All Chapters of Terjerat Pesona CEO Dingin: Chapter 81 - Chapter 90

101 Chapters

chapter 81

Setelah momen itu berakhir, Mikhail mengangkat tubuh Astoria dengan lembut, menggendongnya dari sofa menuju kamar mereka. Langkah-langkahnya pelan namun mantap, seolah setiap detik yang berlalu adalah bagian penting dari malam yang mereka habiskan bersama. Astoria, yang kelelahan, hanya bisa menyandarkan kepalanya di dada Mikhail, merasakan degup jantungnya yang tenang dan stabil. Sesampainya di kamar, Mikhail menidurkan Astoria dalam pelukannya, membenahi selimut di sekeliling tubuhnya yang lelah. Dia mengusap rambutnya dengan penuh kelembutan, seolah tak ingin melepaskannya dari genggamannya. “Mari kita tidur, besok kita harus bekerja lagi,” kata Mikhail pelan, suaranya rendah dan menenangkan. Astoria yang sudah terkantuk-kantuk hanya bisa menggumam, "Hmm, selamat tidur," suaranya samar dan lelah. Mikhail tersenyum kecil melihatnya, lalu menarik tubuhnya lebih dekat, membiarkan kehangatan mereka menyelimuti
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

chapter 82

Mikhail menarik napas dalam-dalam, matanya tetap tertuju pada Astoria yang masih menatapnya dengan penuh pertanyaan. "Mengenai kontrak itu..., kita sama-sama yang membuatnya," ujarnya pelan, seolah mencari kata yang tepat untuk melanjutkan.Astoria menggeleng pelan, lalu dengan tegas memotong, "Untuk itu, aku tak akan memikirkannya dulu, Mikhail... yang penting sekarang adalah bagaimana perasaanmu padaku?"Mikhail terdiam sesaat. Tatapannya beralih ke mata cokelat Astoria, yang selalu berhasil membuatnya merasa tersedot ke dalam lautan emosi yang sulit dijelaskan.Dia meraih dagu Astoria, membelai lembut, lalu menariknya agar istrinya itu hanya menatapnya, tanpa ada yang mengalihkan perhatian."Terlepas dari kontrak atau pernikahan palsu kita, perasaanku padamu... nyata, Astoria," suaranya rendah namun tegas, sebuah pengakuan yang jujur dari lubuk hatinya.Astoria mengalihkan pandangannya sejenak, menelan ludah, mencoba menahan perasaan t
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Chapter 83

Astoria menelan ludahnya sendiri, tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar pernyataan Jerry.Kenangan masa lalu tiba-tiba menyeruak dalam benaknya, mengingatkannya pada hari-hari awal ketika ia baru pertama kali menjabat sebagai sekertaris CEO di hotel ini.Saat itu, ia baru saja menjalani pernikahan yang tidak ia inginkan, dan Jerry adalah satu-satunya orang yang selalu ada di dekatnya.Astoria ingat jelas malam itu, ketika ia terpaksa lembur karena tugas sebagai sekretaris CEO yang terasa begitu berat.Ia duduk di meja resepsionis di depan ruangan Mikhail, mengantuk, menguap, tapi berkas-berkas masih menggunung.Bahkan Mikhail sudah lama pulang, meninggalkannya sendiri dengan pekerjaan yang seolah tak ada habisnya.'Bagaimana mungkin aku bisa menyelesaikan semua ini malam ini?' batin Astoria gelisah. Ia mulai merasa putus asa, membayangkan dirinya harus menginap di kantor hingga pagi.Di saat-saat seperti itulah,
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Chapter 84

Saat Jerry sedang bicara dengan Astoria, di kejauhan ia menemukan Mikhail keluar dari ruangannya, memperhatikan langkah pria itu yang semakin mendekat.Dengan napas yang berat, ia memutuskan untuk mendesak Astoria satu kali lagi. "Astoria, jawab saja... Apakah kau pernah memiliki perasaan yang sama padaku?" desaknya dengan suara serak, sengaja memancing jawaban di hadapan Mikhail.Mikhail berjalan semakin dekat, pandangannya tertuju pada punggung istrinya yang tak menyadari kehadirannya.Langkahnya teguh, namun ada ketegangan yang tak dapat disembunyikan dari wajah dinginnya. Begitu Mikhail berada tepat di belakang Astoria, ia mendengar kata-kata yang membuatnya terhenti."Ya, aku sempat menyukaimu!" ujar Astoria, suaranya pecah oleh emosi yang lama ia pendam. "Aku ingin kita bisa bersama, tapi kenyataannya, aku adalah istri Mikhail!"Pengakuan itu meluncur dengan jujur, begitu pahit dan penuh penyesalan. Tapi bagi Mikhail, kalimat itu te
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Chapter 85

Saat Mikhail masih tenggelam dalam lautan perasaannya, suara dering telepon di meja kerjanya tiba-tiba memecah keheningan yang menyesakkan.Ia menatap layar telepon dengan sedikit kebingungan sebelum akhirnya mengangkatnya dengan malas. Suara yang ia kenal baik terdengar dari seberang sana, suara yang sudah lama tak ia dengar, suara ayahnya.“Mikhail, kau sudah kembali bekerja?” tanya ayahnya dengan nada datar namun terasa menusuk.Mikhail menghela napas panjang, matanya tertutup sejenak, mencoba menenangkan diri dari badai emosi yang baru saja mengguncangnya. "Ya, ayah, aku sudah kembali bekerja," jawabnya sambil bersandar di kursi putarnya, tangannya meremas pinggiran meja."Kau seharusnya tidak memaksakan diri untuk bekerja dulu. Kasihan juga pada Astoria, bukankah kakinya sedang sakit?"Ucapan itu menghentak Mikhail. Dahinya mengerut, seolah ada sesuatu yang tidak biasa dari kata-kata itu.Ayahnya tidak pernah berbicara denga
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

chapter 86

Alexander melangkah masuk ke area depan kantor CEO dengan anggun, matanya segera tertuju pada sosok Astoria yang duduk di meja resepsionis, tampak terfokus pada pekerjaannya. Ketika menyadari kedatangan mertuanya, Astoria terkejut, namun dengan cepat menegakkan tubuhnya dan berdiri menyambut."Selamat datang, Tuan," ucapnya dengan suara tenang namun tetap penuh hormat, sambil membungkuk sopan di hadapan Alexander.Alexander, yang jarang menunjukkan senyum, justru kali ini menyunggingkan senyum lebar. "Astoria, bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan nada ramah yang mengejutkan Astoria.Astoria merasakan sedikit kekakuan dalam dirinya, merasa canggung dengan perhatian yang mendadak dari mertuanya ini. "Sudah lebih baik, Tuan. Terima kasih atas perhatian Anda," jawabnya dengan sopan, meskipun ada keraguan yang terselip di suaranya.Alexander memandangnya dengan penuh arti, menyelidik namun juga mengakui keberadaan Astoria. "Kau tak perlu memaksakan diri
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

chapter 87

Ketika pintu ruangan tertutup di belakang Alexander, suara langkah ayahnya yang semakin menjauh membekas di telinga Mikhail. Amarah yang selama ini tertahan akhirnya meledak.Brak! Tangannya menghantam meja dengan keras, membuat pena dan kertas di atasnya bergetar. Nafasnya memburu, dada naik turun, menahan kekesalan yang meluap."Pantas selama ini ayah memperhatikan Astoria dan naik jabatan begitu cepat ..." gumamnya dengan suara penuh kebencian. "Dia memang rubah licik."Mikhail menekan dahinya dengan tangannya, mencoba menahan rasa frustasi yang makin menyesak di dada.Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, tapi pikirannya tetap kacau. Ia meraih laptopnya, berniat melanjutkan pekerjaan. Namun, setiap kali pandangannya tertuju pada layar, pikirannya kembali melayang pada percakapan tadi.Ia mendesah kesal, menjauhkan laptop dari hadapannya dan bersandar kembali ke kursi kulitnya.Pandangannya menerawang, menat
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Chapter 88

Tiba lah saat jam makan siang, Mikhail memang mengajak Astoria makan bersama seperti rencana awalnya, namun suasana di meja makan terasa begitu sunyi.Denting halus alat makan menjadi satu-satunya suara yang mengisi ruangan, mengiringi makan siang yang seharusnya menjadi momen intim antara mereka berdua.Namun, Mikhail hanya duduk dengan wajah tanpa ekspresi, kembali pada sikap dinginnya. Seolah tak ada apa pun yang pernah terjadi di antara mereka. Seolah cerita indah mereka hanyalah ilusi yang sekejap lenyap.Astoria duduk di seberangnya, matanya berusaha fokus pada piring di depannya. Tapi hati dan pikirannya tak bisa berhenti merasakan sakit yang menjalar perlahan seperti luka sayatan yang dalam. Perihnya sampai ke telapak tangannya yang kini gemetar saat mencoba menggenggam garpu dan sendok.‘Aku pasti telah mengecewakannya ... Maafkan aku, Mikhail,’ batinnya lirih. Ia berusaha menenangkan diri, namun rasa bersalah dan kekhawatirannya terus me
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Chapter 89

Pagi itu terasa berbeda. Astoria terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang masih remuk. Ketika matanya terbuka, ia tak melihat Mikhail di sampingnya.Suara gemericik air dari kamar mandi terdengar jelas, menandakan Mikhail sudah bangun lebih dulu. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya Loyang masih berat oleh perasaan tak menentu.Ia segera bangkit, menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya. "Aku harus menyiapkan sarapan," gumamnya, berusaha mengalihkan pikirannya dari kekosongan yang terus menyelimuti hatinya.Dengan langkah cepat, Astoria menuju dapur, berharap bisa melakukan sesuatu yang dapat memperbaiki suasana antara mereka berdua.Namun, ketika ia sampai di dapur, langkahnya terhenti. Di meja makan, ada sepiring omelet dan mashed potato yang terlihat masih hangat. Astoria terdiam sejenak, memandang hidangan itu dengan kening berkerut. "Ini ... untukku?" ia bergumam pelan, seolah tak percaya.Rasa
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Chapter 90

Astoria menggigit bibirnya, menatap lurus ke depan. Ruangan di dalam mobil terasa semakin sempit dan sunyi. Ia ingin bercerita tentang menstruasinya namun lidahnya kelu.Mikhail mengalihkan pandangan kembali ke jalan, tapi ia masih bisa merasakan aura tegang di sebelahnya. Seakan menunggu sebuah jawaban yang tak kunjung keluar.Astoria menelan ludah, berusaha mencari kekuatan untuk bicara. Namun, kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya, menggantung di antara ketakutan dan rasa malu."Tak ada apa-apa ..." jawab Astoria akhirnya, dengan suara pelan dan lemah.'Tak apa, berkunjung ke lapas tak akan lama,' batin Astoria meyakinkan diri sendiri untuk bertahan.Ketika Mikhail dan Astoria tiba di lapas, suasana terasa suram, udara dipenuhi dengan keheningan yang berat.Langkah-langkah mereka menggema di sepanjang koridor, mengiringi perasaan canggung yang belum sepenuhnya memudar antara keduanya.Astoria sesekali merasakan k
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status