Share

ASS 38: Jangan bermimpi!

Penulis: B.E.B.Y
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 13:00:18

Ghali memperhatikan Narumi dengan saksama, matanya tak lepas dari wajah wanita itu yang tampak lebih tenang dari biasanya. Kata-kata yang meluncur dari bibir Narumi barusan terasa aneh di telinganya.

Untuk pertama kalinya, wanita yang keras kepala itu menurunkan egonya dan meminta bantuannya secara langsung. Ada perasaan aneh yang timbul dalam dirinya—entah itu kepuasan atau kekhawatiran.

Meski begitu, Ghali belum benar-benar paham bantuan seperti apa yang diminta Narumi. Tapi, ada sedikit rasa ingin tahu yang mendorongnya untuk tetap mendengarkan.

“Apa, katakan saja,” ujarnya santai, meski tatapannya sesekali beralih ke arah pintu ruang bersalin yang masih tertutup rapat. Ia tahu di dalam sana, Karin tengah berjuang untuk anak mereka. Namun anehnya, Ghali merasa hal itu tak seberat apa yang baru saja Narumi sampaikan.

“Aku dituduh sebagai tersangka kematian Siska.”

Kata-kata Narumi meluncur begitu saja, dingin dan penuh beban.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 39: Bimbang

    Suara dingin milik Ardiaz memecah ketegangan di ruangan itu, membuat Ghali dan Narumi menoleh hampir bersamaan. Ardiaz melangkah santai, membiarkan tatapan tajam Ghali yang penuh ketidaksetujuan mengarah padanya. Tapi, seperti biasa, Ardiaz tidak peduli."Kamu!" desis Ghali, rahangnya mengatup rapat, menahan emosi yang jelas terlihat di matanya.Ardiaz hanya tersenyum tipis, melangkah lebih dekat dan tanpa ragu menarik Narumi ke sisinya, menjadikannya tameng di antara dirinya dan Ghali. Tangan Ardiaz melingkar di lengan Narumi, membuat wanita itu sedikit tersentak."Kamu pikir, kamu bisa mempermainkan Nana sesuka hatimu?" Ardiaz berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari Ghali. Nada suaranya rendah, tapi tajam bagaikan pisau.Ia bisa merasakan Narumi berdiri diam di belakangnya, tubuhnya terasa tegang. Ardiaz tahu Narumi bukan tipe wanita yang suka dilindungi, namun kali ini, ia tidak akan membiarkan Ghali melangkah lebih jauh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 40: Siapa Yang Bisa Dipercaya?

    Ghali membeku. Kata-kata itu menghantamnya dari arah yang tidak terduga. Ia menatap Suhita, mencoba mencari penjelasan dari wajah ibunya. Tapi, yang ia temukan hanyalah sorot mata penuh perhitungan, seperti seseorang yang sedang menyusun strategi dalam permainan panjang."Mama..." Ghali menggeleng pelan, merasakan sesuatu yang tak nyaman menjalar di dadanya. "Ini bukan waktunya bicara soal Narumi. Karin baru saja..." kata-katanya tertahan di tenggorokan."Karin akan baik-baik saja," potong Suhita cepat, nadanya tetap datar. "Kamu tahu bagaimana kondisi hubungan kalian selama ini. Kehilangan ini bisa menjadi titik balik. Tapi Narumi... dia masih bisa kamu genggam."Ghali terdiam, tatapannya kembali jatuh pada lembar persetujuan di tangannya. Tangan kirinya mengepal erat di sisi tubuhnya, sementara pikirannya berkelana ke sosok yang sedang menunggunya di luar ruangan.Narumi...Selalu ada Narumi dalam setiap percakapan yang melibatkan ibunya. Seakan-akan wanita itu adalah kunci dari se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 41: Tak akan Kalah

    “Na? Ada apa?” Ghali memandangi Narumi dengan bingung, menyadari perubahan ekspresinya. Hingga, ia menatap Ghali sekilas, tapi kali ini... ada jarak yang tak lagi bisa dijembatani.“Aku rasa... kita tidak perlu bicara lagi, Mas.” Suara Narumi pelan, tapi cukup tegas untuk membuat Ghali terdiam di tempat. Tanpa menunggu lebih lama, ia menyerahkan ponsel itu kembali pada Ardiaz.“Terima kasih,” ucapnya lirih, lalu melangkah pergi, meninggalkan Ghali yang masih berdiri dalam kebingungan dan ketidakpastian.Setelah Narumi sedikit menjauh, Ardiaz mendekat pada Ghali. “Sebagai nasihat saja,” ia berkata sambil menatap Ghali dengan senyum tipis yang jelas mengandung ejekan.“Jangan menunjukkan permainan yang begitu ketara, Bung. Kamu... tidak akan mudah mendapatkan istrimu kembali. Ups... mantan istri.”Tangan Ardiaz dengan santai menepuk pundak Ghali, seolah menegaskan posisinya sebagai pemenang dalam situasi ini.Sementara Ghali tidak bergerak, tapi matanya mengikuti setiap gerakan Ardiaz.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 42: Email

    Dua hari kemudian...Narumi duduk di kursi tunggu bandara Soekarno-Hatta, matanya terpaku pada layar ponsel yang terus ia geser tanpa tujuan jelas. Hanya kebiasaan untuk mengusir rasa bosan yang sedari tadi menggelayut di dirinya.Tiba-tiba, suara Ardiaz membuyarkan lamunannya. "Sorry, aku telat."Narumi menoleh dan mendapati Ardiaz yang tampak sedikit berantakan, duduk di sisinya. Napasnya terlihat sedikit terengah, seolah ia baru saja berlari kecil menuju tempat itu."Aku tak memaksamu untuk ikut.” Ia pun tersenyum tipis. “Aku paham jika kita tak bisa pergi bersama ke sana."Ardiaz menyandarkan punggungnya ke kursi, mengatur napasnya sambil melirik Narumi. "Tidak," sanggahnya cepat. "Urusanku sudah selesai juga di sini. Papa bisa mengambil alih perusahaan sementara kita liburan."Narumi mengangguk pelan, meski dalam hatinya masih ada keraguan yang sulit dijelaskan. "Kamu terlalu memaksa diri, Ardiaz. Kamu baru tiba di Indonesia, tapi langsung ikut terbang lagi," ujarnya dengan pand

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 43: Harga Diri

    “Aku izin ke toilet sebentar.”Narumi berdiri tanpa menunggu respons dari Ardiaz, meninggalkannya begitu saja di ruang tunggu bandara.Langkahnya cepat, hampir seperti ingin melarikan diri. Begitu memasuki toilet, Narumi mengunci pintu salah satu bilik dan bersandar sejenak, menarik napas panjang untuk meredakan debaran di dadanya.Tangannya kembali meraih ponsel, membuka email yang tadi sempat ia baca dengan tergesa. Kali ini, ia membacanya dari awal, memastikan tidak ada detail yang terlewat.Kartu Hitam.Matanya menelusuri setiap kata, hingga sampai pada bagian rekaman CCTV yang terlampir di dalam email. Dengan telunjuk yang sedikit gemetar, Narumi menekan ikon play.Gambar buram memenuhi layar, tapi Narumi bisa mengenali tempat itu. Sebuah basement apartemen Lavenue, waktu di sudut layar menunjukkan bahwa rekaman itu diambil beberapa hari yang lalu. Tepatnya, hari kejadian yang mengubah segalanya.Namun, bukan basement itu yang membuatnya menahan napas. Sosok yang ia kenal muncul

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 44: Aku Akan Menyusulnya

    Ghali hampir saja melangkah keluar dari ruangannya ketika sosok Karin muncul tepat di depan pintu. Langkahnya terhenti, dan untuk sesaat, rasa jengkel langsung merayap ke dalam dadanya.“Mas, kamu mau ke mana?” suara lembut Karin terdengar, tapi di telinga Ghali, itu seperti rantai yang siap membelenggunya.Ia pun tersentak, “Kamu? Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu masih di rumah sakit?”Karin tersenyum tipis, wajahnya terlihat segar, seolah kejadian dua hari lalu tidak pernah terjadi. Tanpa menunggu reaksi Ghali lebih lanjut, ia langsung bergelayut di lengan pria itu.“Aku sudah pulang, Mas. Aku telpon berkali-kali, tapi kamu gak pernah angkat. Jadi, aku pulang sendiri.”Ghali merasakan cengkeraman Karin di lengannya, tapi tangannya dengan cepat bergerak menyisihkannya. Ekspresinya dingin, dan matanya menghindari tatapan Karin.“Aku sibuk, banyak hal yang harus aku urus.” Suaranya terdengar datar, tak ada nada l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 45: Yang Direncanakan

    Ghali menutup panggilan tanpa menunggu respon Julius, rahangnya mengatup erat saat ia menatap ke arah landasan yang terlihat samar dari kaca besar terminal.Wanita keras kepala itu benar-benar pergi. Aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja, Na.Langkah Ghali kembali terhenti ketika suara Karin terdengar dari belakang. “Mas, jadi kamu ke sini buat susul Nana?”Ghali lagi-lagi mengabaikan Karin, ia terus mondar-mandir dengan langkah gelisah, sampai-sampai Karin kembali berkata, “Mas, kamu benar-benar mau ke Spanyol buat susul Nana?”Ghali menghentikan langkahnya lagi, ia berbalik menatap Karin dengan mata dingin. “Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan. Ini bukan urusanmu, Rin.”Keterkejutan di wajah Karin perlahan pudar. Namun, alih-alih marah, ia justru tersenyum miring, seolah menyimpan sesuatu di balik ketenangannya.“Kalau begitu, aku ikut.”“Tidak.” Ghali langsung memotong, tapi Karin tidak berge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 46: Memaksakan Diri

    Perasaan tak nyaman terus merayap dalam diri Narumi, mengendap seperti kabut yang enggan pergi. Ada sesuatu yang terasa janggal, seolah pernikahan bukan sekadar ikatan biasa bagi Ardiaz, melainkan sesuatu yang jauh lebih dalam, dan mungkin lebih berbahaya.Namun, bukannya menghindar, Narumi memilih untuk ikut dalam permainan ini. “Baiklah, aku akan menantikan hal itu,” ucapnya, mencoba terdengar setenang mungkin.Mata Ardiaz perlahan terbuka, tatapan tajamnya mengunci Narumi, tapi senyum tipis misterius segera terbit di wajahnya.“Tidurlah. Aku yakin kamu akan kelelahan jika terus memaksakan diri.”Narumi menatapnya sejenak. Benar-benar misterius, bahkan kata-kata balasannya saja mengandung makna yang bercabang, pikirnya.Ia memejamkan mata, berusaha menikmati perjalanan yang ia tahu akan penuh tantangan di depan sana. Tapi ketenangan itu tak bertahan lama.Ding! Sebuah notifikasi masuk, Narumi melirik ponselnya. Emai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 49: Perjanjian

    Narumi berdiri mematung, matanya menatap lekat pada Ardiaz yang kini hanya diam di tempat. Tatapan pria itu sulit diartikan. Entah itu rasa bersalah, kebingungan, atau mungkin campuran dari semuanya.“Kenapa kamu melakukan ini?” Narumi mengulang pertanyaannya dengan nada lebih tajam. Ia tidak peduli dengan ketegangan yang terlihat di wajah Ardiaz. Tangannya terangkat, mencengkeram lengan pria itu dengan erat, sampai tubuh Ardiaz sedikit bergoyang karena dorongan emosinya.“Apa kamu sengaja ingin menyakitiku?”Tubuh Ardiaz menegang seketika. Matanya melebar, seolah pertanyaan itu seperti pukulan yang menghantam dadanya. Tapi ia tidak segera menjawab. Udara di antara mereka terasa berat, penuh dengan sesuatu yang tak terucapkan.Akhirnya, dengan suara pelan tapi penuh tekad, Ardiaz membuka mulutnya. “Tidak, Na,” katanya, suaranya serak. “Aku… aku hanya ingin membuatmu bahagia dan kuat dalam menghadapi semua ini.”Narumi mengernyit

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 48: Masa Lalu

    Narumi memaksakan senyumnya sambil melirik ke arah Ardiaz, yang menatapnya dengan ekspresi bertanya-tanya. Tapi kali ini, perhatian Narumi tidak bisa teralihkan. Matanya tetap terkunci pada sosok wanita paruh baya yang berdiri di depan mereka—ibunya.Sepuluh tahun.Sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali ia melihat wanita itu. Jarak waktu yang panjang, dipenuhi kenangan yang dingin dan penuh luka.Narumi meneguk ludah, mencoba memastikan bahwa ini bukan hanya ilusi yang diciptakan pikirannya. Tapi tatapan tajam wanita itu cukup untuk menyadarkannya bahwa ini nyata."Maaf, Nona, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" suara lembut namun asing itu terdengar, disampaikan dalam bahasa Spanyol.Jantung Narumi berdebar keras. Ibunya… tidak mengenalinya.Bagaimana mungkin?Narumi menggigit bibirnya. Mungkin riasan tebal di wajahnya membuatnya tampak berbeda, atau… mungkin memang sejak dulu ibunya tidak pernah benar-benar peduli."Tidak," Narumi akhirnya menjawab, suaranya sedikit bergetar. "Ha

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 47: Gaun Merah

    Karin menahan diri untuk tidak langsung bertanya. Ia tahu, jika ia terlihat terlalu penasaran, Ghali pasti akan menyadarinya.Namun, di dalam hati, ia merasa gelisah. Apa hubungan Narumi dengan Prajogo?Semakin lama, teka-teki ini terasa semakin membuatnya pusing. Jika benar Narumi berada di pulau pribadi milik Prayogo, maka jelas wanita itu memiliki sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya.Narumi… apa sebenarnya yang kamu sembunyikan?Karin menatap Ghali yang kini tampak frustrasi, menekan layar ponselnya dengan gusar.Aku harus bergerak cepat.Karin merapatkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke Ghali, mencoba mencari tahu apa yang membuat pria itu tampak gelisah sejak tadi. Matanya menelisik wajah Ghali yang dingin dan terfokus pada ponselnya.“Mas, ada apa?” tanyanya dengan nada hati-hati.Ghali melirik sekilas, matanya menyiratkan kejengkelan yang ia coba tahan. Ia menghela napas panjang sebelum menyandarkan tubuhnya ke kursi pesawat. Namun, tak lama kemudian, Ghali bangkit

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 46: Memaksakan Diri

    Perasaan tak nyaman terus merayap dalam diri Narumi, mengendap seperti kabut yang enggan pergi. Ada sesuatu yang terasa janggal, seolah pernikahan bukan sekadar ikatan biasa bagi Ardiaz, melainkan sesuatu yang jauh lebih dalam, dan mungkin lebih berbahaya.Namun, bukannya menghindar, Narumi memilih untuk ikut dalam permainan ini. “Baiklah, aku akan menantikan hal itu,” ucapnya, mencoba terdengar setenang mungkin.Mata Ardiaz perlahan terbuka, tatapan tajamnya mengunci Narumi, tapi senyum tipis misterius segera terbit di wajahnya.“Tidurlah. Aku yakin kamu akan kelelahan jika terus memaksakan diri.”Narumi menatapnya sejenak. Benar-benar misterius, bahkan kata-kata balasannya saja mengandung makna yang bercabang, pikirnya.Ia memejamkan mata, berusaha menikmati perjalanan yang ia tahu akan penuh tantangan di depan sana. Tapi ketenangan itu tak bertahan lama.Ding! Sebuah notifikasi masuk, Narumi melirik ponselnya. Emai

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 45: Yang Direncanakan

    Ghali menutup panggilan tanpa menunggu respon Julius, rahangnya mengatup erat saat ia menatap ke arah landasan yang terlihat samar dari kaca besar terminal.Wanita keras kepala itu benar-benar pergi. Aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja, Na.Langkah Ghali kembali terhenti ketika suara Karin terdengar dari belakang. “Mas, jadi kamu ke sini buat susul Nana?”Ghali lagi-lagi mengabaikan Karin, ia terus mondar-mandir dengan langkah gelisah, sampai-sampai Karin kembali berkata, “Mas, kamu benar-benar mau ke Spanyol buat susul Nana?”Ghali menghentikan langkahnya lagi, ia berbalik menatap Karin dengan mata dingin. “Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan. Ini bukan urusanmu, Rin.”Keterkejutan di wajah Karin perlahan pudar. Namun, alih-alih marah, ia justru tersenyum miring, seolah menyimpan sesuatu di balik ketenangannya.“Kalau begitu, aku ikut.”“Tidak.” Ghali langsung memotong, tapi Karin tidak berge

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 44: Aku Akan Menyusulnya

    Ghali hampir saja melangkah keluar dari ruangannya ketika sosok Karin muncul tepat di depan pintu. Langkahnya terhenti, dan untuk sesaat, rasa jengkel langsung merayap ke dalam dadanya.“Mas, kamu mau ke mana?” suara lembut Karin terdengar, tapi di telinga Ghali, itu seperti rantai yang siap membelenggunya.Ia pun tersentak, “Kamu? Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu masih di rumah sakit?”Karin tersenyum tipis, wajahnya terlihat segar, seolah kejadian dua hari lalu tidak pernah terjadi. Tanpa menunggu reaksi Ghali lebih lanjut, ia langsung bergelayut di lengan pria itu.“Aku sudah pulang, Mas. Aku telpon berkali-kali, tapi kamu gak pernah angkat. Jadi, aku pulang sendiri.”Ghali merasakan cengkeraman Karin di lengannya, tapi tangannya dengan cepat bergerak menyisihkannya. Ekspresinya dingin, dan matanya menghindari tatapan Karin.“Aku sibuk, banyak hal yang harus aku urus.” Suaranya terdengar datar, tak ada nada l

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 43: Harga Diri

    “Aku izin ke toilet sebentar.”Narumi berdiri tanpa menunggu respons dari Ardiaz, meninggalkannya begitu saja di ruang tunggu bandara.Langkahnya cepat, hampir seperti ingin melarikan diri. Begitu memasuki toilet, Narumi mengunci pintu salah satu bilik dan bersandar sejenak, menarik napas panjang untuk meredakan debaran di dadanya.Tangannya kembali meraih ponsel, membuka email yang tadi sempat ia baca dengan tergesa. Kali ini, ia membacanya dari awal, memastikan tidak ada detail yang terlewat.Kartu Hitam.Matanya menelusuri setiap kata, hingga sampai pada bagian rekaman CCTV yang terlampir di dalam email. Dengan telunjuk yang sedikit gemetar, Narumi menekan ikon play.Gambar buram memenuhi layar, tapi Narumi bisa mengenali tempat itu. Sebuah basement apartemen Lavenue, waktu di sudut layar menunjukkan bahwa rekaman itu diambil beberapa hari yang lalu. Tepatnya, hari kejadian yang mengubah segalanya.Namun, bukan basement itu yang membuatnya menahan napas. Sosok yang ia kenal muncul

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 42: Email

    Dua hari kemudian...Narumi duduk di kursi tunggu bandara Soekarno-Hatta, matanya terpaku pada layar ponsel yang terus ia geser tanpa tujuan jelas. Hanya kebiasaan untuk mengusir rasa bosan yang sedari tadi menggelayut di dirinya.Tiba-tiba, suara Ardiaz membuyarkan lamunannya. "Sorry, aku telat."Narumi menoleh dan mendapati Ardiaz yang tampak sedikit berantakan, duduk di sisinya. Napasnya terlihat sedikit terengah, seolah ia baru saja berlari kecil menuju tempat itu."Aku tak memaksamu untuk ikut.” Ia pun tersenyum tipis. “Aku paham jika kita tak bisa pergi bersama ke sana."Ardiaz menyandarkan punggungnya ke kursi, mengatur napasnya sambil melirik Narumi. "Tidak," sanggahnya cepat. "Urusanku sudah selesai juga di sini. Papa bisa mengambil alih perusahaan sementara kita liburan."Narumi mengangguk pelan, meski dalam hatinya masih ada keraguan yang sulit dijelaskan. "Kamu terlalu memaksa diri, Ardiaz. Kamu baru tiba di Indonesia, tapi langsung ikut terbang lagi," ujarnya dengan pand

  • Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!   ASS 41: Tak akan Kalah

    “Na? Ada apa?” Ghali memandangi Narumi dengan bingung, menyadari perubahan ekspresinya. Hingga, ia menatap Ghali sekilas, tapi kali ini... ada jarak yang tak lagi bisa dijembatani.“Aku rasa... kita tidak perlu bicara lagi, Mas.” Suara Narumi pelan, tapi cukup tegas untuk membuat Ghali terdiam di tempat. Tanpa menunggu lebih lama, ia menyerahkan ponsel itu kembali pada Ardiaz.“Terima kasih,” ucapnya lirih, lalu melangkah pergi, meninggalkan Ghali yang masih berdiri dalam kebingungan dan ketidakpastian.Setelah Narumi sedikit menjauh, Ardiaz mendekat pada Ghali. “Sebagai nasihat saja,” ia berkata sambil menatap Ghali dengan senyum tipis yang jelas mengandung ejekan.“Jangan menunjukkan permainan yang begitu ketara, Bung. Kamu... tidak akan mudah mendapatkan istrimu kembali. Ups... mantan istri.”Tangan Ardiaz dengan santai menepuk pundak Ghali, seolah menegaskan posisinya sebagai pemenang dalam situasi ini.Sementara Ghali tidak bergerak, tapi matanya mengikuti setiap gerakan Ardiaz.

DMCA.com Protection Status