Home / Romansa / Suamiku Bukan Pegawai Biasa / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Suamiku Bukan Pegawai Biasa: Chapter 131 - Chapter 140

154 Chapters

Musuh lama

 Reza hanya menoleh sekilas, tanpa berkata apa-apa, dan mengangguk dengan malas. Nindi berjalan di depan, memimpin langkah. Sepanjang perjalanan, beberapa karyawan lain yang mengenal Nindi berusaha bertanya tanpa suara. Dengan hanya menggerakkan bibir, mereka bertanya, "Kenapa Pak Reza?"Nindi, yang sudah terbiasa membaca gerakan mulut rekan-rekannya, hanya menjawab singkat, "Nanti aku ceritakan." Mereka pun mengangguk, sambil memandang Reza dengan penuh tanda tanya.Setelah beberapa menit, mereka tiba di bagian produksi. Nindi berhenti di depan sebuah meja sempit yang diletakkan di pojok ruangan. Di atas meja itu, hanya ada sebuah buku besar yang tampak usang dan tumpukan berkas yang menjulang seperti menara."Ini meja saya? Apa tidak salah?!" ucap Reza terkejut. Ia memandang meja itu seolah-olah melihat sesuatu yang sangat hina. "Dan... di mana laptop saya untuk bekerja?"N
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Balasan untu Reza

Reza langsung menegang. "Apa? Tidak mau. Aku bukan OB. Kalau kamu mau kopi, suruh saja OB untuk membuatkan," balasnya tegas, mencoba mempertahankan sisa harga dirinya.Namun, Dendi tidak kehabisan akal. Dengan wajah penuh kepura-puraan, ia berkata, "Oh, OB kita sedang sibuk semua. Lagi ada masalah ruangan bocor, jadi mereka semua dikerahkan ke sana.""Tetap saja aku tidak mau. Itu bukan jobdesk-ku!" ucap Reza dengan suara yang mulai meninggi.Dendi tersenyum licik. "Oooh, jadi kamu tidak mau? Baiklah, nanti aku akan buat laporan kalau kamu melawan perintah atasan. Akan ku buat seolah-olah kamu tidak mau bekerja sama. Kau tahu apa akibatnya, kan? Kamu bisa dipecat, Reza. Apalagi sekarang posisimu sudah sangat lemah di perusahaan ini."Reza terdiam. Dalam hati, ia menahan luapan emosinya. "Sialan! Orang-orang di perusahaan ini sekarang semua berani melawanku. Kalau aku tidak mengiku
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Pagi yang menentukan

Hari yang dinantikan tiba—hari penyerahan jabatan di kantor, dan Adrian tampak penuh percaya diri. Seperti biasa, Anisa, istrinya, menyiapkan segala keperluan suaminya dengan telaten. "Mas, sarapannya sudah siap. Ayo, kita sarapan sama-sama," panggil Anisa dari ruang makan, melihat Adrian masih berdiri di depan cermin, sibuk memasang dasinya."Iya, sayang. Sebentar lagi, tinggal pasang dasi ini saja. Nanti aku ke meja makan," jawab Adrian sambil tersenyum."Baik, Mas. Kalau begitu, aku lihat Alisha dulu ya. Aku mau bangunin dia. Siapa tahu, dia mau sarapan bareng Papa," ujar Anisa sebelum berlalu.Adrian mengangguk ringan. Setelah dasinya rapi, ia turun ke ruang makan, di mana Aditya, ayahnya, sudah menunggu sambil membaca koran pagi."Pagi, Pa," sapa Adrian sembari menarik kursi dan duduk di hadapan ayahnya."Pagi, Nak. Bagaimana? Sudah siap untuk hari ini?" tanya Aditya, menurunkan korannya dan menatap putranya penuh harap."Tentu, Pa. Aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

20 menit lagi

Ketegangan Memuncak di Aditya CorporationDi aula besar Aditya Corporation, suasana semakin panas. Para karyawan berbisik-bisik, saling bertanya-tanya mengenai keberadaan Adrian yang hingga kini belum juga muncul.Di deretan kursi depan, Satya duduk dengan wajah cemas. Pak Benny, yang duduk di sebelahnya, menoleh mendekat dan berbisik pelan, "Pak Satya, bagaimana? Apakah Bapak sudah bisa menghubungi Pak Adrian?"Satya menggeleng, napasnya terdengar berat. "Belum, Pak. Dari tadi nomornya tidak bisa dihubungi. Saya sudah coba berulang kali."Pak Benny mengerutkan kening, semakin khawatir. "Apa Bapak sudah coba menghubungi Pak Aditya?""Sudah, Pak. Kata beliau, Pak Adrian sudah berangkat dari tadi pagi menuju ke kantor. Tapi anehnya, sampai sekarang belum juga sampai," jawab Satya, suaranya memantulkan kegelisahan.Pak Benny mulai gelisah, melihat ke sekeliling aula yang mulai dipenuhi bisik-bisik khawatir dari para karyawan. "Kalau begitu, kem
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Adrian datang

"Berhenti!"Semua kepala serentak menoleh ke arah suara tersebut. Berdiri tegap di pintu, dengan wajah yang terlihat dingin namun penuh keyakinan, adalah Adrian. Suaranya menggelegar memenuhi aula."Kalian tidak perlu meninggalkan tempat ini, karena acara akan segera dimulai," ucap Adrian lantang, langkahnya perlahan masuk ke aula, setiap gerakannya mengundang tatapan kaget dari semua orang di ruangan itu. Wajah dan tangan yang berbalut perban tidak mengurangi langkah penuh intimidasi yang keluar dari dirinya.Darko membeku di tempatnya, mikrofon di tangannya terasa berat tiba-tiba. Reza yang tadi menyeringai kini tampak seperti melihat hantu. Wajahnya pucat, dan ia dengan cepat menunduk untuk menghindari tatapan Adrian.Satya dan Pak Benny yang awalnya terlihat lesu kini berdiri dengan penuh semangat. Senyum lega langsung muncul di wajah mereka. "Pak Adrian datang!" ucap Satya dengan suara yang sedikit bergetar karena haru.Di tengah aula, para karyawan mulai berbisik-bisik lagi, kal
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Reza menyerah

"Kamu cepat maju ke depan, dan lihat semua orang yang duduk di depanmu," perintah Adrian dengan suara lantang yang menggema di seluruh aula. "Siapa orang yang menyuruhmu untuk memutuskan rem mobilku?"Pria yang sebelumnya dibawa masuk oleh polisi mendongak perlahan. Wajahnya babak belur, namun sorot matanya tajam, memindai satu per satu orang yang duduk di aula besar Aditya Corporation. Semua karyawan terdiam, beberapa bahkan menahan napas. Suasana menjadi mencekam.Pria itu mulai mengedarkan pandangannya, memulai dari deretan paling kanan. Pandangan matanya seperti pisau yang menguliti tiap orang yang dia lewati. Bisik-bisik mulai terdengar dari barisan karyawan. Beberapa dari mereka terlihat ketakutan, tapi banyak pula yang penasaran, mencoba menebak siapa dalang dari kejahatan tersebut.Di pojokan, Reza menunduk dalam-dalam, mencoba menyembunyikan wajahnya. Keringat dingin mulai membasahi kemejanya, meskipun hawa di dalam ruangan terasa dingin. Dalam hatinya, dia berteriak panik. "
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Kemenangan Adrian

Darko mencoba tersenyum, tapi wajahnya jelas menunjukkan rasa takut. "Adrian, kau tidak bisa percaya begitu saja pada ucapan Reza. Dia hanya mencoba menyeretku dalam masalahnya karena dia panik."Adrian menyilangkan tangan di dadanya. "Om Darko, kau pikir aku belum tahu? Aku sudah lama mengetahui semua rencanamu. Aku hanya menunggu saat yang tepat untuk mengungkap semuanya."Karyawan yang hadir terdiam, menahan napas. Mereka tahu, drama besar baru saja dimulai."Apa maksudmu itu, Adrian? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," ucap Darco dengan nada bingung, meski wajahnya mulai tampak tegang.Adrian melangkah maju dengan tenang, tetapi tatapannya tajam seperti pisau. "Jangan pura-pura tidak tahu, Om. Semua yang perlu kukatakan sudah ada di sini."Ia mengangkat sebuah flashdisk dan menyerahkannya kepada operator di dekat layar. "Masukkan ini ke komputer dan tampilkan semua file yang ada di dalamnya."Operator dengan cekatan mengambil fla
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Konfrontasi Siska

Suara seorang wanita langsung terdengar dari seberang, penuh emosi. "Adrian, apa yang telah kau lakukan pada suamiku? Kenapa kau memasukkan Reza ke dalam penjara?" Adrian mengenali suara itu. Siska, istri Reza.Adrian menghela napas panjang sebelum menjawab. "Oh, jadi suamimu sudah mengabarimu? Apa dia tidak menceritakan padamu alasan kenapa dia masuk penjara?""Itu semua karena kau memfitnahnya!" teriak Siska, suaranya bergetar penuh amarah. "Aku tahu kau membenci kami. Kau masih dendam karena dulu kami memperlakukanmu dengan buruk, tapi bukan berarti kau bisa memfitnah Reza dengan keji seperti ini!"Adrian terkekeh pelan, lalu menjawab tegas. "Fitnah, kau bilang? Bukankah aku sudah menunjukkan bukti-bukti yang sangat jelas? Suamimu bersekongkol untuk mencelakakanku. Kau pikir aku cukup picik untuk menjebaknya tanpa alasan? Dengar, Siska. Ya, aku memang belum melupakan bagaimana kalian menghinaku dulu, tapi aku tidak sekejam itu untuk membuat tuduhan palsu. Aku lebih menghargai keadi
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Burha

"Tutup mulutmu, Siska! Jangan pernah kurang ajar pada ibumu lagi!" suara Pak Hartono menggema, penuh ketegasan.Siska tertegun, tangannya memegangi pipinya yang memerah. Air matanya jatuh bercucuran. Dengan suara parau, ia berkata, "Papa... Papa menamparku? Papa jahat!"Ia berlari keluar rumah sambil menangis, meninggalkan semua orang yang terdiam terpaku.Ibu Widya, dengan penuh kekhawatiran, berdiri hendak mengejar. "Siska... tunggu! Jangan pergi, nak!" panggilnya, namun langkahnya ditahan oleh tangan suaminya.Pak Hartono menggenggam tangan istrinya dengan lembut. "Sudah, Ma. Biarkan dia pergi. Dia perlu waktu untuk merenungkan semua kesalahannya."Dinda, yang sedari tadi diam, akhirnya ikut bersuara. "Benar, Ma. Biar Siska merenung dulu. Mungkin dengan cara ini dia bisa sadar."Anisa hanya bisa memandang pintu yang terbuka lebar, hatinya tak sepenuhnya tenang. Ia berharap, dari lubuk hati terdalamnya, bahwa ini adalah awal perubahan bagi adiknya. Siska harus memahami kebenaran, me
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Hukuman untuk Lina

Siska tersentak. Dengan cepat, ia menoleh ke arah pintu, dan betapa terkejutnya ia melihat seorang wanita berdiri di sana. Wanita itu tampak cantik dengan riasan wajah yang sempurna. Pakaiannya yang rapi dan elegan menunjukkan kepercayaan diri, tetapi senyum kecil di wajahnya terasa menusuk hati Siska."Hai, Mas Re... Tunggu, Mas Reza mana?" suara wanita itu terdengar bingung saat melihat Siska duduk di kursi pengemudi.Untuk beberapa detik, dunia terasa berhenti bagi Siska. Hatinya serasa pecah berkeping-keping. Wanita ini—orang yang diduga selingkuhan suaminya—ternyata berdiri di depan matanya.Namun, Siska bukan orang yang mudah menyerah pada situasi seperti ini. Dengan cepat, ia menguasai dirinya. Matanya menatap tajam wanita itu, seolah ingin menelanjangi semua kebohongannya."Seharusnya aku yang bertanya," ujar Siska dingin, senyumnya tipis namun penuh tekanan. "Siapa kamu sebenarnya? Dan apa hubunganmu dengan suamiku, Reza?"Wanita itu tampak tergagap. Raut percaya dirinya meng
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status