Semua Bab Mauku Jadi Satu-satunya!: Bab 21 - Bab 30

36 Bab

21. Bayi itu Milikku

“Kau diam saja tanpa membelaku sama sekali, Adam.”Adam memejamkan mata dan menjauhkan tangan dari kancing kemejanya yang semula ingin dilepas satu persatu. Perhatiannya terpecah begitu membuka mata dan menyaksikan Mosha sudah terisak di pojok ruang tengah rumah mereka.“My Love ...” panggilnya lembut seraya mendekat. Walau ia tahu Mosha akan beranjak, tak ingin didekati apalagi disentuh. “Kau tahu sendiri bagaimana Dad dan Mom yang sangat menginginkan keturunan. Aku begini karena tak ingin mereka mengungkit kekuranganmu.”“Kekurangan?” Kepala Mosha terangkat, matanya berair dan wajahnya basah karena tangisan. “Baru kali ini aku mendengarnya dari mulutmu. Apa kau pikir aku menginginkan keadaan ini?”“Mosha, bukan begitu maksudku—“ Tangan Adam yang terulur itu ditepis Mosha sebelum menyentuh istrinya. Mosha beringsut dan melesat pergi ke kamar. “Aku minta maaf,” gumamnya sesaat sebelum sang istri membanting pintu dan menguncinya.Alih-alih mengejar Mosha dan membujuknya, Adam memilih m
Baca selengkapnya

22. Sekamar Denganmu

“Siapa wanita itu tadi?”Daphne mulai pening melihat Adam tak berhenti bergerak mondar-mandir setelah kembali ke apartemen. Pria itu masih saja mengomel selama perjalanan pulang usai Daphne menjelaskan beberapa hal pada Anna.“Annabeth, dia ... orang yang sering membantuku soal pekerjaan,” ungkap Daphne terus terang.Adam menoleh ke arahnya dengan tatapan lega. “Hhh.” Ia duduk di samping Daphne sambil menyandarkan punggung dan kepalanya menengok pada Daphne. “Dia bilang Nolan menghamilimu! Sudah jelas-jelas bayi yang kau kandung itu darah dagingku!”Daphne memutar kedua bola matanya seraya bergeser menjauh dari Adam. Ia masih ingat soal peringatan yang diberikan Adam terakhir kali untuk tahu batasan. Jadi, itulah yang ia lakukan sekarang.“Kenapa kau jadi marah-marah hanya karena itu, sih?” keluhnya.“Hanya karena itu kau bilang?” Adam menatapnya tak percaya. “Oh, Emilyn Daphne!”Daphne mengambil napas dan membalas, “Yang Anna tahu, kekasihku Nolan dan wajar saja jika dia menganggap o
Baca selengkapnya

23. Tanda Mulai Berpaling

“Aku bisa menggunakan sofa,” tukas Adam segera. “Tenang saja.”Ia tidak segila itu meminta sekamar dengan Daphne. Sekalipun wanita itu yang mengandung darah dagingnya. Sekalipun ia dan Daphne pernah melakukan hubungan suami-istri itu tak membuat segalanya jauh lebih mudah.Daphne hanya menatapnya sesaat. Rautnya yang semula tegang kini berubah menjadi datar kembali, wanita itu lalu pergi ke kamar dan menutup pintu rapat. Adam menoleh ke pintu dan mendesah panjang. Baru kemudian ia melanjutkan pekerjaan setelah Hiro dan beberapa ajudannya datang membawakan keperluan pribadinya.“Ada beberapa masalah di kantor, Tuan. Pihak Andalas sepertinya tidak menyetujui tawaran kita minggu lalu,” papar Hiro dengan sederet kabar yang paling Adam benci.Adam bangkit dari duduk. “Kita berangkat sekarang,” katanya sambil lalu.Ketika tiba di ambang pintu, Adam menghentikan langkah dan menatap kamar Daphne. Wanita itu tak muncul dari sana sama sekali rupanya. Nyatanya ia memang sedikit berharap Daphne k
Baca selengkapnya

24. Sesuatu di Kamar Mandi

“Tolong kau bereskan semua rumor-rumor itu dan bagaimana bisa Robert tahu soal ini?”“Kami sedang menyelidikinya, Tuan. Saya akan membentuk tim agar masalah ini cepat teratasi.”“Kau tau konsekuensinya jika ini keluar dari publik, ‘kan? Jangan sampai orang di luar sana tahu soal aku dan Daphne. Apalagi anak yang akan menjadi penerusku nanti dari wanita lain!”“Saya tidak akan melupakan hal itu, Tuan.”“Kalau begitu pergilah, aku ingin beristirahat.”“Tuan benar-benar akan tidur di sofa ini?”“Kau pikir aku akan sekamar dengan Daphne? Kau gila?”“Bukan ... bukan itu maksudku.”“Pergi dari hadapanku, Hiro!”Daphne menguping. Ah, tidak. Maksudnya ia tak sengaja mencuri dengar percakapan Adam dan personal assistant-nya di balik pintu kamar. Mulanya ia berniat untuk pergi mengambil air, tapi suara Adam membuatnya mengurungkan niat tersebut dan berakhir seperti sekarang.Ia menelan ludah dan meraba perutnya di balik gaun tidur yang dikenakannya sekarang. “Kau mungkin akan diakui dan diagung
Baca selengkapnya

25. Keluar Batasan

“Wajahmu memerah, Adam. Melebihi kepiting rebus.”Semangat Daphne makin meroket saat melempar Adam seperti ini. Terutama ketika wajah pria itu makin merah setelah ketahuan beraktivitas di kamar mandi beberapa waktu ini.“Daph, berhenti mengejekku!” seru Adam sambil menggeram.Daphne terkekeh geli. “Baiklah, aku tidak akan membahas itu lagi,” katanya hendak mengalah. Namun suara Adam kembali terlintas di benaknya, masih teringat jelas bagaimana pria itu beraksi di dalam sana. “Tapi ... kau benar-benar gila melakukannya di kamar mandi.”Adam menggersah kasar sembari meraup wajah kasar. “Kukira kau sudah tidur, dan ... apa salahnya melakukan di kamar mandi?” balasnya melempar protes. “Apartemen ini, penthouse ini milikku!”“Aku tidak akan lupa.”Daphne memandang lurus Adam yang meliriknya tajam. Sungguh pria itu lucu sekali jika sedang merajuk seperti ini. Terkadang ia kelimpungan saat Nolan marah, tapi dengan Adam berbeda. Daphne begitu menikmati suasana ini.Lantas kemudian Daphne mena
Baca selengkapnya

26. Harus Pergi

“Pagi, Adam!”Setiap pagi suara ceria itu yang menggaung di kamarnya. Membuat awal harinya selalu bersemangat dan bibirnya mampu membuat lengkungan lebar dari biasanya. Hatinya pun menghangat tiap kali Daphne mendatanginya dengan langkah kecil wanita itu hanya untuk memberikan usapan di wajah hingga bibirnya.Ini terasa aneh karena selama bersama Mosha, tak pernah ia rasakan sikap-sikap menggemaskan yang berhasil memanjakannya dari waktu ke waktu. Hanya Daphne yang mampu melakukannya, membuat perutnya disambangi ribuan kepakan kupu-kupu.“Aku akan menunggu di balkon selagi Hiro mengobrol denganmu,” kata Daphne sesaat sebelum pergi melewati pintu kaca yang mengarah pada balkon.Wanita itu seakan sudah mengenal kebiasaannya yang ingin memiliki ruang sendiri ketika kedatangan Hiro. Kini kepalanya mendongak saat Hiro berdiri di hadapannya sembari menyerahkan beberapa dokumen penting.“Kontrak terbaru yang sudah ditandatangani beberapa perusahaan, Tuan,” kata Hiro yang diangguki Adam.“Apa
Baca selengkapnya

27. Akhirnya Kamu Berpaling

Dengan ditemani angin sepoi-sepoi di pagi hari, Daphne mencurahkan isi hatinya melalui air yang mengalir dan membasahi pipi. Perutnya perih setelah kembali diterjang rasa mual. Ia kembali tak mampu mencerna makanan semenjak kepergian Adam.“Kau pasti lapar, ya.” Daphne meraba perutnya pelan bersama isakan yang lirih, tapi menyesakkan. “Aku akan mencoba makan lagi, tapi jangan sekarang. Tenggorokanku sudah sakit, jadi tolong bertahan sebentar.”Ia hanya ingin menjeda sementara dari percobaannya yang kesekian. Lidahnya terasa pahit sekalipun hanya diguyur air mineral. Namun ia tetap berusaha, ditambah dukungan Maria yang membuatkannya beberapa masakan.Daphne meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengendalikan sekaligus menguatkan diri. Ia pandangi lalu lalang kendaraan dari balkonnya. Berharap salah satu dari kendaraan roda empat di bawah sana adalah Adam.“Jangan bersedih, Daphne,” gumamnya pada diri sendiri. “Adam milik Mosha, sudah seharusnya dia tetap tinggal bersama istrinya. Buka
Baca selengkapnya

28. Derita Mengandung Anak Pria Lain

“Hhh ....” Napas Daphne terhela panjang. Ia rasakan tiap tarikan napas yang kian sesak. “Baiklah, aku akan mencoba—“Sayang sekali ucapan Daphne terpotong oleh Tabitha yang mendelik galak. Tabitha melemparkan seruan yang menggambarkan kekesalannya.“Lihat?” sambar Tabitha. “Alasan sakit itu hanyalah kebohongan. Adam malah asyik liburan dan membiarkanmu menderita seperti ini. Sangat konyol.”Pening di kepala Daphne mulai terasa begitu ia kembali dihantam realita. Tentang Adam yang membiarkannya mengalami semua hal ini.“Tab, kumohon jangan berkata seperti itu,” pintanya tak ingin masalah itu berlarut-larut dan berporos menyalahkan Adam.“Kau selalu saja membela para pria, Daph.” Tabitha mengecamnya sekarang. “Mereka sudah menyakitimu dan membuatmu menderita, mereka tidak mau bertanggunjawab.”Mereka yang dimaksud sudah pasti Nolan dan Adam. Benar, Daphne kerap merasa tidak enakan sampai tak tega menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Seperti sekarang, ia justru me
Baca selengkapnya

29. Aku Gagal

Daphne sudah mencobanya. Menyantap masakan Tabitha dan Maria, tapi hasilnya tetap sama. Ia kembali memuntahkan semuanya dan berakhir lemas di ranjang.“Bukankah kau harus ke rumah sakit?” kata Tabitha cemas.Daphne hanya menatap, tak sanggup menggeleng karena kepalanya kelewat pening. “Kupikir aku hanya butuh istirahat.”“Tapi keadaan Nona sangat buruk,” timpal Maria memberi komentar. “Saya akan coba menghubungi sopir agar bisa mengantar kita ke rumah sakit.”Satu tangan Daphne terangkat dan bergerak mengibas. “Biarkan aku istirahat lebih dulu, Maria,” pintanya lemah. “Maafkan aku sudah banyak merepotkan kalian.”Tabitha terdecak dan bergerak mendekati Daphne. “Hentikan rasa tak enakmu itu!” dengkusnya. “Kau harus bertahan, setidaknya untuk dirimu sendiri. Kau ingat ada bayi di dalam perutmu ini, ‘kan?”Tentu saja Daphne tak lupa. Ia juga berusaha mempertahankan bayi Adam, tapi usahanya justru belum membuahkan hasil. Sekarang ia hanya ingin berdiam diri dan beristirahat sejenak setela
Baca selengkapnya

30. Pergilah, Adam

“Apa yang kau lakukan, Mosha?”Kening Adam masih berkerut dalam, kedua alisnya pun bertaut begitu membaca nama Daphne masuk ke daftar peneleponnya beberapa jam lalu. Tepatnya saat ia tertidur, wanita itu menelepon setelah sekian lama.Adam mengira semua ini mimpi karena selama ini Daphne tak mencarinya. Ia sendiri pun menghilang karena memikirkan perasaan sang istri. Namun sekarang, rasanya ia baru dikhianati karena Mosha menyembunyikan itu semua darinya—terutama tentang Daphne.Mosha meliriknya sesaat dan melanjutkan mengenakan rangkaian skin care ke wajah. Mata wanita itu menatapnya melalui pantulan cermin besar.“Kau tidak mau menjawabnya?” Adam bangkit sejalan dengan pertanyaan yang terlontar dari mulutnya. “Kenapa kau tidak bilang kalau Daphne menghubungiku?”Adam makin geram, tapi tetap mencoba tenang. Bertahun-tahun mengenal Mosha, ia cukup paham menghadapi sang istri. Sekalipun kesabarannya makin menipis saat menyaksikan betapa santainya wanita itu merawat diri alih-alih menja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status