Beranda / Romansa / Mauku Jadi Satu-satunya! / 24. Sesuatu di Kamar Mandi

Share

24. Sesuatu di Kamar Mandi

Penulis: Namericanou
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-26 10:31:24

“Tolong kau bereskan semua rumor-rumor itu dan bagaimana bisa Robert tahu soal ini?”

“Kami sedang menyelidikinya, Tuan. Saya akan membentuk tim agar masalah ini cepat teratasi.”

“Kau tau konsekuensinya jika ini keluar dari publik, ‘kan? Jangan sampai orang di luar sana tahu soal aku dan Daphne. Apalagi anak yang akan menjadi penerusku nanti dari wanita lain!”

“Saya tidak akan melupakan hal itu, Tuan.”

“Kalau begitu pergilah, aku ingin beristirahat.”

“Tuan benar-benar akan tidur di sofa ini?”

“Kau pikir aku akan sekamar dengan Daphne? Kau gila?”

“Bukan ... bukan itu maksudku.”

“Pergi dari hadapanku, Hiro!”

Daphne menguping. Ah, tidak. Maksudnya ia tak sengaja mencuri dengar percakapan Adam dan personal assistant-nya di balik pintu kamar. Mulanya ia berniat untuk pergi mengambil air, tapi suara Adam membuatnya mengurungkan niat tersebut dan berakhir seperti sekarang.

Ia menelan ludah dan meraba perutnya di balik gaun tidur yang dikenakannya sekarang. “Kau mungkin akan diakui dan diagung
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   25. Keluar Batasan

    “Wajahmu memerah, Adam. Melebihi kepiting rebus.”Semangat Daphne makin meroket saat melempar Adam seperti ini. Terutama ketika wajah pria itu makin merah setelah ketahuan beraktivitas di kamar mandi beberapa waktu ini.“Daph, berhenti mengejekku!” seru Adam sambil menggeram.Daphne terkekeh geli. “Baiklah, aku tidak akan membahas itu lagi,” katanya hendak mengalah. Namun suara Adam kembali terlintas di benaknya, masih teringat jelas bagaimana pria itu beraksi di dalam sana. “Tapi ... kau benar-benar gila melakukannya di kamar mandi.”Adam menggersah kasar sembari meraup wajah kasar. “Kukira kau sudah tidur, dan ... apa salahnya melakukan di kamar mandi?” balasnya melempar protes. “Apartemen ini, penthouse ini milikku!”“Aku tidak akan lupa.”Daphne memandang lurus Adam yang meliriknya tajam. Sungguh pria itu lucu sekali jika sedang merajuk seperti ini. Terkadang ia kelimpungan saat Nolan marah, tapi dengan Adam berbeda. Daphne begitu menikmati suasana ini.Lantas kemudian Daphne mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   26. Harus Pergi

    “Pagi, Adam!”Setiap pagi suara ceria itu yang menggaung di kamarnya. Membuat awal harinya selalu bersemangat dan bibirnya mampu membuat lengkungan lebar dari biasanya. Hatinya pun menghangat tiap kali Daphne mendatanginya dengan langkah kecil wanita itu hanya untuk memberikan usapan di wajah hingga bibirnya.Ini terasa aneh karena selama bersama Mosha, tak pernah ia rasakan sikap-sikap menggemaskan yang berhasil memanjakannya dari waktu ke waktu. Hanya Daphne yang mampu melakukannya, membuat perutnya disambangi ribuan kepakan kupu-kupu.“Aku akan menunggu di balkon selagi Hiro mengobrol denganmu,” kata Daphne sesaat sebelum pergi melewati pintu kaca yang mengarah pada balkon.Wanita itu seakan sudah mengenal kebiasaannya yang ingin memiliki ruang sendiri ketika kedatangan Hiro. Kini kepalanya mendongak saat Hiro berdiri di hadapannya sembari menyerahkan beberapa dokumen penting.“Kontrak terbaru yang sudah ditandatangani beberapa perusahaan, Tuan,” kata Hiro yang diangguki Adam.“Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   27. Akhirnya Kamu Berpaling

    Dengan ditemani angin sepoi-sepoi di pagi hari, Daphne mencurahkan isi hatinya melalui air yang mengalir dan membasahi pipi. Perutnya perih setelah kembali diterjang rasa mual. Ia kembali tak mampu mencerna makanan semenjak kepergian Adam.“Kau pasti lapar, ya.” Daphne meraba perutnya pelan bersama isakan yang lirih, tapi menyesakkan. “Aku akan mencoba makan lagi, tapi jangan sekarang. Tenggorokanku sudah sakit, jadi tolong bertahan sebentar.”Ia hanya ingin menjeda sementara dari percobaannya yang kesekian. Lidahnya terasa pahit sekalipun hanya diguyur air mineral. Namun ia tetap berusaha, ditambah dukungan Maria yang membuatkannya beberapa masakan.Daphne meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengendalikan sekaligus menguatkan diri. Ia pandangi lalu lalang kendaraan dari balkonnya. Berharap salah satu dari kendaraan roda empat di bawah sana adalah Adam.“Jangan bersedih, Daphne,” gumamnya pada diri sendiri. “Adam milik Mosha, sudah seharusnya dia tetap tinggal bersama istrinya. Buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   28. Derita Mengandung Anak Pria Lain

    “Hhh ....” Napas Daphne terhela panjang. Ia rasakan tiap tarikan napas yang kian sesak. “Baiklah, aku akan mencoba—“Sayang sekali ucapan Daphne terpotong oleh Tabitha yang mendelik galak. Tabitha melemparkan seruan yang menggambarkan kekesalannya.“Lihat?” sambar Tabitha. “Alasan sakit itu hanyalah kebohongan. Adam malah asyik liburan dan membiarkanmu menderita seperti ini. Sangat konyol.”Pening di kepala Daphne mulai terasa begitu ia kembali dihantam realita. Tentang Adam yang membiarkannya mengalami semua hal ini.“Tab, kumohon jangan berkata seperti itu,” pintanya tak ingin masalah itu berlarut-larut dan berporos menyalahkan Adam.“Kau selalu saja membela para pria, Daph.” Tabitha mengecamnya sekarang. “Mereka sudah menyakitimu dan membuatmu menderita, mereka tidak mau bertanggunjawab.”Mereka yang dimaksud sudah pasti Nolan dan Adam. Benar, Daphne kerap merasa tidak enakan sampai tak tega menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Seperti sekarang, ia justru me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   29. Aku Gagal

    Daphne sudah mencobanya. Menyantap masakan Tabitha dan Maria, tapi hasilnya tetap sama. Ia kembali memuntahkan semuanya dan berakhir lemas di ranjang.“Bukankah kau harus ke rumah sakit?” kata Tabitha cemas.Daphne hanya menatap, tak sanggup menggeleng karena kepalanya kelewat pening. “Kupikir aku hanya butuh istirahat.”“Tapi keadaan Nona sangat buruk,” timpal Maria memberi komentar. “Saya akan coba menghubungi sopir agar bisa mengantar kita ke rumah sakit.”Satu tangan Daphne terangkat dan bergerak mengibas. “Biarkan aku istirahat lebih dulu, Maria,” pintanya lemah. “Maafkan aku sudah banyak merepotkan kalian.”Tabitha terdecak dan bergerak mendekati Daphne. “Hentikan rasa tak enakmu itu!” dengkusnya. “Kau harus bertahan, setidaknya untuk dirimu sendiri. Kau ingat ada bayi di dalam perutmu ini, ‘kan?”Tentu saja Daphne tak lupa. Ia juga berusaha mempertahankan bayi Adam, tapi usahanya justru belum membuahkan hasil. Sekarang ia hanya ingin berdiam diri dan beristirahat sejenak setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   30. Pergilah, Adam

    “Apa yang kau lakukan, Mosha?”Kening Adam masih berkerut dalam, kedua alisnya pun bertaut begitu membaca nama Daphne masuk ke daftar peneleponnya beberapa jam lalu. Tepatnya saat ia tertidur, wanita itu menelepon setelah sekian lama.Adam mengira semua ini mimpi karena selama ini Daphne tak mencarinya. Ia sendiri pun menghilang karena memikirkan perasaan sang istri. Namun sekarang, rasanya ia baru dikhianati karena Mosha menyembunyikan itu semua darinya—terutama tentang Daphne.Mosha meliriknya sesaat dan melanjutkan mengenakan rangkaian skin care ke wajah. Mata wanita itu menatapnya melalui pantulan cermin besar.“Kau tidak mau menjawabnya?” Adam bangkit sejalan dengan pertanyaan yang terlontar dari mulutnya. “Kenapa kau tidak bilang kalau Daphne menghubungiku?”Adam makin geram, tapi tetap mencoba tenang. Bertahun-tahun mengenal Mosha, ia cukup paham menghadapi sang istri. Sekalipun kesabarannya makin menipis saat menyaksikan betapa santainya wanita itu merawat diri alih-alih menja

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   31. Mungkinkah Usai?

    Kedua tangan Daphne mencengkeram erat sisi bajunya yang telah diganti dengan yang baru. Lebih bersih dan tak lagi berbau anyir seperti sebelumnya.“Dengan berat hati, kami tidak bisa mempertahankannya, Nona,” ungkap dokter yang menanganinya dengan raut prihatin.Daphne tak sanggup melihat wanita itu. Ia memalingkan wajah dan menatap ke arah tirai yang menutupi jendela. Hari sudah petang dan langit mulai diserbu taburan bintang.Perihal kehilangan, sejauh ini Daphne sudah banyak melaluinya dengan batin lapang. Namun tidak secepat dan semenyesakkan ini. Ia baru menyadari kehadiran si janin dan mengakuinya sebagai darah dagingnya sendiri, tapi bayi itu pergi lebih cepat tanpa memberikan salam perpisahan.Sudah banyak air mata yang dikeluarkan. Mata Daphne memanas saat merasakan nyeri di batinnya. Ia meraba perutnya yang kembali rata dan kosong tanpa berpenghuni.“Terima kasih, Dokter,” kata Tabitha mewakili Daphne.Begitu dokter dan perawat keluar dari ruangan, Daphne menghalau matanya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Mauku Jadi Satu-satunya!   32. Sama-sama Berhasrat

    “Apa kau berniat mengakhiri ini semua?” Adam angkat suara setelah Tabitha keluar dari ruangan dengan wajah dongkol. “Tabitha ... apa yang dibicarakannya tadi, kau akan pergi?”Setelah memandangi pintu yang ditutup dari luar, tatapan Daphne beralih pada Adam. kepalanya mendongak karena perbedaan tinggi tubuh mereka sekarang.“Menurutmu?” tanya Daphne serak.Tangan Daphne menarik pinggiran kaus yang dikenakan Adam. Ia meremasnya kuat-kuat sejalan dengan nyeri yang makin terasa bersamaan dengan sosok pria itu yang kini kian mendekat padanya. Bahkan ia bisa merasakan aroma khas tubuh Adam dan sapuan napas berat sang pria yang dirindukannya.Tanpa meminta apa-apa, Adam merengkuhnya. Membawa tubuh Daphne dalam pelukan hangat untuk menguatkan. Sapuan di punggung terasa nyaman dan itulah yang Daphne butuhkan sejak lama.“Aku tidak tahu seperti apa ke depannya, Daph,” gumam Adam di sela pelukan.Napas Daphne tersumbat. Pipinya melekat pada dada bidang Adam yang membusung. “Bayinya ... bayimu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06

Bab terbaru

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   45. Asal Bersamamu

    “Adam. Jangan bercanda.”Dapat Adam saksikan bagaimana ekspresi Daphne yang terkejut bukan main. Bibir merona itu sampai bergetar, belum lagi sepasang mata yang kerap berbinar berubah dalam sekejap.Meski sulit mengakui, Adam akhirnya menganggukkan kepala pelan.“Apa kau gila membiarkan mereka melakukan hal itu di belakangmu?” Daphne meraih kemeja Adam bagian lengan dan menariknya gemas. “Sudah sejak kapan kau mengetahuinya, Adam?”Adam tersenyum seraya meraih tangan Daphne agar segera menghentikan kebiasaan buruk saat panik. Ia mendekatkan tangan mungil itu ke bibir dan melayangkan kecupan sebanyak dua kali.Baru ketika Daphne mulai tenang, ia angkat suara, “Sudahlah, Daph. Kita tidak perlu membahas hal ini lebih dalam.”“Adam, ini masalah besar.” Suara Daphne mengeras, jelas menolak setuju. “Mengapa kau bisa sepasrah ini, sih?”Napas Adam perlahan memberat. Rasanya ia baru diguyur es di kepala hingga membasahi sekujur tubuhnya. Kaget dan tak terima sudah menjadi makanan sehari-hari

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   44. Aku Membiarkannya

    Baru saja Daphne merasa lega bertemu Adam, tapi dalam sekejap kelegaan itu harus digantikan oleh penyesalan.“Harusnya aku tidak mengatakannya, tapi bukannya sudah jelas?” gumamnya sembari menuruni anak tangga.Ketiadaan Maria sedikit membuat Daphne kebingungan berada di kastil megah milik Adam dan Mosha. Sesekali perhatiannya jatuh pada spot, dari atap yang memiliki desain luar biasa hingga pijakan anak tangga yang kerap membuat jantungnya nyaris copot ketika salah gerak.Tiba di lantai tempatnya bertemu Mosha, langkahnya terhenti mendadak. Ia menepi dan menempelkan punggung di dinding seperti sedang bersembunyi.“Apa Tuan Adam tidak akan marah jika kita melakukannya siang hari, Nyonya?” Diego, pengawal yang Daphne lihat tadi sedang mengamit pinggang Mosha.“Kau mengkhawatirkan hal itu?” kekeh Mosha seperti sedang menggoda Diego. “Aku dan Adam pisah kamar, toh dia sedang sibuk memerhatikan peliharaannya. Jadi tenang saja.”Mata Daphne terpejam. Ia tidak berniat untuk menguping, tapi

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   43. Bersembunyi di Balik Kenikmatan

    Kaki Adam baru saja berpijak pada anak tangga terakhir begitu tiba di lantai yang dituju. Ia hendak pergi ke kamar untuk mengganti pakaian, tapi perhatiannya jatuh pada sosok Daphne yang celingukan dan kelihatan bingung.“Hai?” sapanya heran. “Kau ... di sini?”Kehadiran Daphne seorang diri di kastilnya cukup mengejutkan, bahkan Maria tidak terlihat. Adam menyapu pandangan, berusaha memastikan di mana asisten yang bertugas melayani Daphne, tapi nihil.Daphne tersenyum sambil mengangkat sebelah tangan. “Hai, Adam,” balasnya kikuk.“Kau sendiri? Di mana Maria?”“Sepertinya dia menungguku di dapur.”Adam manggut-manggut. Masih menunggu penjelasan tambahan yang keluar dari mulut Daphne, karena sejujurnya ia penasaran sekali.Namun setelah ditunggu beberapa saat, wanita itu masih diam. Matanya sesekali mengarah pada ruangan yang biasa menjadi tempat favorit Mosha menghabiskan hobinya.“Jadi, apa alasanmu datang ke kastilku?” Adam berusaha menahan diri untuk tidak menebak alasan Daphne data

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   42. Gelagat Misterius

    “Sekalipun Adam membalas perasaanmu, ingatlah bahwa semua itu akan berakhir begitu kau berhasil melahirkan nanti.”Mosha melangkah mendekati Daphne dan memasang wajah puas. Mungkin bagi wanita itu mengingatkan fakta pahit pada lawannya adalah kemenangan.Daphne akui, ia kehilangan kata-kata. Sampai matanya tak bisa lagi mengarah pada lawan bicara karena sadar bahwa sebanyak apa pun kata yang dilontarkan, rasanya sia-sia.“Bagaimana menurutmu?” Satu tangkai bunga Mosha arahkan padanya. “Adam menyukaiku hingga tergila-gila padaku karena kegemaranku merangkai bunga.”Daphne meringis pilu. “Kau sangat terampil. Aku akui itu,” jawabnya jujur.Mosha mengulum senyum bangga sambil menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. “Benarkah?”Ketika kembali mengangkat wajah dan menatap Mosha, Daphne berusaha keras menghadapi jejak kemerahan itu yang kelihatan masih baru. Itu tandanya, Adam dan Mosha belum lama ini melakukannya.Daphne menelan ludah. Hatinya bergetar, mengarah pada ketidaknyamana

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   41. SATU SELERA

    Berita kepulangan Mosha dan pertengkaran sepasang suami istri itu sampai ke telinga Daphne tak lama kemudian. Bukannya makin nyaman tinggal berada di kastil dengan fasilitas berlimpah, Daphne justru kian tak enak hati di sana.Daphne memandang dirinya dari pantulan cermin. Tubuhnya dibalut gaun khas yang biasa dikenakan orang-orang dengan derajat di atas rata-rata.“Nona?”Begitu suara Maria mengalun, Daphne mengakhiri sesi itu. Lantas menoleh dan menjawab panggilan.Sebuah piring besar dengan beragam jenisnya tersaji di nampan yang dibawa Maria untuknya. Semua kelihatan segar dan menggoda, membuat air liurnya penuh di mulut.“Ini ada kiriman buah untuk Nona Daphne.” Maria menyodorkan buah itu lengkap dengan alat makannya.Senyum muncul merekah di bibir Daphne. “Adam yang mengirimnya?”Maria berubah kikuk dan menggeleng. “Nyonya Mosha,” katanya. “Ini khusus dari Nyonya Mosha.”“Ah ....” Daphne menelan ludah, berusaha tenang sebaik mungkin. Ia tidak mengerti mengapa istri Adam tiba-tib

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   40. Pengakuan

    Usai janji manis Adam berikan pada Daphne kemarin, kini bencana besar datang tanpa aba-aba. Langkah Mosha yang lebar dan menciptakan suara sepatu berhak tinggi yang bergesekan dengan lantai sukses memantik rasa gugup.Adam bangkit dari kursi dan mengaitkan tali jubah tidurnya selagi melangkah mendekati pintu. Jemarinya nyaris memegang gagang pintu, tapi sosok Mosha lebih dulu muncul.Rona merah terlihat jelas dari wajah Mosha. Entah karena sengatan terik matahari atau si empunya yang sedang terpancing emosi cukup besar.“Hai—“Plak!Belum sempat Adam menyambut kepulangan Mosha dengan hangat, tiba-tiba saja sensasi panas menimpa sebelah pipi kanannya. Telapak tangan sang istri rupanya kelewat kuat, tanpa ia duga.“Siapa yang memberimu izin mengajak perempuan itu tinggal di kastilku?” Suaranya lantang, membuat pelayan kompak menundukkan kepala. “Jawab aku, Adam!”Urung menjawab, Adam menarik tangan Mosha. Lalu ia bergegas menutup pintu kamar rapat-rapat.“Kecilkan suaramu.” Telunjuk Ada

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   39. Janji Adam

    “Siapkan kendaraan sekarang, Hiro!”Adam memberi titah segera setelah pertemuan dengan dewan kerajaan usai. Kegiatannya malam ini jelas berubah total karena ulah dirinya sendiri yang berani mengirimkan pesan pada Daphne. Seharusnya ia lebih menahan diri di saat kepergian Mosha akhir-akhir ini.“Aku ingin makan malam di kastil Daphne,” ungkapnya pada Hiro seraya bangkit dari duduk.Jas yang disampirkan di kursi, ia biarkan dan staf Hiro mengambilnya tanpa diminta. Ia melangkah menuju pintu dan berhenti untuk menoleh ke belakang.“Apa kau sudah dapat kabar dari Mosha?”Hiro mengangguk. “Sejauh ini Nyonya masih betah di villa sepupunya, Tuan. Kemungkinan minggu depan baru kembali.”“Baiklah, antar aku sekarang.”Sekilas Adam melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Ia lalu memasuki mobil yang telah disiapkan Hiro untuk perjalanan pulangnya ke kastil Daphne.Sejujurnya, perasaan tak enak dan bersalah masih mendera benaknya. Terlebih di tengah kepergian sang istri, ia mencuri kese

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   38. Rumah Baru

    Selain perasaannya yang makin membesar dan jatuh pada orang salah, Daphne menambahkan kesalahan itu dengan menyetujui permintaan Adam. Ia tiba di bangunan megah dengan halaman tak kalah luas. Bahkan pemiliknya bisa membuka peternakan sapi dan hewan ternak lainnya.“Rasanya aneh sekali berada di sini, Maria.”Maria mengulum senyum. “Turuti saja kemauan Tuan Adam, Nona.”Daphne menelan ludah. Kakinya bergetar saat mencoba menapaki lantai marmer yang harganya jauh lebih mahal dari flat-nya tinggal. Untungnya ia ditemani Maria dan beberapa penjaga di belakang yang turut serta.Pandangan Daphne teralihkan pada tiang besar yang menyangga bangunan. Lampu-lampu mewah tepat berada di tengah benar-benar menarik perhatian. Sebelum ini, ia kerap melihatnya di serial kerajaan dan sekarang semua terasa nyata saat dilihat langsung.“Apa hari ini aku bisa bertemu Adam?” tanya Daphne setelah menyibukkan diri memandangi sekitar.“Tuan Livingston masih ada kesibukan di gedung kerajaan, Nona.” Salah satu

  • Mauku Jadi Satu-satunya!   37. Tinggallah Bersamaku

    Ini hari kesekian Adam mengunjungi Daphne di apartemen. Mereka terus melakukannya sampai tanda-tanda kehamilan muncul. Daphne tak lagi mengeluhkan apa pun, ia bertahan dan menghadapi segalanya bersama Adam.“Kau akan langsung pergi setelah ini?” tanya Daphne sambil menyentuh lengan Adam yang kala itu hendak beringsut dari ranjang. “Tidakkah kau ingin tinggal sebentar di sini?”Adam menoleh sesaat dan melemparkan senyum tipis. Pria berkulit eksotis itu meraih tangan Daphne dan menyingkirkan dari lengannya pelan.“Ada banyak pekerjaan di kantor, kalau kau butuh sesuatu bilang saja pada Maria,” tandas Adam yang gelagatnya makin menarik diri—setiap hari. “Atau pada asisten pribadiku.”“Mosha sedang berkeliling luar negeri untuk menyelesaikan lukisannya, Adam.” Daphne menarik selimut guna menutupi tubuhnya. “Tinggallah di sini sebentar saja. Aku hanya ingin melihatmu lebih lama, tidak seperti ini.”“Daph, kau tau semua ini kesalahan?”Suara Adam yang berat itu menyapu ruangan. Sesaat pria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status