All Chapters of Terjerat Pesona CEO Dingin: Chapter 71 - Chapter 75

75 Chapters

Chapter 71

Astoria duduk di depan meja rias dengan raut wajah sedikit merengut, merasakan nyeri yang menjalar dari kakinya yang belum pulih dan rasa sakit di selangkangannya.Di belakangnya, Mikhail berdiri, dengan gerakan lembut mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Setiap usapan terasa penuh perhatian, seolah ia berusaha menenangkan ketidaknyamanan yang kini dirasakan Astoria.Tapi Astoria tetap cemberut, bibirnya mengerucut, dan ia tak bisa menahan keluhannya. "Katamu besok kita pulang, lalu bagaimana denganku? Sekarang rasanya sulit sekali untuk berjalan!" katanya setengah protes.Mikhail menatapnya dari balik cermin, senyum tipisnya terlihat, menahan tawa kecil yang hampir lolos dari bibirnya. "Maaf," katanya dengan nada rendah, matanya tetap fokus pada Astoria. "Tapi kau juga menikmatinya, kan?" Ia berkata sambil memiringkan kepalanya sedikit, pandangannya menantang, namun lembut, tertuju pada refleksi Astoria.Astoria mendengus kesal, mencoba tet
Read more

chapter 72

Setibanya mereka di penthouse Mikhail, Rose dan Elise, ibu Astoria, membantu Astoria duduk di sofa. Kaki Astoria yang masih terasa nyeri diluruskan dengan hati-hati, sementara kelelahan terlihat jelas di wajahnya.Di seberang ruangan, Mikhail yang sebelumnya penuh perhatian tiba-tiba kembali ke mode dinginnya.“Aku akan ke ruang kerjaku, mengurus beberapa hal,” katanya singkat. Tanpa menunggu jawaban, Mikhail bergegas masuk ke ruang kerjanya, pintunya tertutup dengan suara yang tegas, bahkan terdengar jelas ketika ia mengunci pintunya dari dalam.Rose, yang sejak tadi mengamati dengan heran, mengangkat alisnya. "Astoria! Jadi suamimu yang dingin itu yang telah menyelamatkanmu?" Nadanya penuh keraguan, seolah masih sulit percaya.Astoria tersenyum tipis, meski ada kelelahan di matanya. "Tentu saja. Bagaimanapun ... aku adalah istrinya, bukan?" Ada nada pahit di balik kalimat itu yang membuatnya sadar, ia hanya istri kontrak, namun ia mencoba menyem
Read more

Chapter 73

Astoria seketika merasa darahnya berhenti mengalir. "Tidak mungkin! Tidak perlu!" serunya dengan nada penuh kegelisahan. Wajahnya yang semula pucat kini berubah merah padam, tidak percaya bahwa Rose bahkan bisa memikirkan hal itu.Rose tertawa kecil melihat reaksi Astoria, tapi di balik tawanya ada kekhawatiran mendalam. "Astoria, kau harus realistis. Mikhail adalah suamimu sekarang. Kau tidak bisa terus bergantung padaku selamanya. Jika sesuatu terjadi saat aku tidak di sini, siapa lagi yang bisa kau andalkan kalau bukan dia?"Astoria menundukkan kepala, hatinya dipenuhi oleh rasa cemas yang menggerogoti pikirannya. Membiarkan Mikhail tahu tentang trauma pada darah menstruasinya ini? Membiarkannya melihatnya dalam kondisi yang begitu rentan? Pikiran itu saja sudah membuatnya takut."Rose ... aku tidak bisa ... ini terlalu ...," suaranya memudar, tak mampu menyelesaikan kalimatnya.Rose menghela napas panjang, lalu meraih tangan Astoria dengan lem
Read more

Chapter 74

Setelah makan siang usai, Mikhail meletakkan serbetnya dengan tenang di atas meja dan menatap sekeliling, terutama mengarahkan pandangannya kepada Elise yang duduk di ujung meja dengan sedikit gelisah. Dengan senyum tipis yang tidak sampai ke matanya, Mikhail berbicara dengan nada tenang tapi penuh makna."Saya sudah menghubungi security apartemen," ucapnya, sambil bersandar di kursinya. "Di bawah sudah aman dari para wartawan, jadi Anda bisa segera pulang." Matanya terfokus tajam pada Elise, membuatnya terasa seperti tak ada ruang untuk menghindar. Senyumnya datar, hampir tak berperasaan, namun nadanya begitu sopan, seolah hanya memberikan informasi biasa.Elise terdiam sejenak, merasakan hawa dingin dari kata-kata yang baru saja dilontarkan Mikhail. Hatinya tahu, meski kalimat itu terdengar sopan, namun maksudnya jelas. Dia sedang diusir. Merasa terpojok, Elise berusaha menjaga wibawanya dengan menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri dari tempat duduknya.
Read more

Chapter 75

Mikhail melangkah masuk ke kamar mereka dengan Astoria masih berada dalam gendongannya.Suasana di kamar terasa tenang, hanya terdengar detak halus dari jam di sudut ruangan. Setelah sampai di tepi ranjang, Mikhail membaringkan Astoria perlahan, seolah ia adalah sesuatu yang begitu rapuh.Dia menatapnya dari atas, menyapu rambut halus Astoria yang sedikit berantakan di wajahnya.Tangan Mikhail yang besar dan kuat, terasa begitu lembut saat menyentuh pipinya. Tatapan mereka bertemu, begitu dalam, begitu sunyi, seolah dunia luar lenyap, hanya tersisa mereka berdua di ruang itu.Astoria, yang biasanya lebih menahan diri, kini mendapati dirinya merasakan hal yang berbeda. Tangannya perlahan terangkat, membelai kepala Mikhail, merasakan tekstur kasar di tempat bekas luka yang tersembunyi di balik rambutnya.Jari-jarinya dengan lembut menyentuh area itu, dan tanpa ia sadari, emosi mulai mengalir dalam dirinya. Bekas luka itu, jejak dari masa la
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status