All Chapters of Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!: Chapter 31 - Chapter 40

61 Chapters

ASS 31: Tikus

“Berdebat dengan siapa?” Narumi terdiam sesaat, pertanyaan polisi itu membuyarkan pikirannya yang sedang berkecamuk. Ia mengangkat wajah, berusaha mengendalikan diri meskipun dadanya terasa sesak. Jangan tunjukkan keraguan, desaknya dalam hati. Dengan cepat, ia menjernihkan pikirannya dan memasang ekspresi setenang mungkin. “Saat itu aku bersama suamiku,” jawab Narumi, suaranya terdengar lebih mantap daripada yang ia kira. Ia merasakan tatapan tajam dari polisi yang duduk di depannya, seolah mencoba menembus kebohongan yang mungkin ia sembunyikan. “Hubungan kami memang tidak baik,” lanjutnya, jujur dalam pengakuannya. “Tapi aku bisa buktikan jika perkataanku ini benar.” Sejenak, ruangan interogasi terasa hening, hanya suara samar jam dinding yang terdengar di latar belakang. Pengacara yang duduk di sebelahnya menatap polisi itu dengan penuh keyakinan. “Jika demikian, klien saya memiliki alibi yang jelas,” timpal pengacaranya, nadanya tenang namun penuh tekanan.
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

ASS 32: Dua Ratus Pertanyaan dan Satu Rahasia

Ardiaz berdiri di dekat Bramastyo, mengamati setiap pergerakan di sekitar ruang interogasi dengan tatapan tajam.“Sudah menerima panggilannya?” tanya Bramastyo, memecah keheningan yang melingkupi mereka.Ardiaz mengangguk pelan, senyum lembut yang ia pasang hanya topeng tipis untuk menutupi gelombang emosi yang berkecamuk di dalam dirinya sekaligus mencoba menenangkan ketegangan yang tak sepenuhnya hilang. “Sudah, Om,” jawabnya singkat, meski pikirannya masih melayang pada hasil penyelidikan anak buahnya.Waktu berlalu cepat, hingga akhirnya pukul dua dini hari. Pintu ruang interogasi terbuka, dan Narumi keluar dengan wajah pucat, ditemani pengacaranya. Seketika, langkah Ardiaz mendekat tanpa ragu. Ia melepaskan jasnya, membalutkannya ke tubuh Narumi yang tampak kedinginan. Sial, kenapa aku sempat meragukannya? batinnya, menyesali kecurigaan yang sempat terlintas.“Berapa banyak pertanyaan yang diajukan?” tanya Bramastyo, membuka pembicaraan.Narumi menarik napas panjang, namun pen
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

ASS 33: Bayang-Bayang Masa Lalu

Mata cokelatnya membulat, dan tangannya yang berada di pangkuan menggenggam erat. Sosok di belakang Ardiaz berdiri tegak, matanya tertuju langsung ke arah mereka.Perasaan tak nyaman menyelimuti Narumi. Dada yang semula terasa sesak kini semakin berat. Pikirannya yang kacau kini dipenuhi oleh kehadiran sosok itu.Namun, Ardiaz yang berdiri di hadapannya tampak tak menyadari perubahan di wajah Narumi. Pria itu masih menunggu dengan sabar, tangannya tetap terulur untuknya.Narumi menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Ia mencoba berpikir jernih meskipun perasaannya berkata lain.Apa yang dia lakukan di sini? Pikirnya, tetap fokus pada sosok yang berdiri tak jauh dari mereka.Narumi menyambut tangan Ardiaz dengan pelan, tetapi matanya tetap tertuju pada sosok di belakang pria itu.Ardiaz menatapnya sekilas, sadar akan tatapan Narumi yang melewati bahunya. Alisnya sedikit terangkat. “Kenapa?” tanyanya.Tanpa sadar, genggamannya pada tangan Ardiaz semakin erat. Tatapannya tetap tertuju
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

ASS 34: Kebenaran yang Dikejar

Sementara itu, begitu sampai di rumah, Narumi bukannya langsung beristirahat. Pikirannya begitu kacau dengan bayang-bayang interogasi, tuduhan, dan wajah-wajah orang yang meragukannya terus berputar di kepalanya.Ia membiarkan tubuhnya jatuh di tepi ranjang. Tetapi, semakin ia berusaha menenangkan diri, semakin pikirannya berontak. Ada sesuatu yang harus aku lakukan.Narumi terdiam sejenak, mengatur napas, lalu sebuah ingatan muncul. Tangannya refleks meraih ponsel di atas nakas, dengan cepat ia membuka kontak dan mulai menelepon seseorang.“Bisakah kamu membantuku? Untuk bayaran, berapapun kamu mau, akan aku bayar.” Suaranya terdengar datar, namun jelas menunjukkan keseriusan.[Kamu mau aku melakukan apa?]Narumi beranjak dari ranjang dan berjalan menuju meja kecil di kamarnya. Jemarinya dengan cepat mengetik sesuatu di laptopnya.“Aku sudah mengirimnya file perintah ke emailmu. Tolong selidiki semua tanpa ada yang tertinggal dan tolong, pulihkan CCTV yang sudah di hapus.”Sejenak,
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

ASS 35: Pertengkaran Dua Wanita

Sorot mata Narumi bertemu dengan tatapan tajam Karin, dan seketika suasana di antara mereka menegang. Karin berdiri dengan angkuh, lengan terlipat di depan dada, memancarkan ketidaksukaan yang begitu jelas.“Kenapa kamu ada di sini?” suara Karin terdengar dingin, nyaris menusuk.Narumi menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. Ia meluruskan tubuhnya, membalas tatapan Karin dengan dagu terangkat.“Apalagi, menemui suamiku,” jawabnya singkat, nada suara Narumi datar tapi cukup tajam untuk membuat Karin sedikit tersentak.“Untuk apa?” balas wanita hamil itu cepat, matanya menyipit penuh curiga. “Bukannya kamu ingin bercerai dengannya? Lalu kenapa kamu selalu datang menemui Mas Ghali?”Narumi memutar bola matanya, muak dengan pertanyaan yang menurutnya tidak perlu dijawab. Berdebat dengan Karin hanya akan membuang waktu—wanita itu seperti tembok, keras kepala dan tak pernah mendengarkan.“Itu bukan urusanmu,” ucap Narumi akhirnya, suaranya dingin namun nadanya lembut.Narumi hendak me
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 36: Menguji Kesabaran

"Na... apa yang kamu lakukan?" suara Karin terdengar parau, bergetar di antara rasa sakit dan ketakutan yang menyergapnya. Tangannya gemetar, menekan perut bawahnya dengan panik, seolah mencoba menahan sesuatu yang tak terhentikan.Narumi mundur selangkah, matanya membelalak melihat darah yang semakin banyak mengalir di lantai. Rasa bersalah merayap perlahan, menyusup ke dalam setiap sudut pikirannya. Ia tak berniat melukai Karin, apalagi sampai seperti ini."Aku tidak bermaksud... Maafkan aku, Karin." Namun, permintaan maafnya hanya memperburuk keadaan. "Tidak bermaksud?" Karin menyergah dengan suara yang nyaris pecah. "Kamu jelas ingin membunuh anakku!"Narumi tersentak, matanya semakin membesar. Ia ingin membantah, tetapi sebelum sempat membuka mulut, Karin mengerang kesakitan.Panik, Narumi melangkah maju, mencoba membantu, meski wajahnya sendiri dipenuhi ketakutan. "Karin, maafkan aku... Aku akan memanggil bant
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

ASS 37: Meminta Bantuan

Di ruang tunggu yang sunyi, tepat di depan ruang bersalin, Narumi berdiri diam, berhadapan langsung dengan Ghali. Udara di sekeliling mereka terasa berat, menyesakkan dada.“Mas, aku minta maaf... Aku tidak bermaksud menyakiti Karin.”Suara Narumi terdengar lirih, hampir bergetar. Namun, ia berusaha menjaga ketenangannya. Sorot mata Ghali yang tajam membuatnya ingin mundur, tapi ia tetap bertahan di tempatnya.Ghali menatap wajah Narumi tanpa berkedip, matanya dingin dan penuh ketidakpercayaan. Pandangannya kemudian jatuh pada tangannya sendiri, yang berlumuran darah—cairan merah yang mengotori baju dan jemarinya, seakan menjadi pengingat nyata akan kejadian yang baru saja terjadi.“Kita akan bicarakan ini nanti,” ucap Ghali singkat, suaranya tegas dan tanpa kompromi.Narumi tak bisa mengabaikan nada dingin itu, namun ia tetap mencoba. Dengan ragu, ia mengulurkan tangan, menyentuh lengan Ghali dengan pelan.“Mas... tujuanku bukan ini...”Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatn
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

ASS 38: Jangan bermimpi!

Ghali memperhatikan Narumi dengan saksama, matanya tak lepas dari wajah wanita itu yang tampak lebih tenang dari biasanya. Kata-kata yang meluncur dari bibir Narumi barusan terasa aneh di telinganya.Untuk pertama kalinya, wanita yang keras kepala itu menurunkan egonya dan meminta bantuannya secara langsung. Ada perasaan aneh yang timbul dalam dirinya—entah itu kepuasan atau kekhawatiran.Meski begitu, Ghali belum benar-benar paham bantuan seperti apa yang diminta Narumi. Tapi, ada sedikit rasa ingin tahu yang mendorongnya untuk tetap mendengarkan.“Apa, katakan saja,” ujarnya santai, meski tatapannya sesekali beralih ke arah pintu ruang bersalin yang masih tertutup rapat. Ia tahu di dalam sana, Karin tengah berjuang untuk anak mereka. Namun anehnya, Ghali merasa hal itu tak seberat apa yang baru saja Narumi sampaikan.“Aku dituduh sebagai tersangka kematian Siska.”Kata-kata Narumi meluncur begitu saja, dingin dan penuh beban.
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

ASS 39: Bimbang

Suara dingin milik Ardiaz memecah ketegangan di ruangan itu, membuat Ghali dan Narumi menoleh hampir bersamaan. Ardiaz melangkah santai, membiarkan tatapan tajam Ghali yang penuh ketidaksetujuan mengarah padanya. Tapi, seperti biasa, Ardiaz tidak peduli."Kamu!" desis Ghali, rahangnya mengatup rapat, menahan emosi yang jelas terlihat di matanya.Ardiaz hanya tersenyum tipis, melangkah lebih dekat dan tanpa ragu menarik Narumi ke sisinya, menjadikannya tameng di antara dirinya dan Ghali. Tangan Ardiaz melingkar di lengan Narumi, membuat wanita itu sedikit tersentak."Kamu pikir, kamu bisa mempermainkan Nana sesuka hatimu?" Ardiaz berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari Ghali. Nada suaranya rendah, tapi tajam bagaikan pisau.Ia bisa merasakan Narumi berdiri diam di belakangnya, tubuhnya terasa tegang. Ardiaz tahu Narumi bukan tipe wanita yang suka dilindungi, namun kali ini, ia tidak akan membiarkan Ghali melangkah lebih jauh.
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

ASS 40: Siapa Yang Bisa Dipercaya?

Ghali membeku. Kata-kata itu menghantamnya dari arah yang tidak terduga. Ia menatap Suhita, mencoba mencari penjelasan dari wajah ibunya. Tapi, yang ia temukan hanyalah sorot mata penuh perhitungan, seperti seseorang yang sedang menyusun strategi dalam permainan panjang."Mama..." Ghali menggeleng pelan, merasakan sesuatu yang tak nyaman menjalar di dadanya. "Ini bukan waktunya bicara soal Narumi. Karin baru saja..." kata-katanya tertahan di tenggorokan."Karin akan baik-baik saja," potong Suhita cepat, nadanya tetap datar. "Kamu tahu bagaimana kondisi hubungan kalian selama ini. Kehilangan ini bisa menjadi titik balik. Tapi Narumi... dia masih bisa kamu genggam."Ghali terdiam, tatapannya kembali jatuh pada lembar persetujuan di tangannya. Tangan kirinya mengepal erat di sisi tubuhnya, sementara pikirannya berkelana ke sosok yang sedang menunggunya di luar ruangan.Narumi...Selalu ada Narumi dalam setiap percakapan yang melibatkan ibunya. Seakan-akan wanita itu adalah kunci dari se
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status