulu ditinggalkan, ya?""Tak perlu ungkit masa lalu jika menyakitkan." Marc mengingatkan Sarah karena mereka pun memiliki masa lalu yang kompleks.Mendengar nasehat Marc, Sarah jadi terdiam. Namun begitu, dalam hati ia ingin suatu saat V
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

184. Mantan Kekasih

“Ayo, Sarah. Sebentar lagi, wawancaranya mulai.” Lucy memberitahu menantunya yang masih berada di meja makan.“Iya, Ma. Sebentar, Sarah minum vitamin dulu.” Sarah segera menenggak dua butir vitamin dengan segelas air.Dengan langkah cepat, Sarah berjalan ke ruang keluarga. Layar televisi sudah menampilkan latar belakang tema wawancara mereka. Lucy duduk sambil memangku Vivi.Melihat Sarah, Vivi langsung berpindah tempat. Ia mengambil posisi menyusui dan menatap Sarah.“Mau susu?” Sarah mencium Vivi dan membuka kancing atas blusnya. Sambil menyusui, Sarah menatap layar. “Kok iklannya banyak sekali, Ma.”“Itu tandanya acara ini banyak peminat, hingga banyak produk yang membayar agar iklan mereka ditampilkan.”Sarah mengangguk-angguk mendengar penjelasan Lucy. Tangannya tak henti mengusap sayang rambut bergelombang Vivi.Acara di televisi di buka oleh seorang MC cantik. Lucy mendengus pelan membuat Sarah menoleh menatap Mama mertuanya.“Kenapa, Ma?”Lucy mengendik ke layar televisi. “Man
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

185. Mode Diam

"Mama bilang kamu tidak nonton wawancaraku di televisi. Apa Vivi rewel?" Marc bertanya seraya membuka pakaiannya.Setelah acara di televisi, Marc meminta izin melalui pesan untuk makan-makan bersama kru media. Hingga kemudian, ia baru pulang menjelang malam."Gitu, deh." Sarah menjawab datar."Ya, sudah. Aku mandi dulu." Marc lalu masuk ke kamar mandi tanpa melihat wajah Sarah yang mencebik kesal padanya.Begini rasanya kalau menikah tanpa pacaran. Mereka sama-sama mesti mempelajari karakter masing-masing dan harus banyak pengertian.Rasa kesal tidak membuat Sarah meninggalkan rutinitasnya menyiapkan kebutuhan Marc. Satu set piyama diletakkan di sisi ranjang. Ia lalu duduk di sofa sambil membaca buku.Marc berjalan mendekati Sarah sambil mengancing piyamanya. Rambut lelaki itu masih basah dan ia tidak repot-repot mengeringkannya. Marc duduk di samping sang istri.“Aku bertemu teman lama di stasiun televisi tadi. Jadi, setelah interview, kami makan-makan bersama.” Marc bercerita santai
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

186. Dokumen Sah

Arzan terdiam mendengar dokter menjelaskan tentang hasil DNA-nya. Di pojok ruangan, Vania menutup mulut dengan satu tangan dengan mata berair. Terharu karena akhirnya ia memiliki dokumen sah tentang anak kandungnya.Meski tidak mengerti, Arzan menatap tulisan di kertas yang mengatakan bahwa ia memang memiliki gen yang sama dengan Vania. Sarah berjongkok dan mengusap sayang punggung Arzan.Anak kecil itu malah memeluk Sarah erat. Marc mengusap puncak kepala Arzan. Sarah melepas pelukan putra angkatnya dan menggenggam tangan Arzan.“Ayo, beri ibumu pelukan. Ia pasti sudah lama sekali ingin memelukmu.” Sarah berbisik pada Arzan.Ragu, Arzan mendekati Vania yang masih terpaku dengan mata berair. Sebelum Arzan mendekat, wanita itu terisak namun tangannya terentang lebar.Sarah sampai mendorong pelan tubuh Arzan karena anak itu masih tampak sungkan. Namun setelah berada di pelukan Vania, Arzan terlihat mulai melemaskan tubuh dan membiarkan Vania mengusap bahkan menciuminya.“Maafkan, Ibu. M
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

187. Jadwal Bertemu

“Benar, Bu. Aku diancam Marc. Jika tidak menikah tahun ini, aku mau dipecat.” Irwan mengadu pada Ibu Irma saat mereka sedang makan malam bersama.Bukannya prihatin mendengar Irwan diancam bosnya, Irma malah meledakkan tawa. “Syukurin!”“Ibu! Kok gitu. Nggak kasihan apa sama anaknya.” Irwan tambah bersungut kesal.Irma menghela napas panjang. “Iya, iya. Maaf. Terus-terang, ibu senang dengan ancaman Marc. Siapa tau kamu jadi memikirkan kembali kehidupanmu. Ingat, nak. Waktu terus berjalan.”Mereka tidak melanjutkan perdebatan. Selesai makan, Irwan mengucapkan terima kasih atas hidangan yang disiapkan ibunya. Mereka membereskan ruang makan dan dapur bersama.Setelahnya, Irwan dan Irma masuk ke kamar masing-masing. Di kamarnya, Irwan duduk merenung di depan jendela kamar. Tidak ada pemandangan yang menarik, ia hanya termangu dengan pikiran kosong.“Mungkin Ibu benar. Marc juga benar. Aku harus mulai menata kehidupan cintaku yang berantakan.” Irwan mendesah dalam hati.Kakinya berjalan ke
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

188. Perjalanan Pertama

“Sleeping bag, senter kepala, tongkat hiking, sepatu, jaket .... “ Vania membaca keperluan Arzan lalu mengangguk.“Ibu tau kita harus beli di mana?”Vania mengangguk. “Ada toko perlengkapan kemping di distrik 21. Kita coba ke sana, ya.”Arzan mengangguk. Ia di mobil hanya berdua dengan Vania yang menyetir sendiri kendaraannya. Sementara dua orang pelayan yang ditugasi menjaga Arzan mengikuti dengan mobil berbeda di belakang.“Apa setiap bepergian, kamu selalu dikawal seperti ini?” Vania bertanya penasaran.“Iya.”“Kenapa?”“Papa bilang, untuk keamanan.”Perbincangan mereka lalu beralih. Vania menanyakan tentang buku-buku yang sudah Arzan baca. Topik itu berhasil membuat Arzan bicara panjang lebar.Dari obrolan tersebut, Vania tau putranya menyukai novel bergenre detektif di sekolah. Ia sangat senang mendengar cerita putranya.“Pernah di sekolah ada yang sembunyikan sepatu temanku. Aku berhasil menemukannya dengan menyelidikinya lebih dulu.” Arzan berkata bangga.“Oh ya? Apa saat dewas
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

189. Lebih Suka Mama

Makanan sisa dari restoran akhirnya dibawa Vania pulang. Vania membelikan pizza utuh sebagai oleh-oleh untuk keluarga Carrington. Mereka kini dalam perjalanan pulang.“Nanti cerita sama Ibu pengalaman kempingnya, ya.”“Iya.”“Minggu depan, kita ketemu di kafe Ibu Irma. Kata Ibu Irma, kamu suka di sana.”Arzan mengangguk. “Iya. Soalnya, aku suka sama Nenek Irma.”Vania tersenyum. Putranya dikelilingi orang-orang baik. Ia merasa malu karena masa lalunya.Begitu sampain di depan rumah, Vania juga mengantar Arzan. Pelayan meminta Vania menunggu di foyer. Wanita itu menunduk menatap putranya.“Apa Mama sudah tidur jam segini?”Arzan menggeleng. “Biasanya Mama Papa tidur malam sekali.”Tak lama berselang, mereka mendengar suara ketukan heels. Vania menoleh ke asal suara sementara Arzan berjalan mendekati Sarah yang telah terlihat sosoknya di kejauhan.“Mama. Arzan pulang.” Arzan segera memeluk Sarah yang membalasnya.“Hai, anak pintar.” Sarah mencium pipi Arzan, lalu menoleh pada Vania. “Te
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

190. Mengantar Arzan

“Vivi sudah tidur, Sayang.” Marc membela diri. “Tapi, kami takut kamu marah.”Sarah mendengus pelan. Ia lalu pindah ke sisi Vivi dan mengamati putrinya. “Bisa-bisanya anak bayi ini berakting.”“Vivi sudah bisa pura-pura nangis, tertawa dan tidur lho, Sayang.” Marc dengan bangga berkata pada istrinya.“Iya, aku sudah tau. Tetapi, tidak menyangka ia menuruti permintaanmu untuk pura-pura tidur saat aku masuk dan ia berhasil.”Ternyata Vivi memang sedang rewel. Setelah diajak bermain sebentar lalu menyusu, Vivi baru tertidur. Perlahan, Sarah dan Marc pindah ke kamar mereka.Sarah dan Marc kini sudah berbaring di ranjang dengan piyama yang senada. Sarah meletakkan kepalanya di dada Marc hingga ia bisa mendengar detak jantung sang suami. Ia menceritakan percakapannya dengan Arzan barusan.“Anak itu tau mana yang paling menyayanginya.”Tangan Sarah memukul dada Marc. “Jangan begitu. Sudah kubilang kita tidak tau apa yang terjadi hingga Vania meninggalkan bayinya. Jangan selalu berpikiran neg
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status