All Chapters of Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan: Chapter 161 - Chapter 170

208 Chapters

Bab 161

“Vit, Bapak dapat kabar dari Satrio kalau Surya sekarang ada di rumah orang tuanya. Kalau mau minta maaf dan baikan, sebaiknya kamu menyusul ke sana.” Baskoro bicara dengan Vita setelah diberi tahu Satrio di mana posisi Surya.“Aku ke sananya sendiri, Pak?” Vita memandang sang bapak dengan mata merah dan bengkak karena terus menangis."Kamu mau ditemani?" tanya Baskoro sambil memandang putri bungsunya dengan tatapan iba.Vita mengangguk sambil mengusap air mata dengan tisu. "Bapak nanti bisa bantu aku ngomong sama Mas Surya dan kedua mertuaku kalau ikut. Kalau aku ke sana sendiri belum tentu Mas Surya mau menemui aku," timpalnya.Baskoro melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 18.30, masih belum terlalu malam untuk bertamu ke rumah orang. "Ya sudah, kamu siap-siap. Bapak antar kamu ke rumah Surya," putusnya kemudian."Ya, Pak. Aku cuci muka dulu." Vita beranjak ke kamar mandi setelah sang bapak meninggalkan kamarnya. Kali ini dia harus mengalah dan minta maaf agar rumah tangganya b
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 162

Lina berdiri di depan kamar sambil melihat Vita dan Surya yang memasukkan pakaian mereka ke dalam koper dan tas besar. “Kalian benar-benar mau pergi malam ini?” tanyanya. “Iya, Bu,” sahut Vita sambil memasukkan semua kosmetiknya ke dalam tas kecil lalu ditata di dalam koper. “Kenapa ga besok pagi saja sekalian berangkat kerja?” tanya Lina lagi. “Ribet kalau besok pagi, Bu. Masa bawa banyak barang ke kantor,” jawab Vita. “Kan ditaruh di mobil, Vit. Ga bakal kelihatan sama orang,” tukas Lina. “Aku sama Mas Surya sudah sepakat pindah malam ini, Bu. Aku pasti akan ke sini kalau libur kerja, Ibu jangan khawatir,” balas Vita. “Biarkan saja Vita ikut sama suaminya, Bu. Sejak dia menikah ‘kan sudah jadi milik Surya, bukan kita lagi. Sama seperti Isha yang juga ikut sama Satrio.” Baskoro ikut menimpali. “Kalau Vita pergi, nanti rumah ini jadi sepi, Pak. Cuma ada kita berdua,” keluh Lina. “Ya ‘kan malah jadi pengantin baru lagi, Bu,” seloroh Surya. “Dulu waktu baru jadi pengantin ya ga
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 163

“Ada banyak sih, Bu. Tapi saya hanya tahu beberapa. Kalau mau tahu semuanya, Bu Isha tanya saja sama Pak Bhumi. Beliau yang lebih berhak memberi tahu,” sahut Marni dengan bijak.“Sebutkan saja yang Bi Marni tahu, ga perlu semuanya.” Isha membujuk sang asisten rumah tangga karena enggan bertanya pada suaminya.Wanita berumur empat puluh tahun itu kemudian menyebutkan beberapa aset yang dimiliki keluarga Satrio, seperti hotel, vila, resor, dan beberapa restoran. “Masya Allah, berarti keluarga suami saya benar-benar kaya ya, Bi?” Isha memandang sang asisten rumah tangga.Marni mengangguk. “Maaf, memangnya Bu Isha tidak tahu kalau Pak Krisna salah satu orang terkaya di negara kita?”Isha menggeleng. “Kok bisa, Bu? Memangnya sebelum nikah Pak Bhumi tidak mengenalkan Bu Isha sama keluarganya dulu?” Marni merasa heran.“Enggak, Bi. Waktu kenal sama saya ‘kan suami saya dalam posisi menyamar jadi saya tidak tahu siapa dia. Waktu kami menikah juga tidak ada keluarganya yang datang,” jelas Is
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 164

"Dek, emang boleh ya lagi hamil dipijat?" tanya Satrio setelah panggilannya dijawab Isha."Kata Mama boleh, Bang. Ini tadi Mama minta paket untuk yang ibu hamil kok," jawab Isha."Bhumi, yang telepon?" Laksmi bertanya pada Isha begitu mendengar menantunya bicara dengan seseorang di telepon."Iya, Ma," sahut Isha."Sini hapenya, biar mama yang bicara sama Bhumi." Isha kemudian memberikan ponsel pintarnya pada sang mama mertua."Bhumi, kamu tenang saja. Mama ga mungkin mencelakai istrimu dan calon cucu mama. Di sini terapisnya sangat profesional dan punya sertifikat untuk memijat ibu hamil. Mama tahu istrimu pasti capek setelah resepsi kemarin, makanya mama ajak ke sini biar lebih rileks dan capeknya hilang." Laksmi bicara pada putra sulungnya melalui saluran telepon."Kalau memang aman, aku ga masalah, Ma. Aku takut saja kalau dipijat sembarang orang," tukas Satrio."Kamu kenal mama 'kan, Bhumi? Mana pernah mama sembarangan memilih sesuatu, pasti mama akan cari yang terbaik. Dan di tem
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 165

Isha langsung pergi ke dapur begitu tiba di rumah. Dia meletakkan tas bekal dan mengeluarkan isinya. Kotak buah sudah kosong, sedangkan termos yang berisi teh jahe tinggal setengah diletakkan di atas meja kitchen island. “Eh, Bu Isha sudah pulang?” Marni tampak terkejut saat masuk ke dapur dan melihat Isha ada di sana. Wanita berumur empat puluh tahun itu baru selesai menyetrika di ruang cuci. Isha mengangguk sambil tersenyum. “Barusan pulangnya, Bi.” Marni mengangguk lalu mengambil kotak buah dan termos. “Saya cuci dulu ya, Bu. Baru nanti saya isi lagi,” ucapnya. “Termosnya tidak usah. Itu masih ada teh jahenya, Bi,” tukas Isha. Marni memandang sang majikan. “Apa cukup sampai nanti malam, Bu?” tanyanya memastikan. Biasanya dia membuat dua termos saat Isha terus merasa mual. “Insya Allah cukup. Mualnya sudah berkurang kok, Bi,” jawab Isha. “Nanti saya siapkan bahan-bahannya teh jahe di kulkas ya, kalau mau buat pas saya sudah pulang,” lontar Marni. Isha menyengguk. “Makasih, Bi
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 166

“Vit, nanti setelah ganti baju, langsung ke dapur ya, bantu mama siapkan makan malam,” lontar Wati, ibu Surya, kala melihat anak dan menantunya pulang dari kantor. “Vita biar istirahat sebentar ya, setelah itu baru bantu Mama. Vita ‘kan capek karena baru pulang kerja." Bukan Vita yang menimpali tapi Surya. Dia berusaha menjaga istrinya agar tidak terlalu capek. “Kamu pikir mama di rumah ga capek ngerjain pekerjaan rumah tangga?” tukas ibu Surya. “Coba kamu sehari saja gantiin mama biar tahu gimana capeknya ngurus rumah!” “Iya, Ma. Aku percaya,” sahut Surya yang tak mau ribut dengan sang mama. “Aku sama Vita ke kamar dulu ya, Ma,” pamitnya kemudian. “Jangan lupa terus bantu mama masak,” pesan Wati. "Ya, Ma." Surya lalu merangkul sang istri, mengajaknya segera ke kamar sebelum mamanya kembali bicara panjang lebar. “Mas, aku lagi hamil loh. Aku juga capek habis pulang kerja. Masa langsung disuruh bantu Mama,” protes Vita begitu mereka masuk ke kamar. “Ya udah, istirahat sebe
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 167

Vita langsung merebahkan diri begitu masuk ke kamar. Pinggang dan kakinya terasa pegal. “Aku capek banget, Beb,” keluhnya saat Surya duduk di tepi tempat tidur.“Ya tidur kalau capek,” sahut Surya sambil melihat gawainya.“Beb, kamu kok cuek banget sih?” Vita melirik suaminya dengan kesal.Surya meletakkan ponselnya di atas tempat tidur lalu menoleh pada sang istri. “Kamu lagi pengen apa?” tanyanya dengan lembut.“Pengen diperhatiin, disayang, dimanja. Jangan cuma hape aja yang dipegang setiap saat. Aku ini sedang hamil anak kita loh, Beb. Tapi kamu kayanya ga peduli sama aku sejak kita pindah ke sini,” jawab Vita dengan kesal.“Itu hanya perasaanmu saja, Beb. Aku masih tetap peduli sama kamu. Kalau ga peduli, mungkin Mama tadi sudah menyuruhmu melakukan banyak hal,” timpal Surya.“Kalau peduli tunjukkan dong. Aku bilang capek, kamu malah mainan hape,” tukas Vita.“Aku sekarang sudah ga pegang hape dan perhatiin kamu.” Surya mengangkat kedua tangan agar Vita bisa melihatnya. “Itu jug
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 168

“Dek, kata Mama kita harus fitting baju hari ini. Biar kalau belum pas bisa langsung disesuaikan jadi Senin besok tinggal pakai.” Satrio memberi tahu Isha setelah menerima panggilan dari mamanya.Isha menepuk pelan keningnya. “Astaghfirullah, aku lupa padahal kemarin sudah diberi tahu Mama. Untung Mama ngingetin lagi, Bang,” ucapnya.Satrio tersenyum. “Katanya Mama tadi telepon Dek Isha tapi ga diangkat, makanya terus telepon Abang.”“Aku lupa ga bawa hape, Bang. Lagian ribet juga kalau jalan-jalan sambil nenteng hape,” timpal Isha. Kedua sejoli itu sedang jalan-jalan pagi keliling kompleks mumpung Satrio libur kerja karena akhir pekan. Selain untuk berolah raga, Satrio juga ingin mengenalkan Isha dengan lingkungan di kompleks perumahan tersebut. Hampir dua bulan tinggal di sana, Isha sama sekali belum pernah berkeliling kompleks, jadi dia baru kenal tetangga yang rumahnya bersebelahan dengan mereka.Acara syukuran rumah memang belum dilakukan karena mau sekalian dengan acara pengaji
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 169

Vita mendesah. “Mas Surya maunya tinggal di sana sampai rumah kami siap huni,” ucapnya. Lina mengerutkan kening. “Dia ga mau tinggal di sini lagi?” Vita menghela napas “Iya, Bu. Itu syarat dari Mas Surya waktu kami baikan. Mau tak mau, aku menurut daripada kami pisah ranjang.” “Kenapa tiba-tiba Surya tidak mau tinggal di sini lagi?” Lina merasa penasaran. “Mas Surya bilang mau nabung buat biaya persalinan, Bu. Kalau tinggal di rumah orang tuanya, ongkos transport lebih hemat karena jarak ke kantor lebih dekat,” jelas wanita yang sedang hamil muda itu. “Benar cuma itu alasannya?” Lina memastikan. Vita mengangguk. “Memangnya apa lagi?” “Siapa tahu ada alasan lainnya tapi kamu ga mau bilang,” tukas Lina. “Beneran cuma itu kok, Bu!” sergah Vita. “Ya sudah kalau memang itu alasannya. Padahal tinggal di sini lebih enak. Ibu tidak meminta uang belanja. Kamu juga ga perlu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti kalau tinggal di sana,” lontar Lina. “Ya mau gimana lagi, Bu
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 170

“Memangnya Vita ada di sini?” tanya Isha pada ibu tirinya. Lina mengangguk. “Iya, dia baru istirahat di kamarnya.”“Sama Surya?” tanya Isha lagi.Wanita paruh baya itu menggeleng. “Surya cuma nganterin tadi terus dia ke bengkel. Nanti sore dijemput lagi,” jelasnya.Isha mengangguk mendengar penjelasan Lina. Dia lalu pamit ke belakang untuk meletakkan barang bawaannya.“Bang, mau istirahat dulu ga di kamar?” Isha bertanya pada Satrio setelah suaminya meletakkan keranjang buah di atas meja makan.“Ga, Dek, tadi ‘kan kita hampir setengah hari di kamar. Aku ikut Dek Isha aja mau nunggu Bapak di mana,” jawab pria berambut ikal itu.“Loh, kalian kok di sini?” Tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar suara Baskoro yang baru selesai mandi. Dia tampak terkejut melihat anak dan menantunya duduk di ruang makan yang bersisian dengan dapur.“Habis naruh ini, Pak,” timpal Isha sambil menunjuk keranjang buah dan tas berisi kotak makan. Dia menghampiri sang bapak lantas menyalami dan mencium punggu
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status