Semua Bab Ambil Saja Suamiku, Biar Kucari yang Baru!: Bab 11 - Bab 20

27 Bab

ASS 11: Bayang-Bayang Tepi Pantai

“Ardiaz...” Suara Narumi terdengar pelan, seperti gumaman yang terhempas angin laut.“Iya, ini aku,” jawab Ardiaz sambil melangkah mendekat. “Kenapa kamu sendirian di sini?” tanyanya, nada suaranya lembut namun penuh kekhawatiran.Narumi berbalik, namun hanya untuk memunggungi Ardiaz. Matanya kembali menatap lautan yang bergelombang. “Aku hanya ingin menikmati laut... dan aku memang ingin sendiri,” katanya dengan nada datar.Tanpa banyak bicara, Ardiaz berdiri di sisinya, memberikan ruang, tapi cukup dekat untuk merasakan keberadaannya. Sekilas, matanya melirik wajah Narumi yang samar-samar tampak basah oleh sisa air mata.“Kamu menangis lagi,” ucap Ardiaz pelan, hampir seperti bisikan.Narumi menoleh, alisnya bertaut dengan kerutan kecil di dahinya. Namun, senyum tipis menghiasi bibirnya, meski lebih mirip dengan senyum getir. “Apa aku tak boleh menangis?” balasnya, mencoba terdengar santai.“Tentu saja boleh,” jawab Ardiaz, sorot matanya bertemu dengan mata Narumi. “Tapi... apa kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

ASS 12: Rahasia di Balik Pintu

Dahi Narumi mengerut dalam saat melihat Ardiaz keluar dari mobil tanpa sepatah kata. Dari dalam, ia samar-samar mendengar suaranya yang terdengar gelisah berbicara melalui ponsel.“Cari sampai ketemu,” titah Ardiaz dengan tegas, melirik sekilas ke arah Narumi yang masih duduk di dalam mobil.Tak lama, pria itu mengetuk kaca jendela mobil, membuat Narumi menurunkan kaca dan menatapnya dengan ekspresi bingung.“Maaf, aku harus pergi,” ucap Ardiaz tergesa-gesa, meskipun suaranya tetap tenang.“Apa terjadi sesuatu?” tanya Narumi, penasaran sekaligus khawatir.“Tidak,” jawab Ardiaz singkat. “Maaf, aku tidak bisa mengantarmu pulang.”Narumi mengangguk pelan, mencoba menghormati keputusan pria itu. “Tak masalah,” katanya dengan nada tenang meski pikirannya dipenuhi tanda tanya.Namun, matanya terus mengamati langkah cepat Ardiaz yang menghilang di kejauhan. Rasa penasaran melingkupi benaknya, terutama setelah ia sempat menangkap sekilas pesan di layar ponsel pria itu.“Nona kecil?” gumam Nar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

ASS 13: Obsesi

“Apa Nana seorang psikopat? Mas, lihat ruangan ini… benar-benar membuatku merinding,” Karin bersuara dengan nada yang sarat ketidakpercayaan.Ghali berdiri diam di ambang pintu, tubuhnya seperti membatu. Matanya menatap ruangan kecil itu, penuh dengan sesuatu yang sulit ia terima.Langit-langit ruangan dihiasi foto-foto dirinya yang tergantung dengan rapi. Dinding-dinding dipenuhi dengan catatan kecil berwarna kuning.Masing-masing mencatat hal-hal yang ia sukai dan tidak sukai. Baik dari makanan favorit, warna, jenis pakaian, hingga alerginya. Semua tercatat dengan teliti.Karin menoleh ke belakang, menatap Ghali dengan mata melebar. “Mas, kau tahu soal ini?”Ghali menggeleng pelan, “Aku tahu ada ruangan ini.” Suara yang keluar dari mulutnya nyaris seperti bisikan. “Tapi aku tidak pernah masuk, sejak Nana memintanya jadi ruang pribadinya.” Suasana menjadi hening. Karin melangkah masuk dengan ragu, memeriksa setiap detail dengan tatapan gelisah, sementara Ghali mengikuti dari belakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

ASS 14: Kebohongan yang Membayangi

Di hadapannya kini terhampar satu buket bunga mawar dengan seribu tangkai, ditemani sebuah kado raksasa yang menjulang tinggi.Narumi berdiri membatu. Sudah lama sekali ia tidak melihat banyaknya bunga itu, bunga yang pernah menjadi favoritnya dulu. Banyak hal yang berubah sejak ia memutuskan mencintai Ghali, pria yang alergi serbuk bunga. Demi dirinya, Narumi menjauhi segala hal yang berkaitan dengan bunga.Ardiaz berhasil membawa kenangan yang sempat terkubur oleh Narumi. Malahan, ia merasa tersentuh atas tindakan pria itu.“Papa tak salah pilih calon mantu, 'Kan?” Suara Bramastyo memecah lamunan Narumi. Nada bangga pria paruh baya itu terdengar jelas sampai mengalihkan pandangannya, menatap dengan rasa haru.“Apa kamu bahagia?” tanya Bramastyo pelan sambil memeluk erat putrinya, Narumi.Mendengar pertanyaan itu. Narumi tertegun, sudah berapa lama sejak seseorang menanyakan kebahagiaannya? Jawabannya, sangatlah lama.Dengan tersenyum kecil, ia pun menjawab, “Hm, aku sangat bahagia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

ASS 15: Kematian dan Ikatan Batin

Perasaan tak percaya menghantam Ardiaz, mengguncang setiap serat jiwanya. Ini bukan yang ia inginkan. Ia datang dengan harapan membawa jawaban atas kekhawatirannya, namun justru kematian yang menyambutnya. “Mengapa seperti ini?” tanyanya pada ruangan yang sepi, seakan menuntut jawaban dari sosok yang tak bernyawa. Ketika kesadaran perlahan merayap, tubuh Ardiaz bergerak seperti boneka tanpa kendali, melangkah mendekati Siska. Jemarinya gemetar saat menyentuh kaki sang wanita yang kini membeku. Tidak ada lagi kehangatan di sana, hanya rasa dingin yang menusuk, menggambarkan realita kejam jika Siska sudah beberapa jam meninggalkan dunia ini, meninggalkan dirinya dalam kehampaan yang tak terbayangkan. Air mata Ardiaz terus tumpah tanpa henti, rasa sesak di dadanya kian menekan, seakan ingin mencabik habis sisa-sisa kehidupannya. “Bodoh...” gumamnya lirih, suaranya bergetar penuh penyesalan. “Maafkan aku... Aku datang terlambat.” Kesadaran Ardiaz pulih dengan cepat, kesedihan t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

ASS 16: Penentuan Sikap

Narumi meraih ponselnya di atas meja, jemarinya gemetar saat mencoba menghubungi Siska. Namun, suara operator yang mengatakan ponsel tidak aktif justru membuat jantungnya berdebar semakin keras.Ia menggigit bibir bawahnya, merasa ada yang tidak beres. Tanpa berpikir panjang, Narumi bangkit dari kursinya, bersiap untuk pergi.“Kamu mau ke mana?” Suara ayahnya menghentikan langkah Narumi, menuju pintu utama. Ia menoleh dengan ekspresi gelisah. “Aku ingin ke apartemen Siska,” jawabnya.“Siska?” Bramastyo mengulangi nama itu dengan dahi berkerut.Narumi mengangguk, “Dia pengacaraku. Aku harus ke sana malam ini.” suaranya pelan tapi tegas.“Ini sudah larut malam, Na." Bramastyo melirik jam di tangannya, lalu menatap putrinya dengan penuh pertimbangan. "Besok saja,” katanya dengan setengah memerintah, setengah mengkhawatirkan.Narumi kembali menggigit bibir, rasa gelisah di hatinya kian membuncah, tetapi ia mencoba menjaga nada bicaranya untuk tetap tenang. “Tapi, aku harus ke sana, Pa.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

ASS 17: Pertaruhan Nyawa dan Tawaran yang Mengikat

“L-Larry, apa yang kamu lakukan?” tanya Narumi dengan suara terputus, berusaha memahami situasi di tengah napasnya mulai tersendat.“Aku akan membunuhmu!” geram Larry, nadanya penuh dendam. Wajah pria itu kian merah padam, tangan mencengkeram lebih erat. Melihat situasi kian memanas, Ardiaz memutar matanya dengan kesal. “Lepaskan dia, Bung!” ucapnya dingin, suaranya penuh ancaman.Keadaan semakin tegang. Napas Narumi semakin tersengal, tubuhnya kian melemah, dan hampir kehilangan kesadaran. Namun, matanya sontak terbelalak ketika tangan Ardiaz sudah mencengkeram leher Larry. Tindakan yang tak terduga pria itu membuat Narumi terkejut, meskipun pikirannya mulai mengabur oleh rasa sakit dan kurangnya udara.“Tidak akan!” balas Larry dengan sorot mata yang tak kalah tajam. Ia mencoba menggunakan tangan satunya untuk melepaskan cengkeraman di lehernya, tetapi upayanya sia-sia.Ardiaz tidak sedikit pun mengendurkan cengkeramannya. Sorot matanya penuh ketegasan, seolah memberi peringatan:
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

ASS 18: Pernikahan Kontrak

Narumi tersenyum tipis, nyaris remeh. “Cerai?” ulangnya sambil bersandar di kursi. Ia menarik napas pelan sebelum melanjutkan dengan nada sinis. “Jadi, kamu ingin menikah kontrak denganku?”Tanpa basa-basi, Ardiaz menganggukkan kepala. “Anggap saja begitu,” jawabnya singkat.“Kenapa?” tanya Narumi dengan cepat, sorot matanya tajam menuntut penjelasan.Ardiaz mengambil cangkir tehnya dengan tenang, melirik Narumi sejenak sebelum menjawab. “Karena, aku merasa kamu belum sepenuhnya siap menjadi istriku. Jadi... itu adalah saran terbaik yang bisa kupikirkan saat ini,” ujar Ardiaz dengan nada tenang namun penuh keyakinan.Narumi terdiam, mencerna kata-kata Ardiaz. Apa yang ia katakan ada benarnya. Narumi memang belum siap untuk berumah tangga kembali, bahkan ia telah memikirkan berbagai cara untuk menggagalkan rencana ayahnya. Namun, ide pernikahan kontrak itu membangkitkan trauma lamanya.“Aku menolak,” tegas Narumi, menatap Ardiaz dengan penuh keyakinan.“Alasannya?” tanya Ardiaz, menata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

ASS 19: Intrik

Narumi menarik napas panjang dengan ekspresi malas, siap untuk menyahut, tetapi kata-katanya terpotong oleh Ardiaz yang berbicara lebih dulu.“Laporkan saja,” ujar Ardiaz santai, namun dengan nada tajam. “Mungkin dia ingin merasakan pukulanku untuk kedua kalinya.”Narumi menoleh ke arah Ardiaz dengan satu alis terangkat, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Karin yang terkejut. Wanita itu jelas sedang mengingat memar di wajah Ghali, dan ekspresinya mencerminkan amarah yang tertahan.“Jadi... Kamu yang membuat wajah tampan Mas Ghali babak belur? Dasar preman!” geram Karin dengan suara yang semakin keras, menarik perhatian para pengunjung di sekitar mereka.Narumi memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah maju ke depan Ardiaz, berhadapan langsung dengan Karin.“Cukup, Karin!” ucapnya tegas, sorot matanya tajam. “Jangan pernah menghina calon suamiku.”“Apa?” Karin tersentak mendengar kata-kata itu, matanya melebar penu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

ASS 20: Pilihan Terakhir

Ardiaz menyembunyikan tatapan tajam di balik senyuman yang terlihat tenang. Namun di dalam hati, gelombang emosi bergejolak. Ia menyusun rencana dengan sabar, menantikan sejauh mana Narumi mampu bertahan di bawah tekanan yang sengaja ia ciptakan.“Baiklah, katakan saja bila nantinya kamu ingin mengganti pengacara lain,” ujarnya dengan nada ramah yang hanya sekadar basa-basi.Narumi terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab singkat, “Tentu.”Kepala Ardiaz mengangguk pelan. “Apa ada tempat lain yang ingin kamu kunjungi lagi setelah ini?” tanyanya, suaranya tetap terdengar ringan.“Tidak, aku pikir sebaiknya kita pulang.”Ardiaz mengangguk setuju, lalu mereka berdua kembali berjalan menuju mobil. Namun, tepat saat mereka hendak masuk ke mobil, sebuah mobil sport merah berhenti mendadak di depan kendaraan mereka. Mata Ardiaz langsung tertuju pada mobil itu, alisnya terangkat saat melihat seorang pria turun dengan tergesa-gesa.“Mas Ghali,” gumam Narumi, mengenali pemilik mobil tersebut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status