Lahat ng Kabanata ng Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati: Kabanata 101 - Kabanata 110

150 Kabanata

Menunggu Kehancuran

"Hey, Tampan! Mau bergabung?"Dengan segera Bisma mengibaskan satu tangannya dan memicingkan mata dengan tajam saat salah satu wanita berpakaian yang sangat terbuka tiba-tiba datang menghampiri dan hampir bergelayut manja di pundaknya.Di tengah keramaian orang-orang yang sedang menikmati dentuman musik yang cukup kencang, kedua kaki Bisma rasanya ingin segera melangkah cepat menjauh dari tempat ini. Ia sangat tak suka keramaian yang terasa sangat acak. Namun di sisi lain, ia juga tak bisa terus membiarkan Agler merasa bebas mendekati Adelia begitu saja di belakangnya.Ya, pada akhirnya Bisma memang menyanggupi permintaan pria itu yang ingin bertemu dengannya di luar selain area kantor. Kali ini rencana pertemuannya dengan Agler memanglah bukan untuk membahas masalah pekerjaan, melainkan sesuatu yang jauh lebih penting dan berharga."Ekhmm!"Bisma berdeham saat merasa sangat terganggu dengan pemandangan Agler yang tengah dikelilingi oleh beberapa wanita penghibur dengan pakaian yang t
Magbasa pa

Ketegangan di NinatyLux

"Kutunggu kehancuranmu segera!"Bisma mencengkram erat setir mobil yang tak bersalah di hadapannya. Dengan salah satu tangan yang kembali terkepal erat, ia kian mengeraskan rahang saat semua kata-kata Agler kembali terngiang di benaknya.Brukk!"Sialan! Pria itu benar-benar berhasil merusak semuanya!" Bisma menggerutu seraya langsung membanting kemudinya ke arah yang lebih sepi dan memberhentikan kendaraan roda empatnya di sana.Dengan cepat ia membanting pintu mobilnya dengan kencang, dan berjalan tanpa arah tujuan yang jelas di bawah naungan cahaya rembulan yang sedikit menyinari sebuah taman sepi di ujung jalanan.Pengakuan Agler akan kehamilan Adelia, memang benar-benar membuat hatinya terasa sangat panas! Dada Bisma bergemuruh dengan berbagai macam perasaan yang campur aduk. Ada rasa kecewa dan marah yang sedang dicoba untuk ditahannya. Namun sayang, semua itu tak bisa saat ingatannya kembali mengingat beberapa kejanggalan yang terjadi pada Adelia beberapa hari ke belakang ini.
Magbasa pa

Cengkraman Dusta

"Tante, ini ....""Kita teruskan percakapan ini di ruanganku sekarang!"Bisma terpaksa melerai keributan dua wanita di hadapannya dengan tegas. Ia segera menarik Adelia menjauh dari cengkraman Tante Bella, membuat wanita bertubuh tinggi itu beralih menatapnya dengan tatapan tak suka karena merasa seperti tengah diatur."Bisma, kau—""Maaf, Tante. Biar bagaimanapun ini masih di area kantor. Sebagai CEO di perusahaan ini, saya tentu tidak akan memperkenankan siapapun membuat keributan di sini!""Kurang ajar! Aku ini—""Saya tahu posisi Anda di sini, Tante. Dan bahkan saya juga tahu posisi sebenarnya orang yang sudah Anda serang sebelumnya!"Bisma sengaja menekankan kata-kata terakhir dengan tatapan netra tajamnya yang tak main-main. Melihat itu, Tante Bella pun sedikit menahan napas. Kedua kakinya bergerak sedikit mundur, sebelum akhirnya mulutnya mengeluarkan suara dengkus seiiring dengan emosinya yang semakin membumbung tinggi."Kau selalu membela wanita bodoh ini, Bisma!" gerutunya s
Magbasa pa

Kesempatan Untuk Menjelaskan

"A...apa?""Jangan berpura-pura tuli, Adelia! Aku tahu kau paham dengan maksudku! Kau akan kembali diusir dengan cara tidak hormat karena kelakuan bodohmu!"Kedua netra Adelia membulat mendengar penuturan tantenya yang amat tak main-main. Perlahan kepalanya bergerak memberanikan diri untuk mendongak. Sekali lagi Adelia berusaha ingin menjelaskan kesalahpahaman yang sudah terlanjur menyebar cepat ini, tetapi sayang setelahnya telepon Tante Bella berbunyi hingga membuat wanita itu mengalihkan fokusnya."Tidak mungkin! Bagaimana bisa secepat ini?!"Adelia terdiam mengamati perubahan ekspresi wajah tantenya. Kedua netra cokelat Tante Bella terlihat sedikit melebar. Tubuhnya seketika lunglai bahkan hampir terjatuh, hingga akhirnya membuat Bisma yang sedari tadi memilih bungkam dan mengamati dari kejauhan mendekat dan berusaha menahannya. "Rumah sakit! Kita harus segera ke rumah sakit sekarang!" Tante Bella bergumam tak terlalu jelas hingga membuat Adelia sedikit mengerenyit.Sementara Bis
Magbasa pa

Rahasia di Balik Pengakuan

"Aku!"Pengakuan yang amat tiba-tiba dari sosok yang sangat tak disangka seketika membuat seluruh mata tertuju padanya. Kedua netra Tante Bella bahkan sampai membulat penuh terkejut. Sedangkan Adelia dan Oma Nora, sama-sama terlihat menahan napas hingga mulut mereka sedikit terbuka."Tidak mungkin! Kau pasti mengaku seperti ini hanya untuk membelanya saja bukan? Tidak mungkin Agler sampai nekat berbohong sejauh ini!" Tante Bella lebih dulu berbicara, memecah keheningan."Tidak, Tante. Aku serius! Untuk apa aku berbohong di situasi genting seperti ini? Aku yang bertanggung jawab atas kehamilan Adelia. Agler tidak ada hubungannya dengan ini dan Adelia tidak bersalah!" tekan Bisma tanpa ragu hingga membuat lawan bicaranya kembali sedikit mendengkus."Sudah cukup kau membela wanita ini, Bisma! Pokoknya aku yakin, kau hanya berpura-pura untuk melindunginya saja! Jangan kau pikir aku bodoh! Kau pasti tidak mau melihatnya kembali hidup susah sehingga nekat melakukan semua ini!"Bisma tetap m
Magbasa pa

Semakin Memanas

Kedua netra Adelia membulat dengan napasnya yang kembali tertahan. Belum selesai keterkejutannya dengan Bisma yang ternyata telah mengetahui semua yang ditutupinya sedari awal, kini pria itu malah kembali menambah kebingungannya dengan kata-kata yang cukup sulit untuk dicerna cepat oleh otaknya.Ayah dari bayi yang di kandungannya? Bukankah itu berarti Ardi?Seketika Adelia menggelengkan kepalanya. Beberapa hari yang lalu ia melihat dengan kedua matanya sendiri berita tentang kecelakaan pria itu. Sangat tak mungkin baginya jika Ardi masih hidup, apalagi sebelumnya Bisma sendiri yang mengatakan padanya bahwa pihak polisi sudah memastikan bahwa korban kecelakaan yang meninggal tersebut adalah pria yang pernah menjadi suaminya."Bisma ...."Sekali lagi Adelia menoleh dengan berharap pria itu untuk menjelaskan lebih. Namun sayang setelahnya, Bisma masih tak kunjung berbicara dan memandangnya. Sepertinya rasa kecewa di hati pria itu padanya sudah terlanjur menumpuk banyak, Adelia tahu dan
Magbasa pa

Tali Sambungan

Plakk!"Dasar bodoh!"Suara makian terdengar kencang menggelegar setelah sebuah tamparan melesat begitu saja tepat di sebagian wajah tampan pria berkemeja putih dengan sebagian lengan yang tergulung tersebut.Kedua netranya memerah penuh amarah. Napasnya menggebu seiiring dengan rasa tak terimanya diperlakukan seperti ini. Apalagi kini posisinya masih berada di perusahaan yang tengah dipimpin, meski nyatanya tak ada satu pun karyawan lain yang sedang menyaksikannya."Untuk apa kau ke sini?!"Pria yang baru saja menamparnya lantas tersenyum tipis. "Kau masih bertanya dengan apa alasanku ke sini? Apa kau tidak sadar dengan apa yang telah kau perbuat?""Cih! Jangan sok menjadi penceramah untukku! Kau jauh lebih buruk dariku!"Mendengar hal tersebut, lawan bicaranya kian tersenyum meremehkan. Suara langkah yang terdengar pelan tetapi pasti menggema setelahnya. Pria itu berputar mengelilingi ruangan seolah tengah meneliti hingga gerakannya terhenti tepat di depan sebuah sofa besar."Tanpak
Magbasa pa

Perhatian Dalam Diam

"Mbak? Mbak?"Sayup-sayup suara panggilan terdengar membuat Adelia terbangun dari tidur. Kedua netranya lantas melebar saat menyadari situasi di luar jendela yang semakin menggelap. Ia benar-benar tak sadar telah terlelap sampai malam, karena tadi niatnya hanya ingin memejamkan sejenak matanya saja yang terasa sedikit panas setelah air matanya hampir tak kunjung berhenti mengalir.Ya, rasa bersalah yang sempat menggulung erat seluruh tubuhnya memang membuat Adelia jadi seperti ini. Ia segera mengusap wajahnya sesaat untuk menyadarkan diri, hingga pandangannya kembali beralih ke arah seorang suster yang telah membangunkannya."Maaf, Mbak. Saya ingin mengganti infus pasien." Suster tersebut berbicara lebih dulu membuat Adelia langsung mengangguk dan bergerak sedikit menjauh untuk memberikan ruang."Silakan, Sus. Maaf, saya tadi sempat tertidur sehingga tidak menyadari kedatangan Anda di sini.""Tidak apa-apa, Mbak. Menjaga pasien memang terkadang terasa sangat melelahkan."Tanpa menungg
Magbasa pa

Bahaya yang Terus Mengintai

"Apa?!"Adelia segera menghentikan langkah ketika Bisma berbisik. Jantungnya kembali berdebar lebih cepat. Perlahan, ia melirik ke arah yang telah ditunjuk oleh pria itu sebelumnya.Deghh!Di sudut lorong, ternyata ada seorang pria berjaket hitam tampak berdiri dengan sesekali memperhatikannya. Gerak-gerik sosok tersebut ternyata terasa sangat mencurigakan, hingga membuat Adelia semakin kesulitan membasahi tenggorokannya sendiri."Ini ... Ini bagaimana?" gumamnya pelan dengan napas yang sedikit tertahan."Ikut aku!"Tanpa berpikir panjang lagi Adelia segera mengangguk. Jadi yang sedari tadi mengawasinya adalah orang misterius itu? Adelia pikir tadi adalah Bisma karena pria tersebut mengikutinya dari jarak yang sangat dekat setelahnya."Bisma, bagaimana kalau kita tidak lapor pada petugas keamanan saja? Mungkin mereka—""Tidak bisa, aku harus tahu siapa yang sudah menyuruhnya! Sebelum meninggalkan ruang rawat Oma Nora, kau sudah menitipkannya ke suster?" sambar Bisma cepat yang membuat
Magbasa pa

Tatapan Tak Terucap

"Sepertinya masih bagus, kau bisa memakannya."Setelah berhasil menghindar dari orang yang telah mengikutinya dan kembali ke ruang rawat Oma Nora, Bisma segera memberikan beberapa potong buah yang sudah ia kirimkan sebelumnya pada Adelia terlebih dahulu.Bisma tahu wanita itu masih sangat lapar. Sesekali kedua telinganya tak sengaja mendengar suara bunyi dari dalam perut Adelia, hingga setelahnya ia langsung memeriksa kondisi makanan lain yang masih bisa dimakan wanita tersebut karena kondisi di luar sana belum begitu aman untuknya.Ya, Bisma memang masih khawatir dengan keberadaan orang-orang yang mencoba mengintai Adelia. Sepertinya dengan terus berada di ruang rawat Oma Nora cukup membuat wanita itu aman, apalagi kini penjagaan keamanan rumah sakit mulai diperketat setelah mendengar laporan darinya."Tapi, Bisma. Lukamu—""Bukan masalah, kau lanjut makan saja!"Bisma segera membalikkan tubuhnya dengan berpura-pura kembali sibuk merapikan makanan saat Adelia memperhatikan luka di su
Magbasa pa
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status