Adnan terdiam dengan menggerakkan kedua bola matanya ke berbagai arah.“Sudah jelas tidak bekerja di sana lagi karena aku sudah sukses, dong.” Adnan menyombong.Hans mendengar kalimat pernyataan darinya hanya tersenyum kecut sambil mengangguk pelan seakan meremehkannya. “Ya, aku harap begitu.”“Bagaimana denganmu? Pasti pekerjaanmu masih kurir. Kurir yang beruntung dan bertemu dengan orang kaya sehingga mendaftar dan memaksa untuk menjadi model brand ternama dan terkenal di dunia.” Adnan menghardik Hans kembali.“Ya, beginilah takdir baik,” jawab Hans sambil tersenyum meledek sembari memperhatikan pemandangan yang ada di belakang mereka. Arman dan Sandria sudah tak terlihat di lorong. Hans berpamitan dengan mantan mertua dan Adnan yang tidak berhenti menghakimi dan menghinanya. “Waktu sudah malam, aku harus berkemas untuk pulang ke Indonesia besok pagi,” kilah Hans untuk berpamitan dengannya. Hans menepuk pundak Adnan sambil melirik sinis dan tersenyum lebar lalu memutar bola mata
Baca selengkapnya