Semua Bab Suami Dadakanku Seorang Miliarder : Bab 31 - Bab 40

54 Bab

Berikan Aku Anak

Samira mengernyit dahi kebingungan. Raut wajahnya tampak kesal, menunggu Morgan yang terus menggantung-gantung ucapannya.Namun, untuk menghargainya, Samira cuma bisa menunggu sesekali mendesahkan rasa kesalnya. Ia tidak tahu apa yang ada di pikiran Morgan, tapi ia merasakan ada sesuatu yang membuatnya setegang dan segugup itu.Morgan menarik napas panjang dan menatap Samira dengan tatapan lembut. "Samira," suara Morgan terdengar goyah. Samira semakin yakin ada yang hal rumit yang ingin disampaikan oleh Morgan. Siap tak siap, Samira melapangkan dada dengan mengangguk kecil. "Aku tahu kamu juga ingin secepatnya mencapai misi kamu dan segera mengakhiri perjanjian ini, Samira."Kepala Samira terangkat.Apa katanya? Kenapa dia bisa membuat kesimpulan begitu? Harusnya dia sadar aku tidak pernah berkata seperti itu!Menyedihkan, Samira menumpulkan pandangannya ke wajah Morgan. Rasanya ingin berteriak keras, kalau sebenarnya misinya itu ingin menikah sungguhan.Namun ... "Iya!" Samira pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Salah paham

Samira memejamkan mata sejenak. Menghela nafas yang panjang berkali-kali, seakan-akan melonggarkan segala yang menghimpit di dadanya. Sadar sudah terlalu lancang mengatakannya, tapi ia tidak bisa terus-terus membohongi dan menyiksa dirinya. Di saat-saat menunggu reaksi dari Morgan, pikiran pragmatisnya segera menyusup, mengingatkannya pada perjanjian yang sudah mereka sepakati. Ia jadi semakin yakin ada yang salah dengan ucapannya tadi. Karena mereka sudah sepakat tidak berhak mengharap pengakuan dan cinta di hubungan mereka. "Kamu bisa mengabaikan ucapanku tadi. Aku hanya kehabisan ide berpikir," ucap Samira tertunduk, seperti ingin meralat sepenggal kalimat yang tengah dipikirkan Morgan sekarang. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari, apa yang dipikirkannya tidak sesuai dengan realita yang dijalaninya. Harusnya ia tidak bisa melupakan isi perjanjian kontrak mereka itu. "Samira, tidak ada yang salah dengan itu, hanya saja aku ... aku ..." Morgan tidak sanggup berkat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

Membongkar Rahasia

Samira ternganga mendengar pertanyaan itu. Matanya mengerjap berkali-kali guna memfokuskan pikirannya. Bingung harus menjawab apa!"A-aku merasa baik-baik saja," jawab Samira sedikit gugup. "Bagaimana dengan kamu?" "Samira, aku juga merasa baik-baik saja. Tapi, apa kamu pernah berpikir resiko dari sebuah pernikahan sah tanpa ada cinta?" tanya Morgan dengan nada serius, matanya menatap tajam di wajah Samira yang berubah-ubah warna. GLEKKApa yang dia inginkan sebenarnya? Kalau dia tidak mau menikah sah, kenapa dia semakin memperpanjang pembicaraan ini?Samira sudah tidak sanggup melanjutkan pembicaraan mereka. Ia juga sadar kebersamaan mereka hanya di atas surat perjanjian, jadi ia tidak bisa menuntut perasaan Morgan.Melihat Morgan terus menatapnya, seolah-olah menunggu jawabannya, Samira berkata, "aku tidak bisa membayangkan apa resiko pernikahan tanpa cinta. Karena ..." Samira meremas-remas telapak tangannya. Ia ragu melanjutkannya. Karena sengaja atau tidak sengaja, itu hanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

Rahasia Besar

Kaget Samira lantas menoleh ke samping, setelah tangan sang atasan menepuk pelan di bahunya."Saya, Pak!" sahut Samira mengarahkan jari telunjuk di dadanya menunjuk dirinya sendiri, raut wajahnya sedikit memerah."Iya, kamu. Silakan," ucap pak Baroto menaikkan kedua alisnya seperti mendesaknya.Samira kebingungan. Menggeser pandangannya ke depan, di mana Morgan duduk di balik mejanya dengan tumpukan dokumen dan laptop yang menyala. Pria itu menatap tenang ke arahnya, seakan-akan menunggu sesuatu darinya.Samira menenggak liur, sedari tadi ia hanya fokus memperhatikan gerakan Morgan memaparkan ide-idenya. Sampai dirinya tidak bisa menahan diri untuk tidak terkesima.Kembali terdiam karena tidak tahu harus melakukan apapun dengan titah dari sang atasan. Samira mengalihkan pandangannya kepada pak Baroto dan berniat bertanya untuk memperjelas"Saya tidak---""Baik, karena tidak ada komentar dari ibu Samira selaku direktur utama, saya menyudahi meeting hari ini. Terimakasih atas kerjasama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

Sandiwara Sang Atasan

Seraya menunggu waktu yang dititahkan pak Baroto tadi, Samira memaksakan diri fokus bekerja. Meski tidak sedikitpun yang bisa ia lakukan di meja kerjanya namun seenggaknya pikirannya teralihkan."Masuk." Samira menyahuti ketukan di pintu ruangannya, tanpa menggeser pandangan dari laptop di depannya. Pikirnya, siapa lagi yang berkepentingan masuk kalau bukan Mariam."Ibu Samira, pak Baroto menyuruh anda segera ke ruang direksi sekarang."Tangannya berhenti di tetikus. Kemudian menggeser kepalanya melihat Morgan yang berdiri di depan mejanya.Samira menenggak liur kesulitan bertatapan langsung dengan pria yang ternyata tuan muda keluarga Sagala itu."Iya, saya segera ke sana." Cuek Samira menjawab. Dalam hatinya karena tidak bisa lagi menguasai rasa gugupnya.Samira melanjutkan fokus dengan pekerjaannya. Berharap Morgan segera pergi dari sana. Namun ..."Saya meminta maaf atas kelancangan saya mengambil alih memimpin meeting tadi, ibu Samira," ucap Morgan sangat sopan dan tetap mengho
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

Tawaran Masih Berlaku

Terdengar tawa yang sangat dipaksakan dari pak Baroto. Air mukanya juga tampak berubah menjadi tegang."Saya sudah menegaskan kepadanya, tidak ada waktu untuk berpacar-pacaran! Karena itu hanya merugikannya, seperti yang selama ini dia lakukan!" Ucapan pak Baroto itu menarik atensi Samira. Dahinya mengernyit mencoba mencerna ucapan sang atasan. Memang terdengar kejam! Tapi ada benarnya juga, sama seperti yang selalu dikatakan papinya dulu. "Apa dia sudah punya kekasih sebelumnya?" tanya Samira berani.Ia belum lupa pengakuan Morgan waktu itu, kalau dirinya belum pernah memiliki teman dekat wanita alih-alih kekasih. "Bagaimana mau punya pacar? Tiap malam keluyuran di kelab malam, main judi, mabuk-mabukan!" ujar pak Baroto keceplosan. "Tiap malam mungkin bersama wanita-wanita di kelab malam itu!"DEGG Wajah Samira berubah menjadi merah. Hatinya sangat cemburu mendengar pengakuan gila sang atasan ini. Tapi ... apa ia harus percaya Morgan seburuk itu? Yang bahkan ia sudah menyerah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

Tidak Sengaja

Tapi, ia tidak mau Morgan mengetahui isi pikirannya sekarang, Samira menjawab, "iya. Memang setiap selesai meeting aku pasti sibuk."Samira terpaksa berbohong. Sementara tugas itupun ia berikan kepada Mariam tadi."Ohh, lain kali kalau sibuk, kamu bisa memintaku melakukannya," ujar Morgan menawarkan diri.Samira tidak lagi kaget mendengarnya. Setelah mengetahui siapa sebenarnya Morgan. Namun, lagi-lagi ia hanya bisa mengangguk."Oiya, apa kamu ada keperluan keluar malam ini?" tanya Samira ketika mereka sudah tiba di apartemen. Morgan yang tengah membuka pintu, berbalik badan cepat. Dahinya mengkerut bingung karena tidak biasanya Samira menanyakan urusannya."Iya. Apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Morgan.Samira mengangguk kecil. "Iya. Aku ingin bicara denganmu!" Malam ini Morgan berencana mau menemui sang kakek untuk memperjelas pembicaraan mereka di kantor tadi. Tapi dia belum bisa jujur kepada Samira tentang itu. "Aku mau menjemput mobilku dari rumah teman." Morgan akhirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

Ada Rasa Yang Lain

"Apa yang kamu katakan ini, Samira? Bukankah di perjanjian kontrak tidak bisa melakukan hal seperti itu?" tanya Morgan sedikit tidak senang. Suara gigi mengerat terdengar jelas dari rongga mulut Morgan. Tatapannya serius di wajah Samira, seakan-akan tidak percaya, wanita lembut dan perhatian itu berani berkata begitu. Yang bahkan dia sempat berpikir jika Samira menaruh hati padanya."Yahh, isi perjanjian itu hanya dibuat-buat saja, kan? Jadi, kapan saja bisa diubah." Cuek Samira menjawab. Membuang wajahnya yang memerah ke samping."Iya. Tapi aku tidak mau melakukannya!" tegas Morgan menaikkan dagunya. "Dan, siapapun tidak bisa!" Samira sedikit kewalahan menghadapi kerasnya Morgan. Niatnya ingin mengorek perasaan Morgan kepadanya, sedikit kesulitan. Hari pria ini sangat sulit ditebak."Itu terserah kamu. Tapi aku bisa melakukannya jika aku mau, kan?" tantang Samira."Apa? Untuk kepentingan apa kamu ingin merubahnya, Samira?" tanya Morgan menaikkan nada suaranya, terdengar banyak em
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

Tidak Percaya

Sang pria tersebut menarik bungkus rokok dari depan Morgan, mencampakkannya ke tong sampah tidak jauh dari meja mereka."Jangan! Saya harus menghubungi Pierre dulu untuk mencari informasinya, karena dia yang menyiapkan kamar untuk anda malam itu!""Sial! Itu sama saja menghabiskan waktuku hanya menunggu!" Morgan menggeram kecewa."Namanya juga berusaha, Tuan Muda. Kalau mau cepat tinggal memilih para wanita itu saja," ucap sang pria menunjuk para wanita yang duduk berjejer di depan menunggu tawaran para pria hidung belang."Damn man! Jaga mulutmu itu!" Morgan menoyor kepala pria yang berani menggodanya. "Oke, segera kabari setelah mendapat informasi tentangnya! Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya!"Setelah menutupi wajahnya, Morgan gegas meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil. Sekarang dia sendiri kebingungan, harus kembali ke apartemen atau menemui sang kakek. Sekilas melirik jam di pergelangan tangannya.Tapi, menemui sang kakek dengan keadaan dirinya yang setengah mabuk beg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

Mengesalkan

"K-kamu! Kenapa kamu masuk?" teriak Samira gugup.Morgan yang tidak kalah kaget berhenti sejenak di ambang pintu, matanya terbelalak melihat Samira yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan handuk menutup tidak sempurna tubuhnya. Tak disangkal aset pribadinya yang sudah lama tidak mendapat sentuhan sejak malam panas itu, seketika memberontak. Morgan sedikit kewalahan menutupi aset pribadinya yang menonjol di balik handuknya.Menyadari ternyata dirinya memiliki batasan dengan Samira, Morgan berusaha keras mengendalikan aliran darahnya yang sempat mendidih. "Oh, maaf! Aku tidak tahu kalau kamu baru selesai mandi," ucap Morgan lantas membuang pandangannya. Sangat canggung namun dia berusaha untuk tidak terlihat kaget dan gugup.Samira meremas sisi handuk di dadanya, semakin gugup. Menekan nada suaranya agar tidak goyang dengan menjawab, "tidak apa-apa. Aku juga tidak tahu kamu akan masuk.""Tadi salah mengambil pakaian," ujar Morgan tanpa menoleh, cepat-cepat berjalan dan meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status