All Chapters of Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan: Chapter 171 - Chapter 180

195 Chapters

Bab 171

“Bu, buat apa tanya harga rumahnya segala? Biar itu Satrio dan Isha saja yang tahu.” Baskoro menegur istrinya yang terus bertanya soal rumah Satrio dan Isha.“Ibu ‘kan cuma pengen tahu. Memangnya ga boleh? Vita sama Surya aja bilang kok harga rumah mereka berapa.” Lina tak terima ditegur suaminya.“Vita dan Isha ‘kan beda, Bu. Kalau Isha sama Satrio tidak mau memberi tahu, ya sudah. Toh kita juga tidak ikut membayar rumah yang mereka beli,” tukas Baskoro.“Paling juga malu mau ngasih tahu karena tipe rumahnya RSS dan harganya murah,” celetuk Lina. “Jangan suka suuzan, Bu!” Baskoro kembali menegur sang istri.Satrio menahan Isha yang ingin menimpali. Dia tak ingin membuat keributan di rumah sang mertua. Biar saja Lina masih merendahkan, nanti juga akan berhenti sendiri kalau sudah tahu di mana mereka tinggal dan apa pekerjaannya. Bukankah balas dendam terbaik itu dengan menunjukkan kesukseskan pada orang yang pernah merendahkan dan menghina mereka?“Isha, Satrio, tolong jangan dimasuk
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 172

“Makasih udah nganterin aku pulang, Ya,” ucap seorang wanita sambil melepas sabuk pengaman yang tadi membelit tubuhnya.“Sama-sama, Ke,” sahut Surya sambil tersenyum manis pada wanita bernama Ike tersebut.“Mau mampir dulu? Ngopi mungkin?” tawar teman kuliah Surya itu.Surya menggeleng setelah melihat jam digital di dashboard yang menunjukkan pukul 10.00 malam. “Sudah malam. Lain kali saja, Ke,” tolaknya.“Oke, deh. Hati-hati ya pulangnya. Kabari kalau udah nyampe,” pesan Ike sebelum turun dari mobil.Surya mengangguk sambil mengacungkan jempol pada wanita tersebut. “Aku pulang dulu.” Dia lantas kembali mengemudikan kendaraan roda empat miliknya. Dari kaca spion, Surya bisa melihat mantan gebetannya saat kuliah itu melambaikan tangan ke arahnya. Membuatnya menyunggingkan senyum mengingat masa-masa itu.Sementara itu di rumah Baskoro, Vita berjalan mondar-mandir di ruang depan sambil sesekali mengecek ponsel yang ada di genggaman. Sudah larut tapi dia sama sekali belum mendapat kabar da
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 173

Senin pagi ini, suasana di kantor pusat Digdaya Grup tampak lebih ramai dari biasanya. Karangan bunga papan berjejer di sepanjang jalan sampai di halaman gedung bertingkat lima belas itu. Karangan bunga tersebut semua berisi ucapan selamat untuk pimpinan baru Didgaya Grup yang akan diangkat hari ini yang dikirim oleh sesama pengusaha, pejabat negara, dan juga para artis yang pernah bekerja sama dengan perusahaan. Setelah Subuh, Isha langsung didandani oleh salah satu MUA ternama di ibu kota. Walaupun dia bisa berdandan sendiri, tapi karena hari ini adalah hari spesial untuk sang suami, Isha harus memastikan penampilannya istimewa agar tidak membuat malu Satrio dan juga mertuanya. Meskipun bukan dari latar keluarga kaya, setidaknya dia bisa berbaur dan berpenampilan seperti keluarga Satrio pada umumnya. Selesai dengan riasan wajah, Isha kemudian mengenakan pakaian yang merupakan salah satu rancangan desainer terbaik di Indonesia. Sesudah itu ada lagi orang yang menata hijabnya agar te
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 174

Isha sontak menoleh ke arah datangnya suara. Keningnya mengerut kala melihat sosok yang tadi memanggilnya. Wajah pria itu tampak familier, tapi dia sama sekali tidak punya petunjuk. “Ya, benar. Maaf, Bapak siapa ya?” tanyanya dengan sopan.“Kamu pasti lupa ya sama aku?” Pria tersebut menatap lekat wanita yang mengenakan hijab berwarna biru tua itu. Dia duduk di kursi samping Isha yang kosong.Isha tersenyum canggung. “Maaf, saya benar-benar tidak ingat,” tuturnya.Pria berkacamata itu mengangguk-angguk. “Wajar kalau kamu lupa sama aku karena sudah tujuh atau delapan tahun kita ga ketemu. Meskipun begitu, aku tetap ingat kok sama kamu,” ucapnya.Isha kembali mengernyit. “Maaf, apa bisa Bapak jelaskan kita kenal di mana dan kapan?” pintanya dengan penuh rasa penasaran.“Kita dulu bertetangga sebelum keluargaku pindah ke Malang. By the way, kita dulu juga satu SMA,” terang pria tersebut.“Apa kita teman sekelas waktu SMA?” tanya Isha memastikan karena tak yakin pria tersebut teman sekela
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 175

“Kita dapat jatah makan siang gratis hari ini,” ucap seseorang yang baru masuk ke ruang di mana divisi Surya berada.“Tumben. Memangnya ada acara apa hari ini?” tanya Surya tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.“Hari ini ‘kan pergantian presiden direktur Digdaya Grup. Dengar-dengar makan siang hari ini, syukurannya presdir yang baru,” jelas orang tadi.“Apa sudah diumumkan siapa presdir yang baru?” Surya akhirnya menatap teman satu divisinya itu.“Sudah. Pasti kamu belum lihat grup kantor ya?” Tebakan teman Surya itu sangat tepat.“Belum. Aku sibuk kejar deadline sejak datang,” aku Surya yang memang tak beranjak dari tempat duduk sejak masuk ke ruangan tersebut.“Aku ga nyangka ternyata direktur kita itu cucunya pemilik Digdaya Grup. Dan aku ngerasa bangga pernah jadi anak buah beliau,” celetuk yang lain, dan membuat Surya sontak menoleh pada orang tersebut.“Terus apa hubungannya direktur kita sama presdir Digdaya grup yang baru?” tanya Surya dengan kening mengerut.“Yang jadi p
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 176

Vita seketika tersadar dari lamunannya. Dia dengan cepat menggeleng. “Enggaklah, ngapain? Kaya kurang kerjaan aja,” kilahnya.“Ya siapa tahu.” Rekan kerja Vita itu mengedikkan bahunya.Vita tak lagi menanggapi temannya itu lalu kembali berkirim pesan dengan suaminya.Vita: Beb, jadi selama ini kita dibohongi ya sama Bang Sat. Ternyata selama ini dia direktur di perusahaan kita.Surya: Makanya waktu aku pertama kali melihat Bang Satrio kaya pernah ketemu tapi aku lupa. Sekarang aku baru ingat kalau pernah ketemu waktu aku ikut rapat sama manajeman mewakili kepala divisku yang saat itu lagi sakit.Vita: Pas resepsi kemarin kamu ‘kan juga lihat ada petinggi perusahaan yang datang ke sana. Pantas saja kalau diundang.Surya: Udah dulu ya, Beb, nanti disambung lagi. Aku mau lanjut kerja. Hari ini deadline soalnya.Vita: Oke. Nanti ketemu pas makan siang di kantin ya.Surya: Ya.*** “Pak, nanti ada konferensi pers jam 1.00 siang.” Bayu memberi tahu sang atasan yang sedang makan dengan istri
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 177

"Hari ini tumben antriannya banyak banget," lontar Vita saat masuk ke kantin kantor bersama suaminya. "Makan siang hari ini gratis, Beb. Dibayarin sama Bang Satrio," bisik Surya agar tidak terdengar yang lain.Vita yang berdiri di depan Surya seketika menoleh ke belakang. "Yang bener? Tahu dari mana, Beb?" tanyanya."Teman satu divisiku yang ngomong. Katanya syukuran dari presdir baru, semua karyawan yang ada di bawah Digdaya Grup, ditraktir makan siang," jelas Surya.Mata Vita sontak membola. "Gila! Perusahaan yang ada di bawah Digdaya Grup 'kan banyak. Habis berapa itu buat traktir semua karyawan?" bisiknya.Surya mengedikkan bahu. "Yang jelas banyak, Beb. Bisa jadi milyaran. Uang segitu mah buat orang seperti Bang Satrio ga ada artinya, Beb. Seperti kalau kita ngeluarin uang seratus ribu aja," timpalnya."Iya juga. Pantas sekarang Mbak Isha jadi lebih cantik pasti dikasih perawatan yang mahal. Semua yang dia pakai juga ga ada yang harganya murah. Beruntung banget jadi Mbak Isha. S
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 178

“Bang, setelah aku pikir-pikir, kayanya aku ikut Bang Satrio konferensi pers saja, tapi aku ga bisa ngembaliin hijabku kaya tadi,” kata Isha setelah mereka menjalankan salat Zuhur berjemaah.“Gapapa, pakai aja sebisa Dek Isha,” sahut Satrio sambil tersenyum manis pada istrinya. “Bagaimanapun penampilan Dek Isha, di mata Abang tetap yang paling cantik,” imbuhnya.“Hmm, mulai deh gombal lagi,” celetuk Isha seraya mengerling pada suaminya yang sedang mengurai lipatan lengan pada kemejanya. Sebelum mengambil wudu tadi, Satrio melipat lengan kemejanya sampai di atas siku."Ga percaya banget sih kalau Abang tuh jujur, Dek. Mana pernah Abang bohong?" protes Satrio."Bang Satrio, pernah bohong sama aku waktu awal kita nikah. Bilang kalau kerja jadi mandor, ternyata yang punya perumahan," balas Isha.Satrio menghela napas panjang. "Dek Isha, 'kan sudah tahu alasan kenapa Abang bohong. Tapi sekarang Abang 'kan ga pernah bohong lagi, Dek," desahnya.Isha tersenyum kala melihat bayangan suaminya
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 179

“Bu, sudah lihat berita belum?” Vita menghubungi Lina saat dalam perjalanan pulang dari kantor. Setelah makan siang tadi, dia tidak sempat menghubungi ibunya, jadi baru dilakukan sekarang. “Berita apa, Vit? Ibu dari tadi tiduran karena agak pusing jadi ga lihat hape,” sahut Lina dari seberang telepon. “Ibu sedang sakit?” Vita sontak berseru. “Cuma pusing biasa. Kayanya karena kehujanan kemarin pas pulang dari arisan. Setelah dipakai tidur, sudah berkurang,” jawab Lina yang tak mau anaknya merasa khawatir. “Minum obat kalau masih pusing, Bu,” lontar Vita. “Iya. Ibu tadi sudah minta Bapak beliin obat flu di warung. Ibu gapapa kok, kamu ga usah khawatir.” Lina menenangkan putrinya. “Oh ya, tadi kamu bilang soal berita, memangnya ada berita apa?” Istri Baskoro itu mengalihkan pembicaraan. “Itu Bu, berita soal Bang Satrio,” balas Vita. “Hah! Kenapa sama Satrio? Apa dia ditangkap polisi?” Lina asal menebak. Vita menggeleng meskipun Lina tidak bisa melihatnya. “Bukan, Bu. Kalaupun Ba
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 180

Lina menyambut Baskoro yang baru masuk rumah dengan wajah semringah, walaupun di kedua pelipis tertempel koyo. Pertanda kalau dia sedang sakit kepala. Baskoro merasa heran dengan sikap istrinya yang tidak biasa, tapi dia tak berusaha mencari tahu karena nanti Lina pasti mengatakan apa maunya. Ya, tindakan yang dilakukan Lina biasanya dilakukan kalau istrinya itu sedang ingin minta sesuatu. Dia tak langsung masuk kamar tapi duduk di kursi ruang depan begitu melihat ada gelas kopinya di atas meja."Gimana kerjaan, Pak?" tanya Lina sambil mendekatkan kopi yang masih panas ke hadapan sang suami."Seperti biasa. Kenapa, Bu? Tumben tanya." Pria yang sebagian rambutnya sudah memutih itu meraih cangkir, lantas menyesap kopinya."Ibu pengen tahu saja. Memangnya ga boleh?" Lina melirik suaminya.Baskoro menoleh pada istrinya. "Boleh saja, cuma tidak biasanya Ibu tanya seperti itu.""Ada peristiwa penting ga di kantor Bapak?" tanya Lina lagi.Baskoro tampak berpikir. "Di kantor ga ada apa-apa,
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
151617181920
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status