Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of PENDEKAR LEMBAH HANTU: Chapter 91 - Chapter 100

114 Chapters

Bab 90 Hari Saraswati

Sementara Rangga langsung menyabetkan pedang menyambut serangan lawan. Kembali terdengar bunyi senjata beradu. "Traang traaang traaang....sreeet!" Musuh mencoba menggaet pedang Rangga, namun Rangga segera menarik pedangnya. Percikan api meletik kala pedang dan clurit beradu. Rangga mundur beberapa langkah, kali ini Rangga menyadari, kemampuan lawannya tidak bisa disepelekan, dia harus berhati-hati jika masih ingin hidup. Musuh kembali mengayunkan clurit menebas ke arah wajah Rangga. Rangga berkelit menjauhi serangan sambil menangkis dengan pedangnya. Kali ini musuh menyabetkan clurit lebih cepat dari serangan awal. Makin lama serangan itu makin cepat. Clurit musuh seolah berada di mana-mana sehingga Rangga sulit membedakan mana clurit yang asli mana yang bayangan. Merasa kesal Rangga juga menambah kecepatan dua kali lebih besar daripada tadi. Kali ini musuh mulai terlihat kewalahan. Rangga yang ingin segera menyelesaikan pertarungan melihat ada celah di serangan lawan. Pedangny
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 91 Kerusuhan di Sywagrha

Sambil berjalan Rangga bertanya pada Resi Raju. "Siapa nama pemimpin pandhita di Sywagrha sekarang?"tanya Rangga. "Sekarang Sywagrha dipimpin oleh Pandhita Kanwa."Seorang gadis berjalan membawa sesaji di atas kepala. Tampaknya dia juga ikut mempersiapkan upacara Hari saraswati. Rangga bertanya pada gadis pembawa sesaji. "Dimana Pandhita Kanwa?" Gadis itu menunjuk ke arah satu bangunan candi yang tertinggi. "Beliau ada di sebelah sana di candi Sywa."***** Di candi Sywa terlihat ada seorang pria tua berpakaian serba putih sedang berbincang bersama orang-orang yang mempersiapkan keperluan upacara. Saat Rangga dan Resi Raju tiba di candi Sywa, mereka langsung mendatangi Pandhita Kanwa. "Rahayu Pandhita Kanwa,"ucap Resi Raju dan Rangga. Pria berpakaian serba putih itu menoleh lalu bertanya "Siapa kalian? Sepertinya anda datang dari india?"tanyanya.Suara Pandhita Kanwa begitu lembut dan menenangkan seperti alunan suara doa. "Ya, kami datang dari India. Saya datang bers
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 92 kekacauan di Sywagrha

Rangga belum sempat melihat siapa pelakunya tiba-tiba saja tubuhnya dihantam oleh ombak besar sehingga tubuhnya terpental. Rangga berusaha bangun namun hantaman air gelombang kedua mengenai tubuhnya kembali. "Wuuur wuuur!" Rangga kembali terjatuh setelah dihantam gulungan air. Diliriknya Hasta, ternyata pemuda juga bernasib sama seperti dirinya. Hasta juga jatuh bangun dihantam gelombang air. Hasta yang marah berteriak memaki "Hei perempuan nyinyir, pergilah jangan ikut campur urusan kami! Pergi saja ngurus anak dan suamimu!" Perempuan itu melompat ke arah Hasta "Sembarangan ngomong, aku belum punya suami dan anak!" Sekarang Rangga dapat melihat jelas perempuan itu. Dia seorang perempuan muda yang cantik. Berpakaian serba biru dengan kain batik warna biru indigo. Hasta tersenyum mengejek "Ooh belum punya suami. Pantas saja tidak laku wajahmu juga tidak cantik. Mana ada pemuda yang mau menjadikan kamu isteri. Ha ha ha ha." Tiba-tiba semburan air masuk ke mulut Hasta yan
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 93 Swargaloka

"Amrita, apa yang terjadi?"Rangga melihat jenazah di depan Amrita. Resi Raju telah gugur dengan tubuh penuh cacahan senjata tajam dan luka tusuk di dadanya. Sedangkan Amrita tangannya terluka karena goresan senjata tajam."Mereka...mereka telah membunuh ayah,"Amrita menangis tersedu.Rangga begitu marah, wajahnya membesi dengan suara bergetar dia bertanya kepada Amrita."Kamu tahu siapa yang membunuh mereka, setidaknya kamu tahu ciri-ciri mereka?"tanya Rangga lagi.Amrita menggeleng dan menangis lagi"Aku tidak tahu Rangga, aku bingung sekarang aku sudah tidak punya siapa siapa lagi."Rangga hanya bisa termangu di sisi jenazah Resi Raju. Dia bisa mengerti, Amrita masih belum bisa ditanyai tentang peristiwa kematian ayahnya. Seseorang menepuk bahunya, Rangga menoleh, Dhesta berdiri di belakangnya dengan raut wajah sedih."Maaf aku terlambat menolong Resi Raju. Dia memilih menjadi tameng untuk anaknya. Saat aku datang membantu, beberapa orang telah membunuhnya. Beruntung aku masih sem
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Pembebasan

Dhesta terdiam sejenak lalu berkata lagi."Sebenarnya ada untungnya kamu tidak sadarkan diri seperti orang mati. Setelah kerusuhan itu, beberapa prajurit kerajaan mencarimu. Tapi saat aku menunjukan tubuhmu yang sudah terbujur kaku dengan wajah pucat, mereka pergi dan tak bertanya-tanya lagi. Rangga sebenarnya apa yang terjadi sampai prajurit kerajaan ikut mengejarmu?"Rangga hanya menggeleng lalu berkata."Entahlah aku tidak tahu. Mungkin karena aku berteman dengan Awehpati si Raja Racun. Ah sudahlah, yang penting Sang Hyang Widhi masih melindungi aku. Aku dimatikan sebentar untuk menyelamatkan nyawaku."Rangga tiba-tiba teringat dengan Pandhita Kanwa."Dhesta, bagaimana nasib Pandhita Kanwa, apa dia selamat?"Dhesta menenangkan Rangga."Jangan kuatir, Pandhita Kanwa selamat, beberapa jamaah pendekar berhasil membawanya pergi. Sekarang dia pulang ke desa Parambanan tempat tinggalnya."Rangga lega Pandhita Kanwa masih hidup. Setidaknya dia masih bisa meminta bantuannya membebaskan ji
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 95 Karma Sang Hyang Agni

"Mereka masih bisa dibebaskan? Pandhita Kanwa mengangguk. "Masih bisa, jangan kuatir, nanti malam kita ke Sywagrha. Kita akan mengadakan upacara untuk menghilangkan kutukan dan membebaskan jiwa para pendekar itu dari karma Sang Hyang Agni. ****** Malam itu Rangga sama sekali tidak bisa tidur. Dia gelisah menunggu sampai waktunya tiba. Waktu pun berjalan hingga menjelang sepertiga malam, saat itu udara terasa lebih dingin dari biasanya. Dengan membawa obor Rangga, Pandhita Kanwa dan dua orang cantrik yang membawa keperluan upacara berjalan menyusuri jalan desa yang sepi menembus kegelapan malam. Dari semak belukar terkadang tampak sepasang mata berwarna merah mengamati mereka sebentar lalu menghilang dalam kerimbunan semak belukar. Pandhita Kanwa rupanya menangkap kecemasan di mata Rangga. "Jangan takut, itu cuma mata harimau yang keluar di malam hari. Mereka tidak menyerang asal kita tidak mengganggu,"ujar Pandhita Kanwa. Setelah beberapa saat berjalan, tibalah mereka
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 96 Pencapaian Tertinggi

Hari sudah subuh saat upacara pembebasan karma Sang Hyang Agni usai. Setelah beristirahat sebentar, Pandhita Kanwa mengajak Rangga melarung abu di Kali Opak yang berada di dekat Sywagrha.Sebelum melarung abu, Pandhita Kanwa memimpin doa untuk mendoakan arwah-arwah para pendekar yang gugur di Lembah Hantu. Rangga melarung abu yang dibawanya ke sungai. Aliran sungai yang jernih membawa abu menuju Pantai Selatan. Rangga merasa lega, pikirannya kini terasa ringan karena tugas dari para pendekar di Lembah Hantu sudah selesai. "Pandhita Kanwa, karena urusan ini sudah selesai saya pamit mau pulang ke Lembah Hantu,"ujar Rangga."Silahkan kalau mau pulang. Tapi mulai dari sekarang kamu harus berhati-hati karena energi Sang Hyang Agni itu telah berpindah ke dalam tubuhmu. Kamu harus bisa mengendalikannya. Jika tidak tubuhmu akan berasa seperti terbakar. Tapi saat bertarung energi Sang Hyang Agni otomatis akan keluar dari tubuhmu. Bahkan hanya dengan satu jari saja kamu dapat membakar lawanmu,
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Bab 97 Reuni

Kedua rekannya yang lain terkejut melihat temannya tanpa disentuh bisa mengalami luka bakar. Wajah mereka seketika berubah ketakutan. Rangga menatap mereka dengan pandangan sinis. Dari kalung yang mereka kenakan, dia tahu bahwa pangkat mereka hanyalah prajurit rendahan. "Bukannya berperang kalian malah mau merusak anak gadis orang. Bagaimana jika Bekel kalian tahu kalian berada di sini di saat penyerbuan,"ejek Rangga. Ketiga prajurit itu saling berpandangan lalu buru-buru merapikan celana dan setagennya lalu menghunus pedang. "Kurang ajar kamu, ikut campur urusan orang saja!" Mereka langsung bergerak menyerang Rangga. Tapi bagi Rangga serangan mereka tak ada artinya. Tangan Rangga berkelebat menyambar pedang yang mengarah ke tubuhnya. Tak lama kemudian, pedang mereka sudah meleleh. Terkesiap ketiga prajurit tadi, seketika ketiganya langsung lari ambil langkah seribu. Rangga membiarkan saja mereka berlari, baginya tidak ada gunanya juga mengejar prajurit penakut. saat dia menoleh
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 98 Merantau

Terkesiap Hasta dan Rama melihat orang-orang Bulan Sabit Emas dan prajurit Pajang bertumbangan dihajar pihak lawan. Melihat situasi yang makin tidak kondusif, Rama berbisik pada Hasta "Kangmas Hasta, keadaan mulai tidak menguntungkan, sepertinya orang itu menggunakan senjata rahasia jarum beracun,"Rama menunjuk pada Awehpati yang tangannya bergerak menebarkan sesuatu. Hasta memandang Awehpati dengan pandangan penuh dendam "Awehpati, orang itu selalu saja menggangguku. Dia sempat menghilang tapi tiba-tiba dia muncul lagi mengacaukan semuanya!" "Awehpati? Siapa dia sebenarnya?"tanya Rama. "Dia si Raja Racun murid Ra Tanca pengkhianat negara,"jawab Hasta dengan geram. Hasta yang sudah dibakar amarah langsung maju hendak menghadang Rangga namun Rama menghalangi. "Sabar Kangmas, sebaiknya kamu segera pergi dari sini sebelum mereka menghajarmu,"saran Rama. Hasta melihat ke gelanggang, beberapa orang-orang sekte Bulan Sabit Emas dan prajurit kerajaan sudah terkena racun. Menya
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Bab 99 4 unsur

"Aku tidak bisa Bapak, aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan dunia persilatan. Aku hanya ingin melanglang buana bersama Amrita dan anak-anak kami kelak." Liman tertunduk lesu, upayanya mengajak Dhesta menjadi penerus ilmu Sang Hyang Bumi pupuslah sudah. "Dhesta, keinginanku untuk menunjukmu sebagai pewaris ilmu pamungkas Sekte Kapak Setan bukanlah tanpa alasan. Jika kamu bisa menguasai ilmu ke empat unsur itu, Bumi, Air, Api dan Udara, maka kamu akan menjadi pendekar yang tak terkalahkan." "Ilmu empat unsur? Bagaimana mungkin aku bisa menguasai semuanya sedangkan Bapak cuma punya satu. Tapi menurutku jika memang awalnya seharusnya menjadi satu kenapa sekarang jadi terpisah bahkan ada yang menjadi milik golongan hitam seperti ilmu Sang Hyang Bumi ini?"tanya Dhesta. Liman menghela nafas lalu mulai bercerita "Kamu benar Dhesta, awalnya ilmu ini dibawa oleh Aji Saka saat datang ke pulau Jawa. Dulu pulau Jawa belum dihuni manusia. Yang ada hanyalah setan dan demit berbagai jen
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status